GIA Sby (Gateway)
Minggu, 20 Mei 2012
Oleh: Pdt. Timotius Hogiono
BERDOA DENGAN TEKUN (Lukas 18:1-8)
Di dalam firman Tuhan yang kita bahas saat ini mengenai sebuah perumpamaan yang diajarkan Tuhan Yesus. Tuhan Yesus adalah guru agung dan didalam mengajar Firman Allah. Ada berbagai macam cara metode yang Ia lakukan salah satunya adalah dengan perumpamaan.
Perumpamaan berarti membandingkan atau menempatkan disamping. Jadi perumpamaan adalah membandingkan sesuatu kiasan sehingga firman Allah yang disampaikan menjadi jelas dan betul-betul didengar oleh para pendengarnya. Karena pada waktu itu ada orang-orang farisi dan ahli taurat yang tidak mempercayai Firman Allah. Dalam konteks ini dihubungkan dengan ajaran Tuhan Yesus tentang akhir zaman (Psl 17) dan didalam pasal 18 ini lebih berkaitan dengan akhir zaman. Tuhan Yesus mempunyai tujuan melalui perumpamaan yang disampaikanNya yaitu dalam penantian kedatanganNya supaya umat Tuhan terus berdoa dengan tekun dalam menantikan pengharapan kita kepada Tuhan Yesus karena tidak ada seorangpun yang tahu kapan Ia datang yang kedua kalinya. Didalam kisah ini ada dua orang tokoh yaitu seorang janda dan hakim yang tidak adil. Seorang hakim (ayat 1-2) adalah seorang terkemuka diantara masyarakat Yahudi namun ada satu karakter yang tidak baik ia seorang hakim yang tidak takut akan Allah serta tidak menghormati siapapun, dan Seorang janda (ayat 3) yang hidup pada zaman itu digambarkan dengan orang yang penuh penderitaan, juga didalam alkitab janda itu disejajarkan dengan anak yatim piatu, dan orang asing yang tidak memiliki hak, namun Allah tetap peduli dan memperhatikan kehidupan mereka. Janda ini selalu datang kepada hakim tersebut untuk membela haknya yang pada akhirnya janda itu dibenarkan bukan karena ia berbelas kasihan supaya hakim itu tidak mau direpotkan. Ada beberapa kebenaran rohani yang dapat kita pelajari sebagai anak-anak Tuhan:
- Umat Tuhan haruslah berdoa dengan tekun (pasal 18:1)
- Umat Tuhan harus bertekun di dalam menantikan kedatangan Tuhan yang kedua kalinya
Diringkas oleh: Ibu. Juni K. Telaumbanua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar