Renungan Harian 21-26 Februari 2011

RENUNGAN SEPANJANG MINGGU

Senin, 21 Februari 2011
HARTAKU, TUANKU? (Matius 6:19-24)

Siapakah tuan dalam hidup Anda? Mamon atau Tuhan? Orang Kristen pasti menjawab, Tuhan! Namun seberapa banyak orang Kristen yang menyadari bahwa perilaku hidup mereka menunjukkan kenyataan yang sebaliknya?
Persoalan kita adalah, walau kita menyadari diri milik Tuhan dan hidup kita akan berujung kekekalan di surga, kita masih hidup di dunia ini. Dunia ini menawarkan godaan yang sulit dihindari, yaitu hidup menurut ukuran dunia. Kekayaan menjadi tolok ukur kesuksesan. Kita mudah sekali terjerumus dalam mengumpulkan harta di dunia, dan melupakan panggilan surgawi, yaitu menabung harta rohani di surga.
Tuhan mengajarkan beberapa hal di dalam perikop ini. Pertama, harta di dunia ini bersifat sementara (ayat 19). Bukan tidak boleh mencari harta karena kita memang butuh harta untuk hidup di dunia ini, tetapi jangan jadikan harta segala-galanya. Jangan sampai kita tidak punya waktu untuk Tuhan, untuk mengumpulkan harta surgawi. Kedua, Yesus mengingatkan bahwa tawaran dunia untuk memprioritaskan pencarian harta bisa membutakan mata rohani kita dari melihat kebutuhan utama (ayat 22-23). Segala-galanya diukur dari harta. Waktu untuk keluarga digantikan dengan kemewahan. Waktu untuk anak dengan memanjakannya berlebihan. Bahkan waktu untuk Tuhan digantikan dengan memberi persembahan. Harta menjadi semacam suap untuk menggantikan tanggung jawab yang utama. Celakanya lagi, mata hati tambah buta sehingga menghalalkan cara demi mendapatkan harta. Ketiga, Yesus mengingatkan kita, kalau harta sudah menjadi tuan yang memperbudak kita, yang menyingkirkan Tuhan dari takhta hati kita maka kita harus membuat pilihan: kembali setia menyembah Allah atau tetap terjebak menuruti mamon (ayat 24).
Evaluasi ulang hidup Anda dan pandangan Anda terhadap harta. Jangan sampai Anda mengisi hidup ini dengan hal yang sia-sia, sehingga kehilangan damai, relasi yang baik, dan akhirnya menyesal berkepanjangan.

Selasa, 22 Februari 2011
MENYIKAPI KEBUTUHAN MATERIIL.(Matius 6:19-34)

Para murid Yesus harus mengambil keputusan yang benar tentang bagaimana bersikap terhadap kebutuhan materiil. Jika tidak, beberapa ancaman terhadap kesetiaan kita kepada Tuhan akan terjadi.
Pertama, orang Kristen harus tahu membuat prioritas yang benar. Yang harus diprioritaskan adalah harta surgawi, bukan harta duniawi (ayat 19-20). Kita harus mengutamakan yang kekal dan menomorduakan yang sementara. Kedua, Yesus realistis sekali. Jika harta duniawi prioritas kita, hati kita pun akan tertambat kepada dunia ini (ayat 21). Harta harus ditempatkan sebagai hamba dan alat. Jika tidak, ia akan "melonjak" menjadi tuan, dan kita di "kudeta"nya ke kedudukan budak (ayat 24). Ketiga, salah prioritas dalam soal harta akan membuat kita kehilangan kesukaan dalam hidup ini. Hidup akan terbungkuk memikul beban kekuatiran tentang kebutuhan sehari-hari (ayat 25-31). Kehidupan Kristen seperti itu akan serendah kehidupan orang yang tidak mengenal Tuhan (ayat 32).
Yesus mengajak kita mengubah cara pandang kita tentang kebutuhan materi. Ia mengingatkan kita bahwa kebutuhan dalam hidup tidak sama dengan kehidupan itu sendiri. Makanan, pakaian, tempat tinggal, dan harta adalah penunjang kehidupan. Yang lebih penting untuk kita perhatikan dan yang menjadi kepentingan utama perhatian Tuhan adalah kehidupan kita. Kita diajak Yesus untuk menghargai hidup berdasarkan kasih dan perhatian-Nya, bukan berdasarkan apa yang kita makan, pakai, dan miliki.
Firman Tuhan ini menuntut kita membuat komitmen mutlak hanya kepada Tuhan saja. Dengan menempatkan Allah sungguh sebagai Tuhan, kita perlu belajar dari hari ke hari menundukkan perhatian kita kepada harta, makanan, dan pakaian ke bawah pemeliharaan dan pemerintahan Allah. Inti prinsip inilah maksud Tuhan: mendahulukan Kerajaan Allah dan memercayai bahwa Dia yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan materi kita (ayat 33).
Renungkan: Tuhan hartaku, atau Harta tuhanku?

Rabu, 23 Februari 2011
HARTA DAN MANUSIA.(Matius 6:19-34)

Tarif listrik, PAM, dan harga BBM yang naik, bahkan baru-baru ini harga gas naik hingga 40%, menambah beban masyarakat yang masih dalam perjuangan mengatasi krisis ekonomi yang berkepanjangan. Dalam kondisi demikian, respons wajar yang muncul adalah kuatir dan bekerja mati- matian, sampai menghalalkan segala cara untuk memenuhi kebutuhannya. Bagaimana Kristen harus bereaksi dalam situasi seperti ini?
Dalam kondisi seperti sekarang ini ajaran Yesus sangat relevan (ayat 19-20) sebab banyak orang menjadi egois dan memberikan nilai mutlak kepada uang dan harta. Yesus mengingatkan bahwa tujuan Kristen adalah mengumpulkan harta yang jauh lebih mulia dan bernilai kekal, yaitu harta surgawi. Harta ini dapat berupa apa pun yang bermakna mulia dan kekal, yang dihasilkan karena berbagi dengan yang kekurangan, memaafkan sesama, menderita bagi Kristus, berbuat kebaikan, dlsb. Itulah harta yang terindah yang harus dikumpulkan oleh Kristen dengan segenap hati (ayat 21). Namun melakukan itu tidaklah mudah sebab hidup pada hakikatnya adalah masalah perspektif (ayat 22-23). Kristen harus waspada agar tidak mudah tergiur dengan apa yang ia lihat. Kristen juga harus sadar bahwa dalam hubungannya dengan harta, Kristen dituntut untuk bersikap tegas antara diperhamba dan memperhamba. Ketika ia memperhamba harta berarti ia diperhamba oleh Allah, demikian pula sebaliknya (ayat 24).
Lalu bagaimana dengan kekuatiran? Apakah dalam situasi ekonomi yang sulit Kristen tidak boleh kuatir akan masa depan keluarga dan anak-anaknya? Yesus tidak pernah mengatakan bahwa menguatirkan pemenuhan kebutuhan dasar tidaklah salah. Yesus hanya mengatakan reaksi itu tidak perlu. Banyak orang dicekam kekuatiran karena mereka menghadapi masa depan yang tidak pasti. Kristen yang mempunyai hubungan pribadi dengan Allah, bergantung kepada Allah yang tidak hanya mengetahui namun juga mengontrol masa depan.
Renungkan: Ketika kita menyadari betapa Allah mengasihi kita, kita tidak lagi merasakan tekanan untuk mengejar-ngejar harta. Hal ini yang akan membebaskan kita untuk menetapkan prioritas kita yaitu mencari dahulu kerajaan-Nya dan kebenaran- Nya. Karena itu betapa bersukacitanya Kristen sebab ia tidak perlu menguatirkan apa pun kecuali hidup untuk menyenangkan Allah.

Kamis, 24 Februari 2011
FANANYA HARTA (Yakobus 5:1-6)

Steve Wynn sangat beruntung. Tahun 1997, ia membeli sebuah lukisan karya Pablo Picasso senilai 47 juta dolar di balai lelang Christie. Belum sampai 10 tahun, ia bisa menjualnya lagi seharga 139 juta dolar. Tiga kali lipat! Transaksi itu bakal masuk rekor penjualan barang seni termahal di dunia. Sayangnya, saat lelang terjadi, Wynn berdiri di dekat lukisan itu dan tanpa sengaja menyenggolnya dengan sikutnya. Celaka! Lukisan itu robek sepanjang 15 cm, tepat di tengahnya. Batallah penjualan termahal itu! Dalam sekejap, 139 juta dolar menguap dari mata Wynn.
Betapa fana harta kekayaan. Ia bisa menguap dalam sekejap. Itulah pesan yang disampaikan dalam Yakobus 5. Jika seseorang mengandalkan harta sebagai jaminan masa depan, ia perlu menangis dan meratap. Mengapa? Sebab kekayaan bisa tiba-tiba saja meninggalkannya. Rapuh. Kalaupun seumur hidup harta bisa terjaga, saat mati ia tak dapat dibawa pergi. Harta tak bisa dijadikan modal sukses di akhirat. Bahkan, kelak Tuhan akan meminta pertanggungjawaban kita atas bagaimana cara kita mendapatkan dan mengelola harta di bumi. Menahan upah buruh, misalnya (ayat 4), adalah pelanggaran serius di mata Tuhan. Mencari harta dengan cara salah di dunia akan membuat kita melarat di akhirat!
Setiap orang perlu harta, maka tidak salah jika kita mencari uang. Menjadi kaya pun tidak masalah. Namun, jangan jadikan harta segala-galanya, sehingga kita rela menindas sesama, menipu, atau berkelahi dengan saudara demi mendapatkannya. Sebaliknya, jadikanlah harta sebagai alat berkat. Alat untuk menyatakan kasih Allah dengan menolong sesama. (JTI)
ALKITAB TIDAK MENENTANG KEMAKMURAN
DIA HANYA MINTA AGAR KEMAKMURAN ITU DIBAGIKAN

Jumat, 25 Februari 2011
MENILAI ULANG HARTA (Matius 19:16-26)
Kita bisa membeli makanan, tetapi selera makan tidak bisa dibeli. Tempat tidur bisa dibeli, tetapi tidur yang nyenyak tidak dijual. Hiburan adalah sebuah industri, tetapi jangan berharap sukacita bisa ditemukan di sana. Demikian juga dengan cinta, kebahagiaan, persahabatan, dan kedamaian; tidak satu pun dari hal-hal ini bisa dibeli dengan uang. Meskipun uang punya tempat dalam kehidupan manusia, sebagian orang keliru ketika menempatkan uang sebagai pusat kehidupan dan dasar utama mengambil keputusan.
Ini pula masalah si orang muda kaya. Menarik melihat kata "sebab" dalam keterangan Matius, seolah kekayaan menjadi sumber kesedihan dalam hidup orang ini (ayat 22). "Pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya." Tidak semua orang yang bertemu Yesus diminta menjual harta mereka. Misalnya, Zakheus dan Lewi tidaklah demikian. Kalau begitu, mengapa Yesus meminta orang muda ini menjual hartanya? Alasannya adalah karena kekayaan telah mengikatnya. Kekayaan menjadi lebih penting dibandingkan dengan Tuhan dan sesamanya. Ia sudah sedemikian mengasihi dan percaya pada kekuatan hartanya, sehingga mengikat komitmennya pada harta tersebut. Ia tidak rela jika Tuhan meminta seluruh hartanya. Ia juga tidak rela seluruh hartanya diberikan kepada orang-orang miskin.
Tentu bukanlah sebuah dosa menjadi orang kaya. Namun, salah besar kalau menggunakan kekayaan terutama buat diri sendiri. Orang kristiani memang harus belajar untuk pandai mencari uang agar bisa banyak memberi buat Tuhan dan sesamanya. Dunia memang tamak untuk memiliki uang, tetapi biarlah anak Tuhan hanya "tamak" untuk menghabiskan uang bagi Tuhan. (DBS)
JANGAN PERCAYA HARTA BISA MEMBELI SEGALANYA PERCAYALAH BAHWA UNTUK TUHAN KITA BISA MEMBERI SEGALANYA

Sabtu, 26 Februari 2011
HARTA YANG  PALING BERHARGA (Efesus 6:18)

Apakah harta yang paling berharga di dunia? Sebagian orang mungkin menunjuk pada semua emas yang tersimpan di Fort Knox. Yang lainnya mungkin menunjuk Sistine Chapel yang ada di Roma. Dan yang lainnya lagi akan memilih kekayaan luar biasa yang pernah dipertontonkan di istana para Tsar Rusia. Namun, jawaban yang saya harap muncul dalam benak Anda adalah Alkitab, firman Allah.
Pada upacara penobatan Ratu Inggris Elizabeth II, Uskup Agung Canterbury menyerahkan sebuah Alkitab kepadanya dan berkata, "Ratu kami yang mulia, agar Yang Mulia dapat tetap menjaga Hukum dan Injil Allah sebagai Pengatur seluruh kehidupan termasuk pemerintahan Kerajaan Inggris, kami mempersembahkan kitab ini sebagai harta paling berharga yang dapat diberikan oleh dunia ini."
Jika dunia ini merenggut semua harta duniawi yang kita anggap sebagai barang-barang-barang berharga, maka kita akan merasakan kehilangan yang begitu besar. Namun apa yang akan terjadi seandainya dunia ini merenggut Alkitab dan segala pengaruhnya dalam kehidupan kita? Planet ini akan menjadi begitu gersang dan hancur!
Ya, Alkitab adalah harta kita yang paling berharga dalam hidup ini, jauh lebih berharga daripada emas yang banyak sekalipun (Mazmur 19:11). Namun apakah penghargaan kita terhadapnya hanya di bibir saja? Apakah kita menaatinya sebagai "Pengatur seluruh kehidupan" karena kita percaya pada Injil dan percaya kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita secara pribadi?. *(VG)
HARTA KARUN BERHARGA YAITU FIRMAN ALLAH TELAH MENANTI UNTUK DITEMUKAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar