Renungan Harian 17-22 Mei 2010

RENUNGAN SEPANJANG MINGGU

Senin, 17 Mei 2010
TUHAN TOLONGLAH! (Yeremia 2:26-37)
Pernahkah Anda memperhatikan reaksi orang-orang terhadap tragedi? Orang-orang yang tidak beragama sekalipun akan mencoba untuk mencari pertolongan Allah yang sebelumnya mereka abaikan. Menurut catatan peristiwa, kecelakaan pesawat, banjir, angin ribut, atau taufan sering kali membuat orang berseru memohon pertolongan Tuhan.
Sungguh menyenangkan membayangkan bahwa Bapa surgawi sedang menunggu saat-saat kepanikan seperti itu agar Dia dapat mengirimkan pertolongan darurat dari surga untuk menyelamatkan kita. Namun Alkitab menyatakan hal yang berbeda. Melalui Yeremia, Tuhan menantang umat-Nya yang sedang tertimpa malapetaka untuk meminta pertolongan kepada berhala-berhala yang mereka sembah. Dia ingin mereka sadar bahwa mempercayai dewa-dewa palsu adalah tindakan yang sia-sia.
Tuhan mengajukan pertanyaan yang sama kepada kita. Saat kita dalam kesukaran, Dia seolah bertanya, "Mengapa kau berseru kepada-Ku sekarang? Di manakah pahlawan olahraga dan bintang film idolamu? Mengapa kau tidak mencari pertolongan dari televisi, bergantung pada gajimu, menenangkan diri dengan bantuan hartamu, atau mengandalkan kartu kreditmu? Biarlah dewa-dewa yang selama ini telah kaulayani dengan setia melayanimu sekarang!"
Allah tidak suka kita mempercayai dewa-dewa palsu sekaligus masih mengharapkan perlindungan Allah dalam kesukaran. Dia akan bermurah hati memberikan pengampunan jika kita benar-benar bertobat. Dia pun menawarkan pengharapan dan pertolongan bagi mereka yang mau belajar bergantung kepada-Nya setiap saat . (MRDII)

MEREKA YANG BERJALAN BERSAMA ALLAH
SELALU MENDAPATI BAHWA ALLAH DI DEKAT MEREKA

Selasa, 18 Mei 2010
"GETAR" TUHAN(Lukas 5:1-11)
Pernah tersetrum listrik? Bagaimana rasanya? Maukah Anda mengulangi? Tidak bukan? Itu wajar. Namun, bagaimana bila yang Anda alami adalah "tersetrum" Tuhan?
Seusai mengajar dari atas perahu, Yesus menyuruh Simon bertolak ke tempat yang lebih dalam dan menangkap ikan. Seketika nelayan kawakan ini memprotes, tetapi akhirnya ia patuh. Hasilnya? Mukjizat. Perahunya penuh ikan hingga hampir tenggelam. Lalu ada satu hal menarik yang terjadi dalam diri Simon. Ia menyadari ketidaklayakannya untuk mengalami rahmat itu.
Mengalami mukjizat justru membuat Simon mengakui keadaannya sebagai orang berdosa. Biasanya jika seseorang mengalami mukjizat, ia merasa senang bahkan sangat bangga. Namun, Simon justru gentar. Pengalaman dengan Yesus sungguh membuatnya terpesona sekaligus takut. Katanya, "Tuhan, pergilah dari hadapanku, karena aku ini seorang berdosa" (ayat 8). Pergikah Yesus? Tidak. Yesus justru mengundang Simon untuk lebih dekat kepada-Nya. Bahkan sangat dekat. Yesus ingin mengubahkan Simon yang menyadari bahwa dirinya tidak layak menjadi Petrus yang akan "menjala" manusia-manusia lain dengan "jala" rahmat Tuhan.
Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda pernah tergetar karena karya Tuhan? Mungkin pernah, bahkan sering. Permasalahannya, apa yang menjadi buah dari getaran itu? Rasa bangga dan pongah rohani sembari membanding-bandingkannya dengan pengalaman orang lain? Atau, justru sebaliknya: kerendahan hati yang menebarkan rahmat Tuhan bagi semua orang? Mari temukan mana yang sepantasnya kita rayakan. (DKL)

AMBILLAH WAKTU UNTUK MENEMUKAN RASA DAMAI,
DAYA ILAHI, DAN RASA CINTA

Rabu, 19 Mei 2010
PENYERTAAN TUHAN (Bilangan 9:15-23)
Kompas adalah penunjuk arah yang telah sangat menolong para penjelajah dunia. Namun sekarang banyak orang lebih suka menggunakan GPS (Global Positioning System), yakni sebuah instrumen interaktif yang dioperasikan lewat satelit dan berisi informasi peta perjalanan. Jika kita mengerti cara membaca petunjuk GPS tersebut, kita tidak mungkin tersesat. Alat canggih ini akan memberi tahu kita ke mana arah yang harus dituju. Betapa indahnya bila kita memiliki sebuah "GPS kehidupan" di sepanjang perjalanan kita di dunia ini.
Umat Tuhan mengalami kehadiran dan penyertaan Tuhan lewat "GPS istimewa" yang tak akan terulang dalam sejarah manusia; tiang awan (ayat 16). Melebihi akal. Tuhan menjamin bahwa mereka takkan pernah tersesat saat menuju tanah perjanjian. Syaratnya hanyalah mengikuti jadwal perjalanan tiang awan yang Tuhan sediakan. Saat itu, umat pilihan tidak tahu apa yang terjadi di luar lingkup perkemahan mereka. Namun, Tuhan Allah tahu benar kapan mereka harus berangkat dan berjalan. Jadi, umat Tuhan menempuh perjalanan dengan iman bahwa petunjuk tiang awan pasti benar, sebab itu berasal dari Tuhan (ayat 22, 23).
Sampai sekarang pun, sebetulnya Tuhan senantiasa memberi penunjuk arah bagi kita. Ada sebuah "GPS rohani" bagi setiap kita dalam menjalani hidup. Masalahnya, apakah kita peka terhadapnya, hingga kita cukup cakap untuk "membacanya"? Agar kita memiliki kepekaan atas arah yang ditunjukkan, kita perlu memiliki kedekatan pribadi dengan Tuhan. Hanya dengan demikian "GPS rohani" kita tetap berjalan. (BL)
HIDUP ADALAH PERJALANAN PANJANG
TANPA PENUNJUK ARAH YANG PASTI KITA SANGAT MUDAH TERSESAT

Kamis, 20 Mei 2010
PRAKARSA TUHAN (1Samuel 1:1-20)
Setelah menikah hampir dua tahun, seorang istri akhirnya mengandung anak pertamanya. Namun, dokter mendiagnosa kandungannya bermasalah. Kemungkinan kelak anaknya akan lahir dengan "kelainan", kecuali terjadi mukjizat. Kemudian ia dan suaminya tekun berdoa serta berpuasa. Mereka memohon agar anak mereka lahir sehat walafiat. Ketika tiba saatnya sang istri melahirkan, ternyata anaknya menderita autis. "Kami sudah berusaha dan berdoa. Kalau Tuhan memberikan anak ini dalam keadaan demikian, tentu Dia sudah mempertimbangkan yang terbaik buat kami," kata mereka.
Suami istri itu kemudian tekun mempelajari segala hal tentang autisme lewat buku, majalah, internet, dan seminar, hingga mereka menjadi banyak tahu tentang autisme. Mereka kerap diminta bersaksi di gereja dan menjadi tempat bertanya bagi banyak pasangan yang memiliki anak dengan "kebutuhan khusus". Mereka tak pernah menyesal anaknya menderita autis.
Kelahiran anak adalah prakarsa Tuhan. Manusia boleh berencana dan berusaha, tetapi Sang Penentu adalah Tuhan sendiri. Hana, istri Elkana, bergumul keras untuk memperoleh keturunan. Tuhan kemudian memenuhi permohonannya. Lahirlah Samuel, yang kelak menjadi salah satu tokoh penting dalam Perjanjian Lama.
Tuhan memberikan anak dengan pertimbangan matang. Tidak mungkin Dia memberikan anak dengan sembarangan. Tuhan pasti punya rencana yang baik untuk setiap anak yang Dia izinkan lahir ke dalam dunia, bagaimanapun keadaannya. Maka baiklah kita menyambut setiap anak yang lahir dengan iman, dengan rasa syukur, dan dengan kasih sayang. (AYA)

SETIAP ANAK ADALAH TITIPAN DARI TUHAN

Jumat, 21 Mei 2010
TUHAN TIDUR (Matius 8:23-27)
Perasaan ditinggal sendirian sangat menyakitkan. Seorang teman bercerita tentang pengalamannya saat dijambret. Seorang pria bersepeda motor menghampiri dan menarik tasnya. Terjadilah adegan tarik-menarik tas. Ia berteriak minta tolong. Tak seorang pun menolongnya, meski di dekat situ sebuah kedai kopi masih buka. Perasaan tidak berdaya dan tidak ditolong membuat peristiwa itu meninggalkan kenangan menyakitkan, bahkan lebih menyakitkan dari perampokan itu sendiri.
Begitulah perasaan murid-murid Yesus ketika perahu mereka dihantam gelombang, sementara Yesus tidur. Topan dahsyat dan ombak menyembur. Tubuh menggigil karena basah kuyup. Keadaan demikian kritis, sehingga para murid yang sebenarnya nelayan kawakan, tak bisa tidak berteriak, "Kita binasa." Insting bertahan mereka berubah menjadi kegelisahan bahwa mereka takkan selamat. Sementara itu semua terjadi, Yesus tidur, dan seolah-olah tidak peduli. Namun, Yesus bangun. Dia membentak angin dan danau. Lalu semuanya menjadi teduh sekali (ayat 26).
Dalam kesulitan hidup, pernahkah Anda merasa Allah tidak peduli? Anda seolah-olah sudah seperti telur di ujung tanduk. Dan, Tuhan seolah-olah diam saja. Apalagi ditambah kenyataan bahwa teman dekat, teman gereja atau pelayanan, juga tidak peduli. Kisah hari ini mengingatkan kita untuk percaya dan tidak ragu akan kasih dan kuasaNya. Dia mampu mengubahkan badai dan ombak keras di hidup Anda menjadi keteduhan yang lembut dan bersahabat. Bahkan ketika semua orang sudah tidak peduli. Tuhan selalu ada untuk mendengar dan menolong Anda. Dia tidak pernah berhenti peduli. (DBS)

HAL PALING BIJAK UNTUK DILAKUKAN DI AMBANG KEHANCURAN ADALAH
BERSERU KEPADA TUHAN

Sabtu, 22 Mei 2010
MELAYANI TUHAN (Matius 10:40-42)
Suatu kali gereja kami mengundang seorang pendeta untuk menyampaikan firman Tuhan dan bersaksi mengenai pelayanan yang telah ia lakukan dalam dua puluh tahun terakhir. Saya sangat terkesan dengannya; penampilannya sederhana. Ia berkhotbah tanpa jas dan dasi. Khotbahnya pun sederhana, tetapi pesannya sangat jelas. Namun, yang lebih membuat saya terkesan adalah hatinya. Ia memiliki hati untuk melayani orang-orang yang terpinggirkan; seperti anak-anak jalanan, anak-anak pedesaan, bahkan sampai kepada tahanan-tahanan. Dan, dari hatinya muncul keyakinan bahwa apa yang dilakukannya adalah benar, karena sesuai dengan perintah Allah.
Jika kita membandingkan keyakinan pendeta tersebut dengan ayat yang kita baca hari ini, memang benar demikian adanya. Tuhan sebenarnya memberikan sebuah tatanan pelayanan yang benar. Jika kita ingin melayani Tuhan, kita tidak perlu melakukan sesuatu yang spektakuler. Kita dapat memulainya dari hal sederhana: "memberikan secangkir air sejuk" bagi orang-orang yang terpinggirkan dan berkekurangan-"yang kecil ini". Meski itu berarti juga berani keluar dari zona nyaman, untuk melayani yang kurang terlayani.
Entah sudah berapa lama konsep melayani Tuhan yang kita miliki hanya terbatas di dalam tembok gereja. Tentu apa yang kita lakukan di gereja selama ini tidaklah salah, tetapi dengan mengingat apa yang disampaikan Tuhan Yesus kepada kita, seharusnya kita juga memikirkan hal-hal di luar tembok gereja, terutama untuk melayani kaum yang Alkitab sebut sebagai "yang kecil". Sudah saatnya kita melakukan kebenaran firman Tuhan ini. (RY)

LAYANI TUHAN SEPERTI YANG TUHAN MAU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar