Mimbar Gereja u/Warta 09 Mei 2010

GIA Sby (Gateway)
Minggu, 02 Mei 2010
Oleh: Pdt. Timotius Hogiono

DI BEBASKAN DARI BELENGGU DOSA
(Yohanes 8:2-11)

Ada sebuah kisah nyata yang menggemparkan rakyat Amerika Serikat pada tahun 1929 yaitu ada seorang warga negara Amerika serikat yang merampok bank yang bernama Charles Wilson. Setelah merampok bank ia ditangkap oleh polisi Amerika Serikat dan dibawa ke pengadilan dan hakim memutuskan bahwa ia dihukum gantung akibat perbuatannya tersebut. Namun dalam kondisi seperti itu ada berita yang sangat mengejutkan dari Presiden Amerika Andrew Jackson memberikan pengampunan terhadap Charles Wilson tersebut. Tetapi sungguh tidak masuk akal ternyata Charles Wilson menolak pengampunan tersebut justru ia memilih untuk dihukum gantung. Gambaran dari kehidupan Charles Wilson ini bisa saja terjadi dalam kehidupan orang percaya dimana mereka dibelenggu rasa bersalah atas tindakan-tindakan masa lalu yang tidak berkenan kepada Allah. Memang harus disadari bahwa kita semua telah berbuat dosa, namun sesungguhnya Tuhan Yesus telah memberikan pengampunan bagi yang sungguh-sungguh percaya kepadaNya. Untuk itu seharusnya kita datang kepadaNya dengan ucapan syukur sekaligus melakukan apa yang ia kehendaki. Langkah yang harus dilakukan agar bebas dari belenggu dosa yang mengikat kehidupan umatNya diantaranya :

  1. Datang kepada Tuhan Yesus (ayat 7-9). Dalam bagian Alkitab yang baru kita baca menceritakan bahwa pada suatu hari, sehari sesudah hari raya pondok daun berakhir, Tuhan Yesus sedang mengajar orang banyak dibait Allah. Datanglah sekumpulan orang menghampiri Tuhan Yesus dan membawa seorang perempuan dan menempatkannya di tengah-tengah kerumunan orang banyak. Siapakah mereka yang berani mengganggu Tuhan Yesus yang sedang mengajar? Dan apa yang hendak mereka lakukan? Mereka itu ternyata adalah ahli-ahli taurat dan orang-orang farisi. Ahli Taurat merupakan orang-orang yang setiap hari menyelidiki kitab suci dan juga mengajarkannya kepada orang Yahudi. Sedangkan orang farisi adalah yang dengan sepenuh hati berusaha untuk mempraktekkan jalan Allah. Dan pagi itu mereka datang membawa seorang perempuan yang kedapatan sedang berbuat zinah. Dalam tradisi Yahudi sudah merupakan hal yang wajar apabila permasalahan hukum itu dibawa kepada seorang Rabi untuk diminta keputusannya. Oleh karena itu tidaklah aneh jika dalam cerita ini ahli-ahli taurat dan orang-orang farisi membawa perempuan yang berzinah itu kepada Tuhan Yesus. Mereka menanyakan apa pendapat Tuhan Yesus tentang perempuan tersebut. Apakah mereka boleh melempari perempuan itu sampai mati seperti yang dinyatakan dalam taurat Musa. Tetapi ayat 6 mencatat bahwa mereka bertanya kepada Tuhan Yesus bukan mereka yang tidak mengerti melainkan hendak mencobaiNya. Jika Yesus menjawb “tidak boleh” itu berarti bahwa Tuhan yesus tidak menaati hukum taurat. Tetapi jika Tuhan menjawab “boleh” itu berarti Ia sendiri tidak konsisten dengan ajaranNya tentang Kasih. Namun Firman Tuhan mencatat Yesus hanya diam dan membungkuk lalu menulis ditanah. Tindakan ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak mau menanggapinya, sehingga ia melontarkan pertanyaan “barangsiapa diantara kamu tidak berdosa hendaklah Dia yang pertama melemparkan batu kepada perempaun ini (ayat 7). Namun tidak seorang pun yang berani melemparkan batu itu kepada perempaun itu tetapi satu persatu meninggalkan perempuan itu dan akhirnya tinggal perempuan itu dan Tuhan Yesus. Perempuan itupun tertunduk dengan diam, ia sadar bahwa dia dalah orang berdosa. Disaat yang sama juga Tuhan Yesus mengungkapkan satu kalimat yang menyejukkan hati perempuan itu sekaligus mengingatkannya. Yesus berkata aku tidak menghukum engkau jangan berbuat dosa lagi. Jadi ia datang kepada Yesus dengan penuh kesadaran bahwa ia adalah orang berdosa. Bukan seperti ahli-ahli taurat dan orang-orang farisi yang merasa diri benar.
  2. Meletakkan segala dosa dihadapan Tuhan Yesus (ayat 41).
Jadi jika kita ingin dibebaskan dari dosa hendaknya kita datang kepada Dia sekaligus meletakkan segala dosa itu dihadapan Allah. Maka tidak ada dosa yang terlalu besar untuk diampuni karena semua dosa orang yang percaya kepadaNya telah dibayar lunas oleh pengorbanan Kristus Yesus di Golgota. Untuk itu marilah kita menerima pengampunan itu dengan penuh ucapan syukur sekaligus mempercayakan hidup kita kepadaNya. Dan pada saat itu juga kita menerima kemerdekaan yang sejati dari Dia. Amin
Diringkas oleh: Pdm. Anugrah Laia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar