Renungan Harian 12-17 April 2010

RENUNGAN SEPANJANG MINGGU

Senin, 12 April 2010
CATATAN WAKTU (Efesus 5:3-20)
“Waktu” adalah kata yang sulit untuk di definisikan. Akan tetapi, waktu adalah pencatat tercepat yang ada di dunia ini. Waktu mencatat detik demi detik setiap peristiwa sekecil apa pun yang dikerjakan oleh anak-anak terang atau anak-anak gelap. Dengan kesadaran waktu yang sangat tinggi, Paulus memberikan perbandingan kontras antara anak-anak terang dan anak-anak gelap berkaitan dengan moral dan etika mereka yaitu hidup dalam percabulan dan pencemaran dengan hidup sebagai orang kudus (ayat 3); Hidup dalam berbagai perkataan kotor dengan hidup penuh ucapan syukur (ayat 4); Hidup seperti orang bebal dengan hidup seperti orang arif (ayat 15); Hidup dalam pengaruh anggur yang memabukkan dengan hidup yang penuh dengan Roh (ayat 18). Melalui perbandingan ini Paulus memberitahukan bahwa orang-orang durhaka atau anak-anak yang hidup dalam kegelapan mendapatkan murka Allah, dan anak-anak terang mendapatkan bagian dalam kerajaan Kristus dan Allah (ayat 5-6). Apakah tujuan dari perbandingan ini? Pertama, Paulus tidak ingin jemaat di Efesus tercatat oleh waktu sebagai anak-anak terang yang hidup dalam kegelapan. Kedua, Paulus ingin agar jemaat Efesus menebus waktu yang ada karena hari-hari ini adalah jahat. Yaitu, dalam pengertian menggunakan waktu dengan efisien dan efektif untuk pekerjaan dan pelayanan Tuhan, bukan untuk hidup dalam berbagai kecemaran dosa yang menyesatkan dan membawa kepada kebinasaan.
Waktu terus berjalan. Ingatlah bahwa apa yang telah kita perbuat pasti tercatat dalam waktu dan tidak mungkin dapat dihapus oleh siapapun juga.
Renungkan : Apa yang sedang dan akan Anda perbuat atau kerjakan dalam hidup kini? Mintalah kepada Tuhan agar Anda dibimbingNya ke arah hidup yang bijaksana sehingga Anda dapat mengerti kehendak Tuhan dalam kehidupan Anda.

Selasa, 13 April 2010
KASIH KRISTUS KEKAL (Roma 8:31-39)
Dengan kalimat-kalimat yang hidup dan menarik, Rasul Paulus menyatakan keyakinan imannya, bahwa tidak ada yang dapat melawan, menggugat, dan memisahkan orang percaya dari kasih Allah yang ada dalam Kristus Yesus. Justru karena Kristus sudah menghadapi kematian, lalu bangkit dan dipermuliakan maka Dia menjadi Pembela kita di saat kita menghadapi berbagai penderitaan dan penganiayaan (34-36), yang memang harus dihadapi oleh setiap anak Tuhan. Dia ada bersama dan mendampingi kita.
Jadi, apa pun yang terjadi pada kita, di mana pun kita berada, kita tidak dapat dipisahkan dari kasih Allah. Penderitaan tidak akan dapat memisahkan kita dari Allah. Justru penderitaan menolong kita untuk menghisabkan diri kita dengan Dia. Melalui penderitaan, kita justru akan semakin merasakan kasihNya. Ayat 37-39 mengajak kita melihat semua penderitaan itu dari sudut Kristus yang mengasihi kita, sehingga kita diyakinkan bahwa baik maut maupun hidup, malaikat, pemerintah, kuasa-kuasa, dan makhluk lain tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus.
Maka seorang Kristen hendaknya tidak berputus asa, atau berusaha lari dari tantangan. Penderitaan memang harus dihadapinya. Mungkin kadangkala penderitaan membuat kita beranggapan bahwa kita telah ditolak oleh Yesus. Akan tetapi, Paulus menyatakan bahwa tidak mungkin Kristus berbalik menolak kita atau Allah berbalik memusuhi kita. KematianNya untuk kita merupakan bukti kasih yang tidak dapat dikalahkan oleh apa pun. KasihNya melindungi kita dari berbagai bentuk kekuatan apa pun yang berupaya menguasai dan mengalahkan kita. KasihNya yang begitu besar seharusnya membuat kita merasa aman di dalam Dia.
Renungkanlah : Kasih Allah dalam Yesus Kristus membantu kita menghadapi penderitaan. Bersyukurlah kepada Tuhan Yesus yang menyertai kita senantiasa, juga dalam kesulitan dan duka.

Rabu, 14 April 2010
BERSUKACITALAH SENANTIASA!(Galatia 5:1-6)
Seorang teman kristiani saya yang kini dalam usia 80 an, selalu bersukacita dalam hidupnya. Selama Perang Dunia II, dalam ancaman bahaya dan perpisahan, ia dan suaminya bahkan masih dapat tertawa bersama. Ia teringat pada suatu hari di musim panas, seorang tetangga yang sinis mendengar tawa mereka dan berkata, "Apa sih yang masih bisa membuat kalian tertawa?" omelnya.
Pengarang Colleen Townsend Evans tahu benar mengapa seseorang tetap dapat bersukacita, sementara yang lain tidak. "Sukacita semacam ini dapat mengusik mereka yang mungkin menginginkannya, tetapi tak tahu cara mendapatkannya, sehingga mereka memilih untuk mencemooh hal itu." Lanjutnya, "Menurut dunia ini, sukacita harus selalu disertai dengan alasan yang tepat. Misalnya tim favorit kita menang atau kita mendapat kenaikan gaji. Jika kita tidak punya alasan yang wajar seperti itu untuk bersukacita, maka orang cenderung mencemooh kita."
Alkitab tidak berkata bahwa sukacita itu tergantung keadaan. Sebaliknya dengan jelas dikatakan bahwa sukacita adalah buah Roh (Galatia 5:22). Untuk dapat menjalani hidup yang penuh dengan sukacita, kita harus " dipimpin oleh Roh" (ayat 25). Dengan demikian kita dapat bersukacita dalam segala keadaan. Bahkan ketika menuliskan, "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!" (Filipi 4:4), Paulus sedang berada dalam penjara.
Pilihan kita untuk bersukacita mungkin akan mengusik beberapa orang, tetapi akan menguatkan banyak orang dan memuliakan Allah. (JEY)
SUKACITA BERASAL DARI TUHAN DI DALAM KITA
BUKAN DARI APA YANG TERJADI DI SEKITAR KITA

Kamis, 15 April 2010
HATI YANG BERSYUKUR (Bilangan 21:1-9)
Sebagian orang menjadikan keluh kesah sebagai sebuah seni yang suka mereka lakukan. Jika Anda berkata, "Saya tidak punya apa pun untuk dikeluhkan," maka dengan senang hati mereka akan memberikan beberapa saran. Mereka menghitung berkat-berkat yang mereka terima dan kemudian mengeluh karena tak ada lagi yang dapat mereka hitung.
Dalam Bilangan 21 kita membaca bahwa orang-orang Israel telah menjadi bangsa pengeluh. Mereka menolak makanan yang Allah sediakan, memberontak terhadap Musa, dan berkata-kata melawan Allah. Memandang rendah berkat yang Tuhan berikan sama saja dengan memandang rendah Allah sendiri. Itulah sebabnya mengapa Dia menghukum bangsa Israel.
Sikap bangsa Israel kepada Tuhan dapat digambarkan seperti sikap seorang laki-laki tua yang meminta bantuan seorang pemuda di kantor pos: "Nak, maukah Anda menuliskan alamat di atas kartu pos ini untuk saya?" Pemuda itu dengan senang hati melakukannya, bahkan juga dapat menuliskan surat pendek pada kartu pos itu. Akhirnya si pemuda bertanya, "Adakah hal lain yang dapat saya lakukan untuk Bapak?" Orang tua tersebut berpikir sejenak dan berkata, "Ya, di akhir surat tolong Anda tambahkan 'Mohon maaf atas tulisan tangan saya yang buruk.'"
Allah tidak menganggap ringan keluhan kita. Keluhan yang kita ucapkan merendahkan kasih karunia Allah. Alangkah baiknya jika kita berhenti mengeluh dan menghitung berkat-berkat yang kita terima merenungkannya dan bersyukur kepada Allah atas semua itu. Lalu, sebagai tambahan atas apa yang telah Dia berikan, Dia akan mengaruniakan kepada kita hati yang penuh ucapan syukur [HWR]
UCAPAN SYUKUR
SELALU MERUPAKAN SIKAP YANG TEPAT

Jumat, 16 April 2010
UCAPAN SYUKUR MARIA (Yohanes 12:1-8)
Novel Magdalene karya Angela Hunt memuat cerita unik yang didasarkan pada Yohanes 12:1-8. Kisahnya kurang lebih sama. Seminggu sebelum Yesus disalibkan, Maria, saudara Lazarus dari Betania, mengurapi Yesus dengan minyak narwastu murni yang mahal harganya. Ia meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya. Aroma harum minyak itu memenuhi penjuru rumah. Namun, Yudas mencela tindakan itu sebagai sebuah pemborosan. Seharusnya Maria menjual minyak itu dan mendermakan uangnya kepada orang-orang miskin. Akan tetapi, Yesus menyambut pengurapan Maria itu sebagai persiapan bagi penguburan-Nya. Menurut penuturan Hunt, Maria mengurapi Yesus bukan dengan maksud berterima kasih atas apa yang sudah Dia lakukan, yaitu membangkitkan Lazarus dari antara orang mati, melainkan untuk apa yang akan Yesus kerjakan, yaitu mati di kayu salib-menebus dosa umat manusia. Selama ini, setiap berdoa malam bersama anak-anak, kami selalu mengucap syukur atas berkat dan kebaikan yang sudah Tuhan curahkan sepanjang hari-hal-hal yang telah kami lakukan. Atau, kami meminta perlindungan dan penyertaan Tuhan atas apa yang hendak kami lakukan. Namun, yang jarang terlintas dalam pikiran saya adalah bersyukur atas apa yang akan Tuhan kerjakan. Masa pergantian tahun dapat menjadi saat yang tepat untuk meneladani sikap Maria. Kita bukan hanya bersyukur atas tahun yang sudah berlalu, tetapi juga bersyukur atas tahun yang akan datang. Bersyukur menandakan kepercayaan-bahwa segala sesuatu yang diizinkan-Nya terjadi nanti, semuanya itu demi kebaikan kita. (ARS)

Sabtu, 17 April 2010
UCAPAN SYUKUR (Kolose 2:6,7; 3:12-17)
Selama berabad-abad, manusia dari berbagai bangsa menyelenggarakan pesta panen untuk mengucapkan syukur atas anugerah alam dan berkat dalam kehidupan. Pada tahun 1863, Presiden Abraham Lincoln menetapkan sebuah hari libur nasional di Amerika Serikat sebagai "hari untuk mengucapkan syukur dan memuji kebaikan Bapa".
Kolumnis Washington Post, Richard Cohen menganggap bahwa sebagian besar hari libur dirusak oleh semangat perniagaan. Namun, hari raya Pengucapan Syukur sampai sekarang masih tetap sesuai dengan tujuannya. Ia berkata, "Hari ini adalah hari yang luar biasa. Ini adalah hari yang penuh dan seluruhnya tentang pengucapan syukur."
Entah apa yang dilakukan orang lain, tetapi kita sebagai pengikut Kristus memiliki hak istimewa dan tanggung jawab untuk terus mengucap syukur setiap hari, di sepanjang tahun yang kita jalani. Paulus mendorong jemaat Kolose untuk terus bertumbuh di dalam Kristus dan senantiasa berlimpah dengan ucapan syukur (Kolose 2:6,7). Kita melakukan semua hal "dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur melalui Dia kepada Allah, Bapa kita" (Kolose 3:17).
Pengumuman resmi dari Abraham Lincoln itu juga menyatakan bahwa seluruh berkat yang kita terima adalah "karunia luar biasa dari Allah yang Mahatinggi, yang, meskipun membenci dosa-dosa kita, Dia tetap berbelas kasihan".
Hari ini adalah hari yang pantas bagi kita untuk mengucapkan syukur kepada Allah. Begitu juga besok dan hari-hari yang akan datang. (DCM)
SUKACITA HIDUP TIMBUL DARI HATI YANG MENGUCAP SYUKUR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar