Renungan Harian 22-27 Maret 2010

RENUNGAN SEPANJANG MINGGU

Senin, 22 Maret 2010
JURU KUNCI YANG BAIK (Ayub 1:13-22)
Banyak orang tidak dapat melepas harta kekayaannya karena itulah satu-satunya yang berharga yang dihasilkan dengan susah payah atau warisan peninggalan orang tua. Satu hal penting yang mereka lupakan bahwa semua itu adalah titipan Allah. Tugas mereka untuk kekayaan tersebut adalah mengelola dan bertanggung jawab kepada Allah, Sang Pemilik.
Sesuai dengan kesepakatan atau izin yang Allah berikan kepada Iblis, maka hal pertama yang Iblis jamah adalah harta benda dan anak- anak Ayub hanya dalam waktu satu hari. Bila orang lain atau Anda sendiri yang mengalami hal ini, hal pertama yang mungkin kita lakukan adalah marah, entah kepada orang lain, atau kepada Tuhan. Namun, tidak demikian halnya dengan Ayub. Ayub berbeda dengan kita, karena Ayub seperti yang Allah tahu memiliki iman yang tangguh, sehingga dia mampu bertahan.
Apa respons Ayub terhadap penderitaannya? "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!" (ayat 21). Mengapa Ayub bisa bersikap demikian? Pertama, Ayub memiliki persepsi yang berbeda tentang harta. Ia meyakini bahwa apa yang dimilikinya sekarang adalah kepunyaan Allah, datangnya dari Allah. Ayub menyikapi harta miliknya sebagai titipan Allah yang harus dimanfaatkan untuk kebaikan. Kedua, persepsinya tentang harta membuat Ayub harus bertanggung jawab terhadap kepunyaan Allah tersebut. Itu sebabnya Ayub tidak merasa terikat dengan hartanya, juga oleh anak-anaknya. Ayub menempatkan anak-anak sebagai titipan Allah yang harus diasuh dan dididik dalam iman. Ketiga, Ayub menyadari bila tiba saatnya Allah akan mengambil kembali milikNya.
Renungkan: Jarang ada orang bersungut jika dianugerahi harta milik Allah. Jarang ada orang bersyukur jika kehilangan harta milik Allah. Bagaimana sikap Anda terhadap harta milik Allah?

Selasa, 23 Maret 2010
PERSIAPAN KEMATIAN (Roma 14:7-9)
Sebuah gereja pernah menyebarkan formulir persiapan kematian. Tiap anggota diminta menjawab pertanyaan seperti: Mau dikubur di mana? Lagu-lagu apa yang ingin dinyanyikan saat kebaktian tutup peti? Adakah ayat atau pesan terakhir? Kalimat apa yang akan ditulis di batu nisan? Formulir itu akan disimpan oleh gereja dan dieksekusi saat yang mengisinya meninggal. Beberapa orang berkata: "Tidak pantas bicara soal kematian sebelum waktunya. Pamali!" Namun, menurut sang pendeta, kematian harus dipersiapkan supaya momen itu bisa dipakai "calon almarhum" untuk memuliakan Tuhan.
Paulus menegaskan bahwa kita ini milik Tuhan. Diri kita bukanlah milik pribadi. Apa pun yang kita perbuat atau rencanakan selama hidup perlu memuliakan Tuhan; mengakui ketuhanan-Nya; melayani kepentingan-Nya, bukan kepentingan diri sendiri. Sampai saat kematian pun, menurut Paulus, "kita mati untuk Tuhan" (ayat 8). Kematian kita harus memuliakan nama-Nya! Jangan sampai saat dipanggil pulang, kita meninggalkan jejak yang mempermalukan nama-Nya. Atau, mati karena berbuat hal yang mencemarkan Dia. Kematian kita harus membawa berkat bagi yang kita tinggalkan.
Persiapkan kematian sejak sekarang. Caranya? Pastikan pekerjaan Anda hari ini membuat Tuhan tersenyum. Saksikan kebaikan Tuhan pada orang sekitar, sehingga kapan pun maut menjemput, kita siap. Persiapkan juga hari kematian Anda, supaya jika saatnya tiba, anak-anak Anda tidak sampai berebut warisan. Biarlah hari itu menjadi hari terindah bagi Anda, karena bertemu Tuhan muka dengan muka. Juga hari penuh berkat bagi mereka yang telah berbagi hidup dengan Anda. (JTI)

JADIKAN TUHAN TERSENYUM MELIHAT CARA HIDUP ANDA
DAN CARA MATI ANDA

Rabu, 24 Maret 2010
KEHILANGAN MOMEN (Lukas 10:38-42)
Sekelompok turis diberi waktu tiga puluh menit untuk menyaksikan matahari terbit di puncak gunung. Begitu fajar tiba, semua sibuk berfoto. Akibatnya, mereka tidak sempat berdiam diri untuk menyaksikan indahnya momen itu; saat sinar matahari perlahan-lahan menerangi gunung dan lembah; saat langit berubah menjadi jingga; betapa agungnya burung-burung elang terbang di kejauhan dengan pekikan suara membelah kesunyian pagi; menikmati hangatnya matahari pagi menerpa wajah. Para turis pulang dengan hanya membawa koleksi foto, tetapi kehilangan momen terindah! Mereka pernah ke sana, tetapi tak pernah sungguh hadir di sana.
Hal serupa terjadi atas Marta. Ketika Yesus mendatangi rumahnya, ia sibuk memasak. Marta ingin menjadi tuan rumah yang baik. Namun, kesibukan itu membuatnya kehilangan momen untuk bersama-sama dengan Yesus. Padahal Yesus sedang menuju Yerusalem untuk disalibkan. WaktuNya tinggal sedikit. Kehadiran-Nya di Betania adalah momen langka bagi Marta untuk bertemu Yesus. Sayangnya, waktu itu malah ia pakai untuk memasak. "Hanya satu saja yang perlu," kata Yesus. Dia tidak perlu makanan lezat. Dia mengharapkan kehadiran Marta. Sebuah persekutuan seperti yang dilakukan oleh Maria.
Tuhan kerap memberi momen yang indah kepada kita. Momen untuk beribadah di gereja. Momen untuk bercengkerama bersama keluarga. Momen untuk menunjukkan rasa cinta pada hari ulang tahun kekasih kita. Momen untuk menyaksikan keindahan alam ciptaan Tuhan. Pastikan Anda benar-benar hadir dan menikmati tiap momen. Jangan sampai kesibukan Anda merusak momen itu. (JTI)

SEBUAH KEHADIRAN JAUH LEBIH BERKESAN
DARIPADA SEJUTA KENANG-KENANGAN

Kamis, 25 Maret 2010
PENANGKAL PESIMISME (Mazmur 85)
Seperti gerhana mampu menutupi matahari, demikian pula pesimisme dan keraguan dapat membawa kita pada kegelapan rohani. Seringkali kita menghadapi situasi yang begitu mengecewakan sehingga kita berpikir bahwa Allah Yang Mahakuasa sekalipun tak dapat menolong kita untuk mengatasinya.
Ketika Robert Cushman menulis tentang keputusasaannya saat berada di Mayflower pada tahun 1620, ia menampakkan sikap pesimis. Ia menulis, "Jika kita ingin membuat sebuah perkebunan di New England, berarti Allah harus membuat sebuah mukjizat! Apalagi dengan mempertimbangkan betapa sedikitnya bahan makanan yang kita miliki dan (yang paling gawat) tidak adanya kesatuan di antara kita. Jika harus meramalkan kehancuran kita, rasanya kepala saya hampir pecah dan saya tahu hal itu akan menyakitkan hati kalian. Karena itu saya hanya minta satu hal. Bersiaplah mendengar kabar buruk tentang kita. Saya tak melihat satu pun jalan keluar. Tetaplah berdoa." Dan, melampaui ketakutan Cushman, Allah mengirim para musafir yang kemudian menetap di daerah liar tersebut dan membuat wilayah itu menjadi subur.
Penulis Mazmur 85 menaikkan pujian atas pemeliharaan Allah. Ia tahu bagaimana Allah memelihara bangsa Israel di masa lampau (ayat 1-4). Karena itu kini ia meminta agar Allah menyelamatkan umatNya yang bertobat dari kejahatannya (ayat 5-8) dan dengan yakin ia menantikan jawaban atas doa tersebut (ayat 9-14).
Jangan ragukan kemampuan Allah untuk mencukupkan segala sesuatu. Dia akan membimbing kita melewati saat-saat paling gelap dalam kehidupan (VCG)

JIKA KEHIDUPAN MENEKAN ANDA
TETAPLAH MEMANDANG KE ATAS!

Jum’at, 26 Maret 2010
KEYAKINAN YANG SALAH (Filipi 1:12-18)
Ketika kita memutuskan untuk taat sepenuhnya kepada Allah, kita cenderung beranggapan bahwa kehidupan akan berjalan lebih lancar. Jika terjadi demikian, kita mengira hal itu membuktikan bahwa kita berada dalam kehendak Allah. Namun bila rintangan datang, kita cenderung menyimpulkan bahwa kita dan apa yang kita lakukan berada di luar kehendak Allah. Bukannya meragukan tolok ukur kita, kita malah meragukan pengabdian kita, dan terkadang bahkan meragukan Allah.
Seorang Kristen yang dewasa secara rohani pernah berkata, "Anda memiliki keyakinan yang salah bila mengira asal Anda taat kepada Allah, segala sesuatu akan berjalan lancar. Mempersembahkan hidup kepada Allah berarti berjalan bersama-Nya, bahkan saat segala sesuatu tidak berjalan dengan mulus. "Sesungguhnya," katanya dengan yakin, "Injil mengalami kemajuan karena bencana dan penderitaan."
Walaupun Paulus berada dalam penjara saat menulis surat kepada jemaat Filipi, penderitaan tidak membuatnya gelisah. Tujuannya adalah mengkhotbahkan Injil, dan ia tidak meragukan tujuan tersebut hanya karena dipenjara. Ia memanfaatkan keadaan sebaik mungkin dan memberitakan Kristus kepada orang-orang yang memenjarakannya. Penderitaannya telah memajukan Injil (Filipi 1:12-14).
Pikirkanlah karunia dan tujuan rohani Anda. Apakah Anda percaya bahwa semua itu dari Allah bila mendatangkan hasil, dan meragukannya bila membawa Anda pada kesulitan? Jangan dibodohi oleh keyakinan yang salah bahwa hidup akan menjadi mudah jika Anda taat kepada Allah. Allah tidaklah mengangkat kesulitan; Dia memanfaatkan kesulitan itu demi kebaikan Anda dan kemuliaan-Nya [JEY]

LAUT YANG TENANG TIDAK AKAN MENGHASILKAN
PELAUT YANG TERAMPIL

Sabtu, 27 Maret 2010
HIDUP YANG LUAS (2 Korintus 6:1-13)
Sebuah majalah mengenai perahu melaporkan bahwa Serenity, Time Out, Serendipity, dan Reel Time adalah beberapa nama paling populer yang biasanya dipakai untuk memberi nama perahu. Belum lama ini, saya melihat nama Living Large pada sebuah perahu di sebuah dermaga kecil di Grand Haven, Michigan. Saya tidak tahu makna nama itu bagi pemiliknya, tetapi bagi banyak orang, "hidup yang luas" (living large) berarti memiliki harta benda yang terbaik, berlibur ke tempat-tempat yang paling eksotis, membeli segala sesuatu yang Anda inginkan, hidup mewah.
Akan tetapi, hidup semacam itu tidak membawa kita kepada tujuan atau kepuasan sejati. Para pengikut Yesus Kristus menjalani hidup yang penuh dengan cara berbeda, seperti terlihat dalam teladan Rasul Paulus dan rekan kerjanya, Timotius. Paulus berkata kepada jemaat Korintus, "Hati kami terbuka lebar-lebar" (2 Korintus 6:11). Alkitab versi King James menerjemahkannya demikian: "Hati kami membesar." Mereka telah menunjukkan kasih sepenuh hati kepada jemaat, sama seperti yang dilakukan seorang ayah kepada anak-anaknya ketika ia memeluk mereka. Sekarang mereka mengharapkan tanggapan yang sama. Maka, Paulus meminta, "Sekarang, supaya timbal balik ... Bukalah hati kamu selebar-lebarnya" (ayat 13).
Seseorang yang memiliki hati yang terbuka menunjukkan kasihnya melalui kata-kata dan tindakan, dengan bebas dan murah hati. Sebagai orang-orang percaya, mari kita miliki hidup yang luas dan secara bebas menyambut serta memeluk sesama dengan kasih. (AMC)

ORANG-ORANG YANG TIDAK MENUNJUKKAN KASIH
BENAR-BENAR TIDAK BISA MENGASIHI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar