Mimbar Gereja u/warta 21 Maret 2010

GIA Sby (Gateway)
Minggu, 14 Maret 2010
Oleh: Pdt. Susi Raswati

PENAKLUK RASA KUATIR
(Habakuk 1:1-6 ; 3:17-19)

Menurut sejarah kitab Habakuk merupakan kitab yang mencatat keluhan-keluhan seorang nabi bernama nabi Habakuk. Pada saat itu ia melihat kefasikan, kelaliman, ketidakadilan dan kejahatan sehingga ia mempertanyakan dimana Tuhan ketika semuanya itu terjadi. Para ahli mengatakan bahwa Habakuk bukan khas nama Ibrani bahkan beberapa Rabi Yahudi mengartikan nama Habakuk “Chabak” yang artinya memeluk. Menurut beberapa penafsir Habakuk juga berasal dari perempuan Sunem. Demikian juga Martin Luther mengartikan nama Habakuk yaitu memeluk dalam arti memeluk umat Tuhan untuk menghiburkan, menguatkan dan meneguhkan umatNya.
Struktur Kitab nabi Habakuk ini digolongkan kitab yang memiliki ritual ibadah, itu sebabnya kitab Habakuk disebut kitab liturgis. Dan kenyataan ini menguatkan bahwa Habakuk berasal dari suku lewi.
Dalam Kitab Habakuk diceritakan bahwa orang Kasdim menduduki mesopotania dengan memiliki kekuatan, kekuasaan, dan kekayaan terlihat saat Nabopolasar & Raja Nebukadnesar memerintah. Pada masa pemerintahan Nabopolasar inilah berhasil mengalahkan kerajaan Asyur 625 SM sehingga mengalami keruntuhan kota Niniwe yang merupakan kota Asyur. Dan saat itu bangsa Kasdim memiliki kekuasaan mutlak atas seluruh Timur tengah. Jadi Yehuda berada dalam kekuasaan bangsa Kasdim sekaligus Yehuda saat itu dipimpin oleh Raja Yoyakim dikenal sebagai raja yang lalim.
Dalam ayat 1 ditulis kata ucapan Ilahi, maka Firman Tuhan yang disampaikan oleh Habakuk ini merupakan pernyataan Allah sendiri untuk menyatakan kehendakNya bagi umatNya. Dimana saat itu umatNya dikuasai oleh bangsa Kasdim yang tidak mengenal Allah dan dipimpin oleh Raja yang lalim, sehingga umatNya dalam keadaan yang memprihatinkan. Dengan kenyataan itu maka Habakuk mempertanyakan tentang keadilan Tuhan dalam ayat 2 mengatakan: Berapa lama lagi, Tuhan, aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar, aku berseru kepadaMu: “ Penindasan! tetapi tidak Kau tolong?. “ Dalam Pasal 1:3 Habakuk juga bertanya mengapa Engkau memperlihatkan kepadaku kejahatan sehingga aku memandang kelaliman?” Dimana seakan-akan Allah berdiam diri di tengah-tengah penderitaan umatNya. Disaat ia bergumul ia juga terus menerus menanti jawaban dari Tuhan atas pengaduannya. Dan hal ini bisa terjadi dalam kehidupan umat Tuhan mempertanyakan tentang keberadaan Allah disaat penderitaan, kesukaran, kejahatan itu terjadi bahkan saat menghimpit umatNya . Namun disini kita belajar dari Habakuk dalam keadaan yang demikian ia tetap yakin kepada Allah, hal ini nyata dalam Habakuk 2:4 yang mengatakan “Sesungguhnya, orang yang membusungkan dada, tidak lurus hatinya, tetapi orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya”. Ia terus beriman kepada Tuhan sekaligus menyadari bahwa imannya itupun berasal Allah sendiri, sehingga ia mampu menjalani kenyataan-kenyataan dalam hidupnya.
Jadi iman yang dimiliki oleh Habakuk bukan didasarkan pada keadaan yang ada tetapi iman yang berharap, bersandar pada Tuhan, hal ini nyata ketika ia menyatakan pada pasal 3:17-18. Dimana bisa situasi yang sulit kemiskinan, kelaparan menghimpit, menekan umatNya namun Allah terus memberikan kekuatan untuk melewati pergumulan itu (Habakuk 3:19). Ketika rasa kuatir atau rasa takut ada dalam kehidupan kita sebagai orang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus seharusnya dalam keadaan apapun tetap menaruh pengharapan kepadaNya. Mengapa demikian karena Dialah yang memberikan kekuatan, penghiburan sekaligus yang memelihara anak-anakNya. Amin

Diringkas oleh: Pdm. Anugrah Laia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar