RENUNGAN SEPANJANG MINGGU
Senin, 15 Juni 2009
KEADILAN DAN HUKUM AKAN KEMBALI MENANG. (Mazmur 94)
Di antara mazmur-mazmur yang menggumuli masalah kejahatan dalam dunia, dalam terang Allah adalah raja, mazmur ini berbicara tentang keadilan Allah. Meskipun ide penobatan Allah sebagai raja tidak disinggung secara langsung, namun penekanan pada isu keadilan secara tidak langsung menegaskan kerajaan Allah dalam segi pemberlakuan kebenaran. Bila pasal 93 menekankan segi Allah sebagai Raja Pahlawan, mazmur ini menekankan segi Allah sebagai Raja Hakim.
Bila kita memikirkan tentang keadilan dan tugas hakim, maka tidak bisa dihindari kita akan mengaitkannya dengan masalah pelaksanaan penghakiman dan penghukuman. Berbeda dari anggapan bahwa Allah terlalu baik atau terlalu sibuk untuk mengganjar orang-orang yang dengan jemawa dan keji bersuka cita menindas yang lemah dan tak berdaya (ayat 4-6, 21), Allah akan menghukum. Fokus pengharapan penghakiman Allah itu adalah pada permohonan agar Allah “bangkit”, suatu ungkapan teofani, yaitu ketika Allah datang dalam kemuliaan-Nya khususnya pada akhir zaman kelak.
Berita tentang keadilan dan hukum akan kembali menang karena Allah akan bertindak sebagai Hakim yang benar, tidak hanya bertujuan pastoral kepada umat Allah, tetapi harus juga bertujuan memperingati orang-orang yang berbuat jahat (ayat 8-11). Allah tidak berdiam diri, tak mau tahu, menarik diri dalam ketidakpedulian. Sebaliknya Allah mendengar dan melihat (ayat 9) dan bertindak (ayat 10). Orang jahat berpikir mereka menentukan segala sesuatu, tetapi mazmur ini menegaskan bahwa ada Allah yang berdaulat yang selalu menegakkan keadilan dan hukum-hukum-Nya.
Hiburan bagi orang yang takut akan Allah bukan saja datang dari mengetahui tentang kedaulatan Allah, tetapi juga dari menerima dukungan, penghiburan, dan disiplin kasih Allah atas hidupnya (ayat 18-19). Orang yang takut akan Allah tidak diluputkan dari penderitaan karena kejahatan pihak lain, tetapi didisiplin Allah agar menjadi kesaksian yang hidup tentang kebenaran dan keadilan. Kebahagiaan orang benar tidak bersumber dari pemuasan hasrat jahat, tetapi dari tunduk pada kehendak Allah.
Renungkan: Pembalasan adalah hak Tuhan. Ini menghibur orang beriman dan perlu dinyatakan kepada orang yang berbuat dosa.
Selasa, 16 Juni 2009
DIHAJAR UNTUK BERTUMBUH. (Ibrani 12:1-11)
Banyak orang kristiani harus dihajar dengan kasih agar bertumbuh. Walaupun Bapa surgawi tidak pernah mengizinkan anak-anak-Nya mengalami penderitaan yang tidak perlu, kadang Dia mengizinkan mereka mengalami hantaman yang keras agar menjadi orang percaya yang dewasa.
Kebutuhan akan cuaca buruk untuk menstimulasi pertumbuhan dapat terlihat di alam sekitar kita. Para ilmuwan mengatakan bahwa benih sebagian semak padang pasir harus dihancurkan oleh badai agar dapat berkecambah. Benih-benih itu diselimuti oleh cangkang keras yang menjaga agar air tidak masuk. Hal ini memungkinkan mereka tergeletak dalam keadaan istirahat di atas pasir selama beberapa musim sampai kondisinya tepat untuk bertumbuh.
Saat hujan lebat akhirnya datang, benih-benih kecil itu terbawa banjir bandang. Mereka terbanting ke pasir, kerikil, dan bebatuan sewaktu meluncur menuruni tebing. Akhirnya mereka sampai di sebuah dataran rendah. Di situ tanahnya telah basah sedalam beberapa jengkal. Setelah itu barulah mereka mulai bertumbuh, karena butiran air telah diserap melalui torehan dan sobekan yang mereka alami saat terjatuh.
Demikian pula kesulitan mungkin diperlukan untuk membangunkan orang kudus yang sedang tidur. Ini mungkin menyakitkan sesaat, namun apabila kita berserah kepada Tuhan, maka kita akan menemukan bahwa tanda memar dalam kehidupan dapat menandai awal kemajuan rohani. Kita mungkin lebih suka menjadi benih, namun Dia ingin agar kita menjadi pohon yang berbuah banyak.
Renungkan: Tidak ada keberhasilan tanpa penderitaan. (MRD)
Rabu, 17 Juni 2009
HAJARAN KASIH. (Ibrani 12:6-11)
Dunia mengenal Hellen Keller sebagai orang buta yang berhasil lulus sarjana, dan dalam keterbatasannya menjadi berkat bagi banyak orang. Sebenarnya, di balik sosok Hellen, ada tokoh yang jarang disorot. Yakni Anne Sullivan, guru privat Hellen. Dialah yang mengajar Hellen banyak hal. Namun, jangan berpikir ia mengajar dengan lemah lembut. Ketika Hellen kecil, Anne bahkan harus mendisiplin Hellen dengan sangat keras supaya ia bisa makan dengan sendok. Awalnya, orangtua Hellen keberatan dengan cara Anne yang menurut mereka terlalu disiplin. Namun, Anne meyakinkan orangtua Hellen bahwa jika mereka ingin anaknya berhasil, Hellen perlu didisiplin. Jika Anne tidak mendisiplin Hellen, dunia mungkin takkan pernah diberkati oleh seorang Hellen Keller.
Demikian pula dengan Bapa di surga. Karena Dia adalah Bapa yang baik, itu sebabnya Dia mendisiplin kita. Penulis surat Ibrani menuliskan didikan Tuhan dari sudut pandang Tuhan. Ia memberi kita petunjuk bagaimana harus bersikap ketika dihajar Tuhan. Pertama, jangan anggap enteng. Sikap menganggap enteng membuat kita tidak pernah belajar dari kesalahan yang kita buat, sehingga kita terus-menerus membuat kesalahan yang sama. Kedua, jangan putus asa (ayat 5). Putus asa membuat kita merasa tak punya harapan untuk maju. Ingat saja bahwa Tuhan mendidik bukan karena benci, sebaliknya karena Dia mengasihi dan menganggap kita anak-Nya (ayat 6).
Di didik dan dihajar Tuhan memang tidak menyenangkan. Namun, itulah bukti kasih Tuhan yang mendalam pada kita. Selama ini, bagaimana respons kita terhadap didikan Tuhan? Sepatutnya kita bersyukur dan menerima didikan-Nya.
Renungkan: Hajaran tuhan adalah hajaran yang dilandasi oleh kasih bukan kebencian. (GS)
Kamis, 18 Juni 2009
SAAT KESULITAN DATANG. (Filipi 1:12-26)
Dave Dravecky adalah pelempar bola yang gemilang dari tim bisbol San Diego Padres dan San Francisco Giants. Tetapi tangan yang dipakainya untuk melempar makin lama terasa sakit. Tes medis menunjukkan bahwa ia terkena kanker. Karena itu ia harus menjalani pembedahan dan rehabilitasi selama berbulan-bulan.
Selanjutnya, Dave kembali menjadi pelempar bola dalam beberapa liga kecil, dan kemudian juga dalam liga-liga utama. Tetapi suatu kali di Montreal, tangannya terasa ngilu saat melempar bola.
Kanker itu ternyata belum lenyap. Untuk menyelamatkan nyawanya, para dokter memotong lengan dan sebagian besar bahunya. Sebagai seorang Kristen yang sungguh-sungguh, Dave tidak tenggelam dalam rasa kasihan pada diri sendiri. Ia berkata, "Saya tak perlu mengasihani diri sendiri. Saya tidak bertanya, Mengapa harus saya, Tuhan? Pertanyaan saya adalah, Apa rencana-Mu bagi saya?'" Lalu ia menyambung, "Saya melihat peristiwa ini sebagai kesempatan yang diberikan Allah kepada saya untuk memberitakan Injil kepada banyak orang."
Sebagaimana Rasul Paulus melihat bahwa kesengsaraan dapat menjadi sebuah kesempatan (Filipi 1:12), Dave juga melihat bahwa Allah telah membuka pintu agar ia dapat berbicara tentang imannya kepada Kristus. Orang mau mendengarkan Dave karena ia adalah kesaksian hidup tentang ketabahan manusia dan anugerah Allah.
Saat kesulitan datang dan menghancurkan impian kita atau membuat tubuh kita cacat, apakah kita akan mengasihani diri sendiri? Ataukah kita akan melihatnya sebagai sebuah kesempatan untuk menunjukkan bahwa anugerah Allah itu cukup bagi kita?.
Renungkan: Kesulitan diberikan bersamaan dengan anugerah untuk menanggungnya. (VCG)
Jumat, 19 Juni 2009
MENGASIHI SESAMA. (Efesus 4:29-32)
Yayasan Carnegie mendapati bahwa agar dapat meraih keberhasilan dalam bekerja, kemampuan membangun hubungan lebih penting daripada pengetahuan. Penelitian ulang oleh yayasan itu me nunjukkan bahwa hanya 15 persen dari kesuksesan seseorang ditentukan oleh pengetahuan dan keterampilan teknis tentang pekerjaannya. Delapan puluh lima persen lagi ditentukan sikap pribadi dan kemampuan berhubungan dengan orang lain.
Alkitab memerintahkan kita untuk "ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu" (Efesus 4:32). Sesungguhnya, Alkitab menyatakan agar kita mengasihi "sesama" kita seperti diri kita sendiri (Matius 22:39). Dan sesama kita tidak hanya orang yang tinggal atau bekerja di dekat kita, tetapi setiap orang yang kita temui dalam perjalanan hidup kita terutama mereka yang membutuhkan pertolongan.
Jadi, bersikap sopan, perhatian, dan peduli kepada sesama adalah prinsip rohani yang mendasar. Itu juga merupakan pedoman yang terpenting dalam mendapatkan hubungan yang menyenangkan dan membahagiakan. Sesungguhnya, hal itu pun merupakan kunci emas meraih keberhasilan kerja.
Tujuan kita meneladan semangat Kristus untuk mengasihi sesama, semata-mata didasari oleh keinginan untuk taat kepada Allah dan bukan hanya keinginan untuk berhasil dalam pekerjaan. Lebih dari itu, tugas utama kita sebagai orang percaya adalah untuk mewujudkan dan mempraktikkan karakter yang mengasihi sesama seperti Tuhan kita.
Renungkan: Mereka yang mengasihi Allah pasti mengasihi sesamanya. (VCG)
Sabtu, 20 Juni 2009
MENGUASAI DIRI. (1Korintus 9:24-27)
Para prajurit yang tidak ingin menjadi jenderal, bukan prajurit yang baik. Atlet yang tidak ingin menjadi juara adalah atlet yang buruk," demikianlah bunyi salah satu tulisan penyemangat yang digantung di sebuah ruang pelatihan olahraga di Beijing, Cina. Untuk menyiapkan diri menghadapi pesta olahraga Olimpiade 2008 ini, para atlet Cina telah menjalani latihan keras sejak 6 tahun yang lalu. Selain itu, mereka punya sebuah lagu penyemangat yang berbunyi, "Laki-laki (berhati) baja tidak menangis. Kami mau menjadi pahlawan. Menjadi pemenang. Meraih emas!"
Bacaan kita hari ini juga berbicara tentang pertandingan. Paulus menulis bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi hanya ada satu yang mendapat hadiah. Jadi, Paulus menasihati kita agar menguasai diri dalam segala hal, bukan untuk mengejar hadiah yang sementara, melainkan mahkota yang abadi (ayat 25). Setiap anak Tuhan yang mau menjadi pemenang, tidak boleh berlari tanpa tujuan, tidak boleh menjadi petinju yang sembarangan memukul (ayat 26). Ini berarti, anak Tuhan jangan sampai hidup sembarangan, tanpa perencanaan, tanpa tujuan.
Apakah cita-cita Anda? Jawabannya bisa apa saja, terserah Anda. Namun, yang penting adalah merencanakan dan menyiapkan diri untuk meraih cita-cita Anda mulai dari sekarang. Nasihat Paulus di atas patut kita terapkan mulai hari ini, melalui beberapa langkah. Langkah pertama: kenalilah diri Anda. Langkah kedua: latihlah. Langkah selanjutnya: kuasailah! Mulailah melangkah dari langkah pertama!.
Renungkan: Bermainlah sebaik-baiknya maka gol akan tercipta sendiri (CHA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar