Renungan Harian 01 - 06 Juni 2009

Senin, 01 Juni 2009

DIPENUHI ROH KUDUS. (Kisah 2:1-13)
Bayangkan, misalnya di sebuah gereja sederhana di Jawa Tengah, tiba-tiba jemaatnya bisa berbahasa Jerman, Inggris, Prancis, Mandarin, Vietnam, Jepang, Korea, Spanyol, dan Italia. Betapa mencengangkan! Extravaganza! Begitulah kurang lebih yang dialami oleh para murid Yesus. Setelah berkumpul di suatu tempat, sepuluh hari sejak Yesus naik ke surga, mereka mengalami kepenuhan Roh Kudus. Diawali dengan bunyi tiupan angin keras dan lidah-lidah api yang menghinggapi mereka semua tanpa kecuali. Karena kepenuhan Roh Kudus itulah mereka lalu dapat berbicara dalam bahasa Partia, Media, Elam, Mesopotamia, Yudea, Kapadokia, Pontus, Asia, Frigia, Pamfilia, Mesir, Libia, Kirene, Roma, Kreta, dan Arab. Orang-orang Yahudi perantauan pun tercengang bukan buatan. Mereka mendengar orang-orang Yahudi nonperantauan berbicara dalam bahasa mereka. Dan, yang mereka dengar itu adalah perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah (ayat 11).
Dari sini jelas bagi kita bahwa karya Roh Kudus bermuara pada pemuliaan Allah. Jadi, adalah salah bila kita beranggapan bahwa karunia dan kepenuhan Roh Kudus terjadi untuk menunjukkan pencapaian rohani seseorang, atau untuk menggarisbawahi ranking kehidupan rohani seseorang. Lebih salah lagi, bila dipakai untuk menghakimi orang lain. Alih-alih terpusat pada diri sendiri, kepenuhan Roh Kudus terutama harus berpusat pada tindakan memuliakan Allah. Bila hal pokok ini ditindas oleh sikap egosentris dan sombong rohani, maka saatnya kita berkaca diri. Sebab pasti ada sesuatu yang salah dalam diri kita.

Renungkan: Karunia Roh Kudus bermuara pada kemuliaan Allah bukan kemegahan pribadi manusia. (DKL)

Selasa, 02 Juni 2009

ROH KUDUS. (Yohanes 16:4-15)

Bagian ini erat dengan pasal 15 tentang bagaimana hidup dalam Kristus dan berbuah banyak bagi kemuliaan Bapa. Sebelumnya dicatat bahwa para murid bertanya ke mana Yesus akan pergi. Kali ini Tuhan justru menegur karena mereka tidak lagi menanyakan hal itu. Mungkin pengetahuan bahwa Yesus akan pergi dan mereka akan kehilangan Dia, mengganggu pikiran mereka. Kini Tuhan menjelaskan bahwa kepergian-Nya justru baik bagi mereka karena kepergian-Nya ke salib dan ke surga sesudah kebangkitan merampungkan seluruh rencana keselamatan Allah bagi milik-Nya. Jadi, kepergian Yesus justru membuat para murid ada dalam posisi menikmati seluruh janji keselamatan Allah. Karena Yesus telah merampungkan tugas penyataan dan penyelamatan dari Allah, Roh Kudus dapat datang ke dalam dan ke antara mereka.
Kedatangan Roh Kudus akan berdampak bagi para pengikut Yesus, juga bagi dunia melalui para pengikut Kristus. Bagi orang beriman, Roh Kudus akan meneruskan kehadiran dan karya Yesus, menjadi penghibur atau pendamping yang selalu siap membela dan memimpin. Ia akan memberikan pengenalan yang intim akan Allah dalam hati dan pikiran para pengikut Yesus (ayat 7,13,15). Intinya, Ia akan membuat orang percaya mengalami persekutuan yang nyata dan akrab dengan Allah Tritunggal dan mengenali kebenaran- kebenaran-Nya yang memperbarui hidup.
Kehadiran dan karya Roh dalam diri Kristen pasti membawa dampak ke dalam dunia. Jika Kristen hidup akrab dengan Tuhan, menaati dan mengalami penyertaan-Nya yang baik dan kudus, mereka pasti akan berpengaruh. Seperti Yesus datang bukan untuk membawa damai yang semu, tetapi pedang yang membedah dan mengerat dosa, demikian juga kehadiran Kristen di tengah dunia. Pertama, menimbulkan kepekaan akan dosa. Kedua, menunjukkan kebenaran. Ketiga, menyatakan penghakiman Allah. Ketiga dampak ini tidak saja berkaitan dengan soal pola hidup etis, tetapi terutama tentang sikap dunia terhadap Yesus yang mereka tolak dan terhadap iblis yang mereka ikuti (ayat 8-11).

Renungkan: Kajilah bagaimana kehadiran Roh Kudus dalam diri kita telah / belum berdampak bagi kehidupan di sekitar kita!

Rabu, 03 Juni 2009

OLEH ROH KUDUS. (Zakharia 4:1-7)

Seorang pria bernama Simon yang bekerja di sebuah stasiun televisi di undang untuk menyaksikan sebuah drama di gereja tentang kematian dan kebangkitan Yesus. Pada penutup acara, sang pendeta mempersilakan para hadirin saat itu untuk menghubungi gereja jika mereka ingin membicarakan apa yang telah mereka lihat dan dengar dalam drama tersebut. Esok harinya Simon yang berpandangan skeptis menelepon ke gereja dan membuat janji untuk bertemu sang pendeta.
Pada tahun yang sama, setelah melalui beberapa kali pertemuan dan pemikiran yang mendalam, akhirnya Simon menerima Yesus sebagai Juruselamatnya. Ia pun bertumbuh dengan cepat sebagai orang percaya, bahkan ikut bermain drama pada tahun berikutnya.
Kesaksian seperti di atas dapat memberi kita semangat karena sering kali usaha kita untuk menyebarkan Injil dalam masyarakat mengalami hambatan.
Dalam bacaan Alkitab hari ini, orang-orang buangan Yahudi yang berusaha membangun kembali Yerusalem menghadapi perlawanan dari negara-negara tetangga. Namun Allah mengingatkan mereka bahwa keberhasilan tidak datang karena keperkasaan ataupun kekuatan manusia, melainkan karena Roh Allah (Zakharia 4:6).
Sebagai bagian dari gereja Kristus, mungkin kita berkecil hati karena mengalami hambatan dalam mengabarkan Injil. Namun kita perlu ingat bahwa pekerjaan Allah tidak dikerjakan dengan keperkasaan atau kekuatan kita, melainkan oleh Roh Kudus. Kita hanya diberi tanggung jawab untuk menyerukan nama-Nya dengan setia dan menyerahkan hasilnya kepada-Nya.

Renungkan: Mengubahkan hati adalah tugas Allah bukan tugas kita. (DCE)

Kamis, 04 Juni 2009

HIDUP KUDUS. (1Petrus 1:13-19)
Bayangkan ada dua gelas di hadapan Anda. Yang satu terbuat dari kristal dengan ukiran cantik. Mahal, tetapi bagian dalamnya kotor dan berdebu. Yang satu lagi gelas plastik murahan, tetapi dicuci bersih. Jika Anda ingin minum, mana yang akan Anda pakai? Saya yakin Anda memilih gelas yang murah, tetapi bersih! Gelas semewah apa pun, jika dalamnya kotor dan berdebu, menjadi tidak berguna.
Setiap anak Tuhan adalah "gelas kristal". Kristus telah menebus kita dengan darah yang mahal, sehingga kita menjadi milik-Nya yang sangat berharga (ayat 18,19). Itu sebabnya Tuhan ingin memakai kita menjadi alat-Nya, untuk menyalurkan "air hidup" kepada orang-orang di sekitar kita. Namun, itu akan terhalang jika kita tidak rajin membersihkan "debu" yang mengotori hati dan hidup kita.
Agar dapat dipakai Tuhan, kita harus hidup dalam kekudusan. Tak membiarkan hawa nafsu mencemari dan menguasai hati. Tuhan meminta kita menjadi kudus dalam seluruh aspek hidup. Bukan hanya di gereja, melainkan juga di tempat kerja dan dalam keluarga. Kata "kudus" berarti terpisah atau berbeda. Hidup kita harus dipisahkan, dikhususkan untuk memuliakan Tuhan. Berbeda dari cara hidup duniawi. Hidup kudus adalah keharusan, bukan pilihan. Tuhan berfirman, "Kuduslah kamu, sebab Aku kudus" (ayat 16).
Adakah "kotoran" yang masih menempel di hati Anda? Bentuknya bisa berupa dendam, amarah, nafsu yang merusak, niat jahat, atau kebiasaan dosa yang terus dipelihara. Kita harus sering membersihkan hati. Membuatnya tetap murni, agar Tuhan dapat terus memakai kita menjadi saluran berkat-Nya. Sayang, jika kita hanya menjadi gelas kristal kotor; indah namun tak berguna.

Renungkan: Tanpa kekudusan tak seorang pun akan melihat Tuhan. (JTI)

Jumat, 05 Juni 2009

SAAT TERPENTING DALAM HIDUP. (Yohanes 3:1-21)
Malam di tahun 1987 itu merupakan saat yang paling mengesankan bagi tim bisbol Minnesota Twins. Mereka baru saja mengalahkan Detroit Tigers dan memenangkan Piala Liga Amerika untuk pertama kalinya setelah 22 tahun bertanding. Itu sebabnya lebih dari 50.000 orang, tua dan muda, berdesakan menuju Metrodome untuk menyambut kepulangan sang juara dari Detroit. Bendera dilambai-lambaikan, peluit ditiup, dan mereka semua benar-benar bergembira. Bahkan tangis kebahagiaan mewarnai suasana tersebut.
Para pemain dikerumuni oleh wartawan-wartawan dari berbagai media massa. Di tengah kerumunan itu, seorang reporter memanggil Greg Gagne, pencetak gol Twins, dan berkomentar, "Pasti ini adalah saat yang terpenting dalam hidup Anda." Gagne menjawab pelan, "Sebenarnya tidak. Saat terpenting dalam hidup saya ialah saat saya mengundang Yesus Kristus dalam hidup saya."
Tak dapat dipungkiri bahwa kita menikmati saat-saat yang indah tatkala berhasil mencapai tujuan-tujuan yang sulit atau meraih kemenangan. Namun sebagai pengikut Kristus, kita harus tahu bahwa saat-saat kemenangan itu tak ada artinya dibandingkan dengan saat kita menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat. Itu merupakan keputusan yang mengubah hidup kita untuk selamanya (Yohanes 3:15,16).
Pernahkah Anda mengalami saat yang terpenting itu? Jika pernah, Anda patut merayakannya. Jika belum, saat ini juga Anda dapat mengambil keputusan yang dapat mengubahkan hidup Anda.

Renungkan: Keputusan anda tentang Kristus menentukan jalan hidup anda. (VCG)

Sabtu, 06 Juni 2009

BERSYUKUR ATAS PEMERINTAH?. (Roma 13:1-10)

Sebagian besar dari kita akan setuju dengan Paulus bahwa kita perlu berdoa bagi para pemimpin politik (1Timotius 2:1). Akan tetapi, ada juga orang yang masih sulit menerima ajakan Paulus untuk mengucap syukur pada Tuhan atas pemerintah yang ada (ayat 2). Hal itu disebabkan oleh adanya kesalahan-kesalahan yang mereka lihat dalam dunia politik nasional maupun lokal. Bagi mereka, pemerintah sepertinya lebih merupakan kutuk daripada berkat. Karenanya mereka bertanya-tanya untuk apa mereka mengucap syukur.
Jika kita juga merasakan hal yang sama, maka seharusnya kita mengingat bahwa Paulus pun hidup di bawah rezim kekaisaran Romawi yang lalim. Ia melihat bahwa pemerintahan mereka tidak lebih baik dari anarki. Kita juga perlu ingat bahwa banyaknya keuntungan yang dapat kita nikmati adalah hasil dari adanya hukum yang baik.
Sebagai contoh, dalam banyak negara terdapat hukum yang memberikan perlindungan kepada anak-anak dan orang-orang miskin dari praktek kerja yang tidak menusiawi. Kondisi yang tercipta mungkin jauh dari sempurna, tetapi nasib mereka mungkin akan lebih buruk bila tak ada hukum yang menaruh belas kasihan terhadap mereka.
Paulus mengatakan bahwa Tuhan memakai pemerintah untuk menghakimi orang-orang yang melakukan kejahatan (Roma 13:4). Kita dapat melihat bagaimana Allah memakai polisi dan sistem peradilan untuk mengendalikan kejahatan dan mencegah kekacauan. Bahkan lebih jauh Paulus menyebut para pemimpin politik sebagai "pelayan-pelayan Allah" (Roma 13:6) yang dipakai-Nya untuk kesejahteraan manusia.
Jika kita berhenti sejenak untuk berpikir, maka kita akan menemukan alasan yang tepat untuk mengucap syukur saat kita berdoa bagi pemerintah kita.

Renungkan: Jika kita semakin banyak berdoa bagi pemerintah kita kita akan semakin banyak mengucap syukur bagi pemerintah kita. (HVL)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar