Renungan Harian 26 April-2 Mei 2009

Senin, 27 April 2009
WASPADAI TAWARAN (Yosua 9:1-27)
Ada yang mengatakan, bola di depan kaki tidak selalu harus kita tendang, bisa juga dilewati, atau dipungut dan ditaruh di rak bola. Artinya perlu bijaksana dan prinsip dalam menangani segala sesuatu di depan kita, termasuk kesempatan baik.
Bijaksana itulah yang terlewatkan oleh Yosua dan tua-tua bangsa Israel dalam menangani bangsa Gibeon. Penduduk Gibeon yang takut ditumpas habis oleh Israel menggunakan akal mereka untuk menyelamatkan diri. Dengan cerdik dan licik menampilkan diri begitu lusuh seolah dari perjalanan jauh, mereka datang pada Yosua dan bangsa Israel. Mereka menawarkan hal yang seolah amat baik: janji persahabatan dan sumpah tidak akan menumpas seorang pun dari bangsa Gibeon (3-6, 9-14). Yosua dan para pemimpin Israel terkecoh. Tanpa waspada dan bertanya kepada Tuhan, mereka mengikat janji persahabatan dengan bangsa Gibeon (15). Dalam sekejap, keputusan itu menimbulkan sungut-sungut segenap umat kepada pemimpin. Dalam jangka panjang akibatnya amat buruk, yaitu terjadilah kawin dan mengawinkan antara umat Israel yang kudus dengan penduduk Kanaan yang membawa umat Israel beribadah kepada dewa dewi Kanaan (Hak. 3:6).
Sebagian besar kita tidak sulit menolak sesuatu yang jelas-jelas jahat. Kesulitan memilah mana yang berkenan atau tidak bagi Tuhan justru muncul di antara pilihan yang tampak baik semuanya. Akibatnya, banyak dari kita berprinsip, apa pun yang baik boleh diterima atau dikerjakan. Bahkan sering kita melakukannya tanpa merasa perlu bertanya kepada Tuhan dengan dalih menggunakan akal budi yang Tuhan berikan. Akibatnya kita sering terjebak tidak lagi melayani Tuhan. Kita terjerat aneka kebaikan semu yang disuguhkan si jahat dan tidak mengerjakan apa yang justru terbaik yang dikehendaki Tuhan.
Renungkan: Jangan pernah lupa bertanya kepada Tuhan dalam setiap keputusan hidup Anda, seremeh apa pun tampaknya!

Selasa, 28 April 2009
MEMBUAT SETIAP LANGKAH BERARTI. (Kolose 3:1-17)
Pembalap mobil legendaris Bobby Unser menghadapi "perlombaan" terberat dalam hidupnya dan menang. Ia dan kawannya, Robert Gayton, sedang mengendarai kereta salju di New Mexico saat kereta itu berhenti berfungsi. Tumpukan salju setinggi dada, suhu di bawah nol derajat, dan angin berkekuatan 112 km/jam menghambat upaya mereka menemukan tempat berlindung. Mereka bahkan harus menginap semalam dalam gua salju buatan sendiri. Pada malam berikutnya, barulah mereka menemukan pondok yang memiliki pemanas dan telepon.
Setelah pertolongan tiba, Unser berkata, "Setiap keputusan yang kami buat haruslah tepat." Ia dan kawannya mengalami perjuangan yang menakutkan karena hal-hal yang tak dapat mereka kontrol, dalam setiap usaha untuk bertahan hidup.
Sebagai orang Kristen, kita hidup dalam dunia yang kejam bagi kehidupan rohani kita. Setiap hari kita harus bertarung melawan kekuatan-kekuatan yang dapat menghancurkan kita. Sebagian bersifat internal, seperti keangkuhan dan keinginan-keinginan kita yang egois. Sebagian lagi merupakan kekuatan eksternal, seperti pengaruh media yang merusak, kenalan-kenalan yang tidak mendukung iman kita, tekanan hidup. Keputusan salah yang kita ambil saat menghadapi "badai" ini dapat membawa kehancuran.
Setiap langkah kita, baik perkataan maupun perbuatan, haruslah dilakukan dalam nama Yesus (Kolose 3:17). Kita harus hidup menurut prinsip-prinsip Allah dan bertindak seperti apa yang sekiranya akan Yesus lakukan. Ini akan membuat setiap langkah kita arti.
Renungkan: Ketika membuat keputusan, bertanyalah "apa yang akan Yesus lakukan?" (JDB)

Rabu, 29 April 2009
KEPUTUSAN SANG AYAH. (Roma 5:6-9)
Seorang pembicara mengangkat sebuah ilustrasi. "Seorang ayah, anaknya, dan teman anaknya berlayar ke Samudra Pasifik. Namun, ombak dan badai menyerang sehingga mereka terlempar ke laut. Karena hanya punya satu tali penyelamat, sang ayah harus memutuskan siapa yang akan ia tolong. Anaknya adalah seorang pengikut Kristus, sedangkan teman anaknya bukan. Akhirnya ia berteriak, 'Aku mengasihimu, anakku!' dan melemparkan tali itu kepada teman anaknya. Saat itu juga, anaknya menghilang ditelan gelombang. Begitu besarnya pula kasih Allah, sehingga Dia melakukan hal yang sama kepada kita."
Usai kebaktian, dua remaja menghampiri si pembicara. "Saya pikir tidak realistis bila sang ayah mengorbankan anaknya dengan berharap teman anaknya itu akan mengikut Kristus." "Benar sekali," jawab si pembicara. "Tetapi sebesar itulah kasih Allah, buktinya ... sayalah teman si anak itu."
Roma 5:8 mengatakan kepada kita, "Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita dalam hal ini: Ketika kita masih berdosa, Kristus telah mati untuk kita." Ya, Yesus telah mati untuk semua orang, termasuk orang-orang yang belum percaya kepada Kristus. Oleh karena itu, kita yang sudah menerima keselamatan harus selalu mengingat mandat Allah bagi kita untuk "menjadikan semua bangsa murid-Ku" (Matius 28:19). Saat ini, pintu kemurahan Allah masih terbuka. Marilah kita bersaksi tentang cinta-Nya kepada orang-orang yang kita jumpai di sepanjang perjalanan hidup ini. Dia telah mengurbankan hidup-Nya agar seluruh isi dunia beroleh hidup yang kekal!.
Renungkan: Tak ada yang dapat menandingi besarnya kasih Allah. (SST)

Kamis, 30 April 2009
MENGETAHUI KEHENDAK ALLAH. (1 Tesalonika 5:16-22)
Saya membuat lelucon dengan teman-teman dengan berkata bahwa saya membuat tiga keputusan sulit setiap hari: Apa yang akan saya makan untuk sarapan, makan siang, dan makan malam? Padahal saya tinggal di Singapura, yang memungkinkan kami menikmati makanan Cina, Melayu, dan India di antaranya. Ya, kami justru bingung karena di-manjakan oleh banyaknya pilihan.
Hidup ini juga meliputi banyak keputusan, yang jauh lebih serius dari sekadar memilih makanan. Mungkin hal ini menjelaskan mengapa orang suka mempertanyakan kehendak Allah dalam hidupnya.
Menemukan kehendak Allah sebenarnya bukanlah proses yang rumit. Dia telah memberi kita banyak prinsip yang sederhana dan jelas bagi kehidupan kita. Misalnya, Dia berkata, "Inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh" (1 Petrus 2:15). Dalam 1 Tesalonika 4:3 kita membaca, "Inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan." Dalam 1 Tesalonika 5:18 pun kita diajar, "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu."
Ketika kita hidup oleh iman dan melakukan apa yang dikatakan dalam Alkitab dengan jelas, kita harus yakin bahwa Tuhan akan memimpin kita dalam mengambil keputusan yang sulit ketika pilihan-pilihan yang ada membingungkan kita. Yang terpenting, kehendak Allah adalah supaya kita berserah kepada-Nya, dan bersedia untuk mengikut dengan setia ke mana pun Dia memimpin kita.
Renungkan: Cara terbaik untuk mengetahui kehendak Allah adalah menyatakan ketaatan kita kepada-nya (AL)

Jumat, 01 Mei 2009
IMAN YANG DIKEHENDAKI ALLAH. (Pengkhotbah 3:16-4:3)
Tatkala bersaksi tentang Kristus, saya sering mendengar tanggapan berikut: "Saya baik-baik saja kok, iman saya cukup kuat." Namun dari perbincangan tampak bahwa yang sesungguhnya mereka miliki adalah iman terhadap iman. Iman sejati yang menyelamatkan hanya didasarkan pada kebenaran Firman Allah.
Billy Graham memperjelas hal ini dalam suatu wawancara di TV. Ia menanti-nantikan kematian karena ingin bersama dengan Yesus. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa keyakinannya itu didasarkan pada apa yang dikatakan Alkitab tentang pengurbanan Kristus serta kebangkitan-Nya. Si pewawancara, yang belum menerima Kristus dan mengaku takut akan kematian, berkata, "Anda tidak takut karena Anda mengetahui sesuatu yang tidak saya ketahui."
Pengkhotbah 3:16-4:3 mengungkapkan tentang kebutuhan akan iman yang dikehendaki Allah. Perikop ini menggambarkan sisi kehidupan yang tidak menyenangkan: ketidakadilan di mana-mana dan kematian yang tak dapat dihindari (3:16;18-21). Di sini diungkap bahwa orang-orang yang tidak percaya, yang tidak punya alasan untuk berharap, berpikir bahwa orang-orang yang belum lahir lebih beruntung daripada orang-orang yang hidup saat ini (3:22-4:3). Namun perikop ini juga menunjukkan keyakinan orang percaya bahwa pada akhirnya Allah akan mengadili segala sesuatu (3:17).
Iman yang diajarkan dalam Alkitab berpusat pada Kristus kematian, penguburan, dan kebangkitan-Nya (1Korintus 15:3-4). Hanya iman yang demikian yang dapat membawa kita pada keselamatan dan kedamaian. Dan, iman tersebut memberi kita keyakinan bahwa kita akan menikmati hidup kekal di surga.
Renungkan: Agar dapat lepas dari segala ketakutan berimanlah kepada Kristus. (HVL)

Sabtu, 02 Mei 2009
MENGAPA KASIH HARUS TEGAS. (Ibrani 12:3-11)
James McConkey adalah seorang pengajar Alkitab yang terkenal di awal abad 20. Pada saat bepergian menjelajah Eropa, bersama serombongan wisatawan ia mendaki pegunungan Alpen di Swiss yang membangkitkan rasa kagum.
Pemandu mereka yang berpengalaman memimpin dengan hati-hati melalui jurang yang curam dan padang es yang berbahaya. Pada suatu saat ia membimbing para pendaki melalui jalan memutar yang lebar demi keselamatan mereka. Namun, seorang turis yang sudah lelah memutuskan untuk mengambil jalan pintas. Ia meninggalkan jalan setapak dan berjalan menurut kehendaknya sendiri. Pemandu itu mengejar, menangkap, dan menyeretnya kembali ke jalan. Kemudian ia menerangkan bahwa lapisan salju yang ingin dilalui turis itu adalah kerak es tipis yang menutupi celah besar. Jalan pintas itu dapat menjadi suatu perjalanan panjang dan mematikan ke dalam sungai es.
Pemandu Agung kita, Yesus Kristus, tahu bahwa kita harus menghindari bahaya dalam perjalanan. Terkadang ia harus membimbing kita melalui jalan memutar yang sepertinya tak perlu. Jika kita memutuskan untuk meninggalkan jalan ketaatan, Dia mungkin terpaksa menggunakan cara yang menyakitkan untuk menarik kita kembali pada keadaan rohani yang aman (Ibrani 12:3-11). Namun akhirnya, kita akan mengerti bahwa kedisiplinan Pemandu Agung kita dimotivasi oleh kasih sayang-Nya yang selalu ingin memberi perlindungan. Betapa kita patut bersyukur atas kasih-Nya yang tegas!
Renungkan: Kasih Allah acapkali harus tegas untuk menjaga kita dari kesulitan. [VCG]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar