Renungan Harian 03-09 Mei 2009

Senin, 04 Mei 2009
JANGAN TAKUT! (Hakim 6:1-24)

Takut bisa muncul dari tiga sumber. Takut terhadap musuh atau rintangan yang lebih besar daripada dirinya; takut terhadap Tuhan karena dosa; takut karena menganggap diri sendiri tidak mampu berbuat apa-apa.
Bangsa Israel takut terhadap bangsa Midian yang menindas mereka dengan kejam. Selama tujuh tahun mereka hidup melarat dan ketakutan, mereka hidup bersembunyi di gua-gua untuk menghindari serbuan penjarah yang bisa datang sewaktu-waktu dan berjumlah sangat banyak. Ketakutan dan kesengsaraan itu membuat mereka berseru kepada Tuhan. Tuhan mendengar dan mengutus nabi-Nya untuk mengingatkan bahwa semua ini terjadi karena mereka telah berdosa mengkhianati Dia (ayat 7-10).
Gideon juga takut. Terhadap Midian, ia menyembunyikan diri (ayat 11); terhadap Tuhan karena sadar bahwa bangsanya sedang dihukum Tuhan sebab kejahatan mereka (ayat 13); Gideon juga takut karena menyadari diri tidak ada apa-apanya (ayat 15). Tuhan memahami perasaan takut yang mencekam Gideon dan seluruh bangsa saat itu, dan Ia peduli. Justru dari ketakutan itulah seseorang dapat dipakai Tuhan. Kriteria pemilihan-Nya bukan didasarkan pada hal lahiriah seperti penampilan, kemampuan, atau kehebatan seseorang, tetapi pada kepekaan batiniah atas pergumulan yang sedang dialami, ketulusan hati dan kesediaan untuk taat kepada Dia. Tuhan tidak mengecilkan sikap Gideon yang merasa kecil. Tuhan tidak menyepelekan dia karena kemudaannya. Tuhan menghargai kejujuran hatinya. Dan Tuhan mengabulkan penguatan yang Gideon butuhkan berupa tanda ajaib agar dia sanggup keluar dari ketakutannya.
Apa yang Anda sedang takutkan dan khawatirkan? Bila dosa menjadi sumbernya, berpalinglah pada Tuhan dan bertobat. Tuhan siap mengampuni Anda. Bila masa depan menjadi pergumulan Anda, Dia adalah penguasa masa depan. Bila rasa rendah diri melanda Anda, Dia justru mau memperlengkapi dan memakai Anda untuk rencana-Nya.

Selasa, 05 Mei 2009
FOKUS PADA JATI DIRI. (Matius 6:25-34)

Di sebuah seminar, kami diminta membentuk kelompok-kelompok kecil lalu memperkenalkan diri satu sama lain tanpa menyebut pekerjaan kami. Tantangannya adalah kami harus dapat menjelaskan siapa kami dan bukan apa yang kami lakukan. Tidak mudah memang untuk berfokus kepada jati diri daripada pekerjaan.
Dr. William H. Thomas, seorang dokter spesialis yang menangani manula, menunjukkan bahwa bayi memulai hidupnya dengan jati diri. Akan tetapi saat menginjak usia dewasa, prestasilah yang menjadi sasaran utama. Lalu, saat kita beranjak tua dan tenaga kita melemah, kita harus kembali berfokus kepada jati diri. "Masa tua membawa kita kembali pada hidup yang lebih mementingkan jati diri daripada pekerjaan. Ini adalah sebuah karunia yang memiliki nilai luar biasa," kata Thomas.
Namun pencarian jati diri tidak hanya berlaku bagi orang-orang tua. Yesus mengatakan bahwa fokus yang benar adalah obat kekhawatiran bagi segala usia. Dia meminta para pengikut-Nya untuk memerhatikan burung-burung dan bunga-bunga. Tanpa menilai tindakan mereka, Allah tetap memelihara mereka.
Oswald Chambers berkata, "'Perhatikanlah bunga bakung yang tumbuh di ladang' . . . mereka tumbuh begitu saja! Perhatikanlah laut, udara, matahari, bintang, dan bulan semuanya itu ada begitu saja, tetapi pelayanan yang mereka berikan sangatlah besar."
Sebagai orang kristiani, nilai kita di hadapan Allah tidak berasal dari apa yang kita lakukan bagi Dia, namun ada pada hal yang ada dalam diri kita. Jati diri kita lebih daripada pekerjaan kita memuliakan nama-Nya.
Renungkan : Anda itu unik dirancang untuk memuliakan Allah sesuai dengan keunikan yang anda miliki. (DCM)

Rabu, 06 Mei 2009
KEYAKINAN DIRI YANG KELIRU. (Roma 4:4-8)

Seorang pengusaha sukses membuat suatu pernyataan, "Hampir semua agama berbicara mengenai kedatangan seorang juru selamat. Ketika Anda berkaca di pagi hari, Anda sedang melihat juru selamat itu. Tak seorang pun bisa menyelamatkan Anda selain diri Anda sendiri."
Sebagai orang kristiani, kita tak setuju dengan pandangan tersebut karena sangat bertentangan dengan Injil. Alkitab mengajarkan hal yang sama sekali berbeda dengan keyakinan diri yang egois seperti itu. Rasul Petrus berkata demikian mengenai Yesus, "Tidak ada keselamatan di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan" (Kisah 4:12).
Dalam Roma 4, kita mendapat pengajaran yang jelas bahwa hanya karena iman, bukan karena perbuatan, kita dapat bersekutu dengan Allah: "Tetapi kepada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan sebagai kebenaran" (ayat 5). Dan, kita membaca dalam Roma 3:28, "Karena kami yakin bahwa manusia dibenarkan karena iman, bukan karena melakukan hukum Taurat." Tidak ada cara lain bukan dengan uang ataupun perbuatan baik yang dapat membuat Allah menerima diri kita yang berdosa.
Kita tidak dapat menyelamatkan diri sendiri. Kita hanya dapat diselamatkan oleh untuk tujuan Anak Allah, yaitu Yesus yang menjalani hidup tanpa cela, mati sebagai kurban sempurna atas dosa dosa kita dan bangkit dari kubur.
Kau tidak bisa membeli jalan menuju surga Upah dosa adalah maut. Yesus rindu menyelamatkanmu dari dosa; Jangan menunggu sampai maut menjemput. Hess
Renungkan : Yesus memberikan diri-Nya untuk memberi kita keselamatan. (VCG)

Kamis, 07 Mei 2009
KEKURANGAN DALAM DIRI KITA. (Mazmur 138:1-8)

Kita semua memiliki kekurangan dalam kepribadian dan kelemahan dalam sifat. Kita melihat kecenderungan dosa dalam diri kita, misalnya keegoisan, sifat mudah marah, ketidaksabaran, dan keinginan untuk membalas dendam. Namun, jika kekurangan kita itu dapat membuat kita lebih bersandar kepada Yesus, maka kekurangan itu dapat kita terima sebagai berkat yang terselubung. Saat kita mengakui kelemahan kita dan mencari pertolongan Allah, kita akan mengalami kasih karunia dan kekuatan-Nya.
Di alam sekitar kita terdapat hubungan antara ketidaksempurnaan dan perubahan menjadi lebih baik. Misalnya, dalam proses pembentukan kristal yang menghasilkan mineral-mineral berharga dan batu-batu mulia. Setiap jenis mineral dan batu permata memiliki bentuk dan penampilannya sendiri yang khas. Terlebih lagi, masing-masing dibuat dari sejumlah besar atom yang tersusun sempurna. Namun terkadang ada salah satu partikel dasar yang menyimpang dari susunannya. Anehnya, "kesalahan" ini atau ketidak-sempurnaan ini justru menghasilkan batu permata yang sangat indah.
Bagaimana Anda menanggapi kekurangan dan kelemahan dalam diri Anda? Jangan biarkan hal-hal tersebut membuat Anda putus asa. Sebaliknya, bersikaplah jujur dan serahkan semuanya kepada Tuhan.
Pemazmur berkata, "TUHAN akan menyelesaikannya bagiku!" (138:8). Percayakan kepada-Nya segala kekurangan dalam diri Anda untuk diubah menjadi sifat-sifat yang baik.
Renungkan : Hanya Allah yang dapat mengubah jiwa yang tercemar oleh dosa menjadi karya agung dari kasih karunia-Nya. (MRDII)

Jumat, 08 Mei 2009
MEMBENTUK DIRI KITA. (Ibrani 12:1-11)

Ketika suami saya masih kecil, ibunya terkadang memarahi dan menghukumnya karena ia tidak taat. Suatu kali ketika sedang dimarahi, ia memohon kepada ibunya, "Ibu seharusnya memperlakukan anak Ibu dengan baik!" Ucapan ini menyentuh hati ibunya yang lembut. Tetapi karena mengasihi anaknya, sang ibu tetap menghukum dan mendidiknya. Bertahun-tahun kemudian, sebagai seorang misionaris Bill sangat bersyukur atas keteguhan kasih ibunya yang telah membentuk dirinya seperti sekarang.
Allah pun menghukum dan mendidik anak-anak-Nya yang berbuat salah. Dia dapat melakukannya secara langsung (1 Korintus 11:29-32), atau melalui kesukaran hidup untuk meluluhkan, membentuk, dan menjadikan kita semakin menyerupai Yesus. Dalam Ibrani 12:6, kita percaya bahwa "Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya". Tentu saja hajaran dari Allah rasanya tidak enak. Bahkan kadang-kadang kita berpikir bahwa hajaran itu menghancurkan kita. Tetapi hajaran Allah merupakan hal penting yang dapat menyelamatkan kita dari kehancuran akibat cara hidup kita yang egois dan keras kepala.
Meskipun tidak menyukai pendisiplinan Allah, dikatakan bahwa didikan itu akan melatih kita untuk hidup benar dan kudus (ayat 7-11). Daripada menolak perbaikan yang diberikan Allah, kita dapat berserah kepada-Nya, percaya bahwa Dia ingin rohani kita bertumbuh. Bagaimanapun keadaan kita, Allah sangat memahami kesulitan yang kita hadapi dan bekerja dengan penuh kuasa demi kebaikan kita.
Kasih-Nya yang teguh sedang membentuk kita.
Renungkan : Pendisiplinan Allah dirancang untuk menjadikan kita serupa dengan putra-Nya. (Joanie Yoder)

Sabtu, 09 Mei 2009
PENGENDALIAN DIRI. (Mazmur 56)
Kita mudah kehilangan kendali emosi saat seseorang yang ingin menyakiti kita tampak telah memenangkan situasi. Fred telah difitnah mencuri dan terancam kehilangan pekerjaannya. Orang yang memfitnahnya adalah lawan yang cerdik. Fred merasa marah dan frustrasi ia marah atas fitnahan tersebut dan frustrasi karena gagal meyakinkan atasannya.
Kadangkala Fred tidak mampu menguasai diri. Pada suatu kesempatan, dengan penuh nafsu ia menyatakan akan membunuh musuhnya itu. Namun pada saat yang lain ia mengatakan hendak bunuh diri. Suasana batinnya terombang-ambing dari perlawanannya yang semula keras hingga pada sikap menyerahnya yang menyedihkan.
Penulis Mazmur 56 juga menjadi sasaran kebencian yang tidak pada tempatnya. Musuh-musuh yang cerdik mengancam jiwanya. Namun ia tidak kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Sebaliknya, ia berbicara kepada Allah secara jujur dan terbuka. Ia membicarakan kenyataan yang ada dan kemudian memohon pertolongan Allah-dan Dia memang menolongnya!
Tidak mudah bagi kita untuk menerima kenyataan bahwa kita adalah orang yang dibenci secara tidak layak dan diserang secara menyakitkan. Namun kita tidak perlu menyerah terhadap keadaan emosi kita. Kita dapat berdoa kepada Allah dan menaruh keyakinan kepada-Nya. Apabila kita melakukannya, Dia akan menanggapinya. Dia akan membebaskan kita atau memberi kita kekuatan untuk menanggung keadaan itu dan untuk mengasihi musuh-musuh kita-selalu!.
Renungkan : Lepas kendali bukanlah cara untuk melepaskan diri dari keadaan yang sulit. (HVL)

1 komentar:

  1. pada sikap menyerahnya yang menyedihkan.
    Penulis Mazmur 56 juga menjadi sasaran kebencian yang tidak pada tempatnya. Musuh-musuh yang cerdik mengancam jiwanya. Namun ia tidak kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Sebaliknya,Volunteer organizations

    BalasHapus