RENUNGAN SEPANJANG MINGGU
Senin, 07 September 2015
HARI YANG INDAH (Amsal 11:24-31)
Setelah mengagumi sebuah lukisan di rumah seorang wanita, saya terkejut oleh kemurahan hatinya. Ia menurunkan lukisan itu dan memberikannya kepada saya.
Saya juga telah melihat berbagai perbuatan baik serupa. Selama bertahun-tahun, ibu mertua saya tetap bertahan menggunakan lemari es kunonya agar dapat memberi lebih banyak uang bagi pekerjaan Tuhan.
Saya mengenal sebuah keluarga kristiani yang telah menabung untuk membeli mobil baru. Namun saat mereka mendengar sebuah ladang pelayanan sangat butuh bantuan, mereka tetap menggunakan mobil lama mereka dan memberikan tabungan mereka bagi pelayanan misi.
Saya pun mendengar tentang seorang pengusaha kristiani di Ohio yang menaruh sesuatu di sakunya setiap pagi untuk diberikan kepada orang lain. Barang itu berupa bolpoin, mainan, atau bahkan selembar uang sepuluh dolar. Seiring dengan berlalunya hari, ia mencari seseorang yang akan diberkati dengan menerima hadiah. "Dengan selalu mencari kesempatan untuk memberi," katanya, "saya menikmati hari yang indah."
Pepatah kuno yang mengatakan "Penerima akan makan dengan enak, namun si pemberi akan tidur dengan nyenyak", tidak sepenuhnya benar. Menurut Amsal 11:25, si pemberi juga makan dengan enak: "Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum."
Kita tidak boleh memberi sambil bersungut-sungut atau dengan terpaksa namun dari dalam hati. Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita (2 Korintus 9:7).
BANYAK ORANG DENGAN MUDAH MEMBERI PUJIAN KEPADA ALLAH NAMUN SEDIKIT YANG DENGAN SUKACITA MEMBERIKAN UANGNYASelasa, 08 September 2015
DIPERLAKUKAN SEPERTI RAJA (Matius 25:31-46)
Raja Abdullah yang menjadi raja Yordania sejak tahun 1999, terkenal sering menyamar dan pergi ke tempat-tempat umum. Tujuannya ialah berbicara dengan rakyat jelata dan mencari tahu apa yang sedang mereka pikirkan, dan menyelidiki bagaimana para pegawai pemerintah memperlakukan rakyatnya. Ia telah mengunjungi rumah sakit-rumah sakit dan kantor-kantor pemerintah untuk melihat bagaimana mereka melayani rakyatnya.
Raja mendapatkan ide ini ketika berada di New York. Waktu itu ia tidak dapat meninggalkan hotel tanpa dikerumuni orang, jadi ia keluar dengan menyamar. Ternyata berhasil. Selanjutnya ia mencoba melakukan hal yang sama di kerajaannya sendiri. Ia menyatakan bahwa tak lama setelah penyamaran itu dilakukan, para pegawai pemerintah dan rumah sakit mulai memperlakukan setiap orang seperti raja.
Kelak tatkala Yesus datang sebagai Raja, Dia akan menghakimi bangsa-bangsa (Matius 25:31-46). Dia berkata bahwa yang menjadi dasar penghakiman adalah tanggapan seseorang ketika Dia lapar, haus, menjadi orang asing, telanjang, sakit, atau dipenjara. Mereka yang diadili akan bertanya kapan mereka melihat Dia dalam situasi-situasi seperti itu, dan Yesus menjawab, "Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku" (ayat 40).
Karena semua manusia diciptakan menurut gambar Allah, dan karena Yesus melalui firman dan teladan-Nya mengajarkan bahwa Dia sangat memperhatikan perlakuan kita terhadap orang lain, maka kita harus memperlakukan semua orang dengan kebaikan dan belas kasihan. Perlakukanlah mereka seperti raja.
KASIH KEPADA KRISTUS AKAN MENJADI NYATA BILA DIWUJUDKAN DALAM KASIH KEPADA SESAMARabu, 09 September 2015
MAKANAN SIAP SAJI (Mazmur 104:23-35)
Sebuah artikel dalam majalah National Geographic berjudul: "Cara Baru Makanan Siap Saji." Artikel tersebut bercerita mengenai sejenis burung pantai yang memiliki cara makan yang unik, yaitu memangsa makhluk yang hidup di perairan yang terlalu dalam baginya. Dengan berputar di air dalam kecepatan tinggi, yakni satu putaran penuh per detik, burung ini menciptakan pusaran air yang mampu "memompa" udang-udang dari kedalaman 1 meter.
Menurut seorang ahli biologi UCLA, William M. Hamner, burung tersebut juga termasuk pemakan cepat. Tim peneliti Hamner mempelajari bahwa "burung ini mampu mendeteksi, menyerang, menangkap, membawa, dan menelan mangsanya selama kurang dari setengah detik dengan 180 patukan per menit."
Penulis Mazmur 104 mungkin belum pernah melihat burung ini, namun ia telah melihat berbagai kejeniusan daya cipta Allah di alam ini sehingga hatinya penuh dengan pujian. Ia menulis, "Bumi penuh dengan ciptaan-Mu... binatang-binatang yang kecil dan besar... Semuanya menantikan Engkau, supaya diberikan makanan pada waktunya. Apabila Engkau memberikannya, mereka memungutnya" (ayat 24-28).
Pernahkah kita berpikir tentang sistem yang mendukung hidup kita, yakni makanan yang kita makan, udara yang kita hirup, dan kekuatan yang kita terima sebagai sesuatu yang berasal dari tangan Allah? Sebagian besar dari kita seringkali menganggapnya sebagai sesuatu yang sudah semestinya kita terima. Bukalah Mazmur 104, dan lihatlah betapa menakjubkan dunia yang Allah ciptakan.
SEMUA CIPTAAN ADALAH JARI YANG MENUNJUK PADA ALLAHKamis, 10 September 2015
TIDAK CUKUP KUAT (Zefanya 2:13-15)
Dalam film Kung Fu Panda, penjaga penjara tersinggung ketika utusan Master Shifu memintanya memperkuat penjagaan. Ia merasa penjaranya sudah sangat kuat: seribu penjaga, dan hanya satu tahanan, Tai Lung. Belum lagi sistem pengamanannya amat canggih. Namun, sebuah celah kecil yang luput dari perhatiannya berhasil dimanfaatkan Tai Lung untuk melepaskan diri dari belenggu. Dengan kelihaiannya, penjahat itu melumpuhkan penjaga satu per satu dan dengan kegesitannya ia berhasil mendobrak pintu penjara, lalu meloloskan diri.
Zefanya menubuatkan kehancuran Niniwe. Saat itu, menurut Life Application Study Bible, Niniwe merupakan pusat kebudayaan, teknologi, dan keelokan di Timur Dekat. Perpustakaan dan gedung-gedung megah menghiasi kota, sistem irigasi yang canggih mengairi perkebunan yang menghampar permai, perbentengannya diperkokoh dengan 1.500 menara. Kota itu beria-ria dan tenteram, sikap yang menggambarkan kepongahan dan kesembronoan, dilandasi oleh rasa aman yang palsu. Mirip dengan penjaga penjara tadi, ia merasa paling unggul, tiada tandingan, baik dalam kekayaan maupun kedigdayaan. Namun, sekitar sepuluh tahun setelah nubuatan ini, Niniwe benar-benar rata dengan tanah. Ia hancur karena kecongkakannya.
Nubuatan ini dapat mengingatkan kita agar waspada terhadap berbagai bentuk kesuksesan, seperti kekayaan, kepandaian, atau kekuasaan. Jangan sampai kita terlena, sehingga merasa bahwa diri kita paling unggul, tidak memerlukan Tuhan, dan merendahkan orang lain. Bukankah "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati" (Yakobus 4:6).
KESOMBONGAN BERKAWAN AKRAB DENGAN KECEROBOHAN; IA MEMBUAT KITA LENGAH TERHADAP KELEMAHAN PRIBADIJumat, 11 September 2015
KESEMPATAN BERSAKSI (Lukas 21:7-19)
Menurut Anda, kapan saja waktu yang baik bagi kita untuk bersaksi? Apakah saat ada program penginjilan dari gereja? Apakah saat ada pembicara besar datang untuk mengadakan Kebaktian Kebangunan Rohani? Apakah saat Anda sudah cukup membangun persahabatan yang erat dengan orang-orang di lingkungan Anda?
Perkataan Yesus yang kita baca cukup mengejutkan: Kesempatan bersaksi akan melimpah saat hal-hal buruk terjadi! Pernyataan ini diberikan Yesus dalam rangka menjawab pertanyaan para murid tentang tanda-tanda menjelang akhir zaman (ayat 7). Dia tidak memberikan gambaran yang cukup menyenangkan bagi para pengikut-Nya. Mereka tidak akan luput dari dampak perang, bencana, sakit penyakit, juga pengaruh ajaran sesat (ayat 8-12). Mereka bahkan akan mengalami permusuhan dan kebencian serta aniaya dan penjara dari orang luar dan orang-orang terdekat (ayat 12, 16-17). Yesus mendorong para murid untuk bertahan dan bersaksi. Dia berjanji akan memberi hikmat ketika saat itu tiba (ayat 13-15, 19).
Penderitaan jelas bukan momen yang menyenangkan. Mungkin itu berarti kita terbaring tak berda-ya selama berbulan-bulan, kehilangan rumah dan pekerjaan, atau bahkan dipenjara. Apakah kita memandang penderitaan seperti Yesus? Bukan sebagai penghambat hidup atau nasib buruk yang membuat harapan pudar dan hati bersungut. Namun, sebagai kesempatan-kesempatan memper-muliakan Tuhan dan menyatakan pengharapan akan kedatangan-Nya kembali. Jika penderitaan mulai menyapa, mari mohon penyertaan yang dijanjikan Tuhan: hikmat dalam memakai momen-momen sulit itu untuk bersaksi bagi-Nya (ayat 13-15).
JANGAN SIA -SIAKAN PENDERITAAN. JADIKAN ITU KESEMPATAN UNTUK MENYAKSIKAN TUHAN.Sabtu, 12 September 2015
PENYESALAN YANG BENAR (Matius 27:1-10)
Pernahkah Anda merasa bersalah dan menyesal setengah mati setelah melakukan sesuatu? Saya cukup sering mengalaminya. Seringkali rasa sesal itu begitu kuat mencengkeram saya sehingga sepanjang hari saya tidak bisa melakukan hal lain. Saya malu dan marah pada diri sendiri dan biasanya tidak ingin bertemu dengan siapa pun. Bahkan, pernah berpikir ingin lenyap dari dunia ini.
Saya pikir, itulah yang juga dirasakan Yudas setelah menjual Yesus (ayat 3). Menyesal. Akan tetapi, rupanya menyesal (Yunani: metamellomai) tidak menjamin adanya pertobatan. Tenggelam dalam penyesalannya, Yudas pergi menggantung diri (ayat 5). Mungkin ia terlalu malu untuk kembali dan mengakui kesalahannya kepada murid-murid yang lain. Ia kehilangan kesempatan menerima pengampunan Tuhan. Kontras dengan Petrus yang menangisi dosanya, tetapi kemudian kembali mengikut Tuhan (lihat pasal 26:75, Yohanes 21). Dalam bagian Alkitab yang lain dukacita Yudas disebut sebagai dukacita dari dunia (lihat 2 Korintus 7:10). Pusatnya adalah diri sendiri. Sementara, dukacita yang menurut kehendak Allah "menghasilkan pertobatan". Kata pertobatan dalam bahasa Yunani adalah metanoia, yang artinya berubah pikiran atau berbalik dari dosa.
Sungguh baik jika kita menyadari kesalahan kita dan menyesal. Namun, jangan biarkan penyesalan membuat kita tidak bisa melanjutkan hidup seperti Yudas. Datanglah kepada Tuhan da-lam pengakuan yang jujur. Carilah rekan yang dewasa rohani untuk mendampingi dalam proses tersebut. Metanoia. Tinggalkanlah dosa dan mulailah babak baru bersama Tuhan.
MENYESAL SAJA MEMBAWA DUKA. MENYESAL DAN BERUBAH MEMBAWA KEMENANGAN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar