Renungan Harian 16 - 21 Desember 2013

RENUNGAN SEPANJANG MINGGU

Senin, 16 Desember 2013
Dibasuh oleh Yesus (Roma 16:1-16)
Betapa hangatnya sikap Rasul Paulus terhadap saudara-saudara seiman dan rekan-rekan sekerjanya yang berada di Roma. Dari cara ia menyampaikan salam, nyata bahwa ia menyadari betapa berartinya persekutuan dengan mereka. Tak ragu ia mengakui `utang budinya\' kepada mereka, mis.: Febe (2) dan suami-istri, Akwila-Priskila (4). Paulus juga sangat memperhatikan kebutuhan mereka, misalnya kepada Febe sehingga ia tidak segan-segan meminta jemaat di Roma untuk menolong pelayan jemaat Kengkrea itu.
Paulus amat terkesan dan menghargai pengabdian rekan-rekannya kepada Tuhan guna melayani jemaat. Sebut saja Maria (6), dua bersaudara: Trifena dan Trifosa yang mungkin adalah diaken-diaken wanita (12a). Demikian juga terhadap Persis (12b). Paulus juga menghargai rekan-rekan seperjuangan yang menanggung penderitaan bersama-sama dengan dirinya. Misalnya Andronikus dan Yunias (7), juga Urbanus (9). Mungkin Apeles (`yang telah tahan uji dalam Tuhan\', ay. 10) dan Rufus (`orang pilihan dalam Tuhan\', ay. 13), mereka orang-orang muda yang tangguh. Mereka tak luput dari penghargaan dan dorongan Paulus. Perhatian dan keakraban yang mesra juga ditunjukkannya kepada ibu dari Rufus, yang dianggap sebagai ibunya juga (13), Epenetus (5), Ampliatus (8), Stakhis (9). Juga kepada jemaat-jemaat rumah.
Alangkah beragamnya orang yang disapa Paulus: ada pria dan ada wanita, ada orang Yahudi dan ada orang nonYahudi. Dalam persekutuan Kristen, setiap orang dengan berbagai latar belakang apa pun boleh menikmati kasih persaudaraan dan bahu-membahu dalam melakukan pekerjaan Tuhan. Hari ini, persekutuan Kristen seperti apa yang kita lakukan dan nikmati? Apakah eksklusif dengan orang-orang segolongan dengan kita? Atau inklusif dengan melibatkan mereka yang beragam pelayanan dari kita?
Renungkan: Kristus mati untuk semua manusia tanpa memandang perbedaan. Marilah kita saling mengasihi tanpa dibatasi oleh diskriminasi apa pun.

Selasa, 17 Desember 2013
Kehangatan dan ketegasan (Roma 16:17-27)
Kasih sejati mewujud dalam tindakan penerimaan yang hangat, tetapi juga tegas terhadap hal-hal yang tidak sesuai dengan kebenaran.. Kasih menerima orang apa adanya, tetapi tidak serta merta menyetujui apalagi kompromi dengan perbuatan salah orang tersebut. Itulah yang seharusnya nyata dari pribadi anak-anak Tuhan.
Walaupun Paulus penuh kehangatan dan kasih kepada jemaat Tuhan, tetapi ia bersikap sangat tegas terhadap para pengajar palsu (17-18) karena mereka mengajarkan hal-hal yang bertentangan dengan kebenaran sehingga menimbulkan perpecahan. Pada hakikatnya mereka bukan melayani Kristus, melainkan perut mereka sendiri. Sikap mereka licik dan licin, menipu dengan kata-kata muluk dan manis. Paulus menasihati jemaat di Roma agar mewaspadai bahkan menghindari para pengajar palsu itu.
Ketegasan Paulus masih sangat terasa dalam menyikapi `prestasi\' jemaat di Roma (19-20). Jemaat tersebut termasyhur dengan ketaatannya terhadap Injil. Mengetahui hal itu, Paulus bersukacita. Akan tetapi, ia tidak menghendaki jemaat di Roma terlena. Masih ada berbagai kekurangan di sana-sini. Penuturan Paulus yang panjang lebar tentang pengajaran dan praktik hidup kristiani dalam suratnya menunjukkan hal itu. Jemaat di Roma harus banyak berbenah: "bijaksana terhadap apa yang baik, dan bersih terhadap apa yang jahat" (19b). Dengan demikian Iblis tidak bisa merusakkan iman dan kesaksian mereka, sebaliknya Iblis sendiri akan dihancurkan oleh kesaksian itu.
Kekuatan untuk berdiri teguh memancarkan karakter kudus/kebenaran sekaligus kasih/kepedulian ada pada Allah sendiri (24-25). Saat kita berpegang teguh pada tangan-Nya yang perkasa, sambil dengan setia mengabarkan Injil Yesus Kristus, maka Allah dipermuliakan.
Renungkan: Jangan kompromi dengan dosa. Namun doakanlah orang yang bergumul dengan kelemahannya, nyatakanlah kasih dan pengampunan Kristus kepadanya.

Rabu, 18 Desember 2013
Waspada terhadap pengacau (Roma16:17-24)
Betapa indahnya melayani bersama saudara-saudara seiman. Sehati, sepikir, serta saling menopang agar karya Kristus dinyatakan dan dialami oleh banyak orang di dunia ini, sungguh merupakan visi mulia yang sangat ideal. . Namun hal tersebut tak boleh membuat orang Kristen lupa realitas manusia berdosa, kenyataan dunia yang diwarnai oleh perilaku egosentris. Bahwa selalu ada lawan atau musuh, baik dari luar yang membenci kekristenan, maupun dari dalam yang menggerogoti kehidupan iman, persekutuan, dan kasih anak-anak Tuhan.
Peringatan Paulus di tengah salamnya kepada jemaat di Roma (3-15) dan dari rekan-rekan sekerjanya kepada mereka (21-23) menyadarkan mereka bahwa di tengah-tengah rekan kerja sejati, bisa hadir musuh dalam selimut. Siapa mereka? Yaitu mereka yang mengajarkan pengajaran yang tidak benar di tengah jemaat. Pengajaran itu lahir dari motivasi untuk kepentingan diri sendiri, bukan demi Tuhan dimuliakan dan jemaat dibangun (17-18).
Bagaimana menyikapi orang-orang seperti itu? Pertama-tama, hindari mereka (17b). Jangan ladeni mereka seakan mereka adalah orang penting atau patut mendapat perhatian kita. Juga jangan biarkan mereka mendapatkan kesempatan untuk mengacau. Jemaat Tuhan harus bersikap tegas terhadap para pengacau tersebut, tentu sambil menjaga diri sendiri agar tidak terlibat dalam kejahatan mereka (19b). Hanya dengan cara demikianlah usaha Iblis untuk mendompleng orang-orang sedemikian tidak akan mendapatkan hasilnya (20).
Benteng yang teguh terhadap serangan ajaran yang sesat, tetapi menarik kedagingan kita adalah pemahaman firman yang benar, persekutuan anak Tuhan yang erat dan intim, serta kesaksian hidup yang mewujudkan kebenaran Kristus. Dengan memprioritaskan ketiga hal tersebut, kita akan lebih mudah untuk bersikap tegas terhadap segala upaya jahat merusak jemaat.

Kamis, 19 Desember 2013
Waspada! (Roma 15:25-33)
Paulus, pada bagian akhir suratnya, mengingatkan jemaat di Roma agar waspada terhadap guru-guru palsu. Guru-guru palsu adalah orang-orang yang mengajarkan pokok-pokok yang bertentangan dengan Injil.
Guru-guru palsu setara dengan nabi-nabi palsu yang ada pada zaman Perjanjian Lama (lihat Yer 23:16-40, 28:1-17). Mereka memutarbalikkan ajaran Kristus dan rasul-rasul-Nya. Mereka meremehkan kematian dan kebangkitan Yesus. Ada yang menyatakan bahwa Yesus bukanlah Allah, sementara yang lain mengklaim bahwa Yesus bukan manusia sejati. Bahkan guru-guru palsu memperbolehkan pengikut mereka untuk melakukan segala macam perbuatan, sekalipun yang tidak bermoral. Oleh karena itu, guru-guru palsu harus diwaspadai (17)!
Pada waktu surat ini ditulis, Paulus belum menginjakkan kakinya di Roma untuk bertemu dengan jemaat ini. Jemaat ini memang bukan hasil penginjilan Paulus. Tradisi mengatakan bahwa jemaat Roma merupakan hasil penginjilan yang dilakukan Petrus. Meski demikian, Paulus mengingatkan mereka akan bahaya guru-guru palsu itu. Sebab itu jemaat harus membandingkan pengajaran guru-guru palsu dengan pengajaran para rasul.
Selain itu, Paulus meminta jemaat untuk menghindari guru-guru palsu karena mereka tidak melayani Kristus, tetapi melayani perut mereka sendiri. Kata-kata mereka muluk-muluk dan bahasa mereka manis-manis, tetapi sesungguhnya tipuan belaka. Merekalah yang menyebabkan jemaat pecah dan kacau sehingga Paulus harus bersusah payah untuk mengoreksi dan membimbing kembali jemaat-jemaat tersebut, misalnya jemaat di Korintus.
Guru-guru palsu selalu ada dari masa ke masa, datang silih berganti, menawarkan pengajaran yang menarik telinga dan hati kita. Bahkan kadang-kadang dengan iming-iming tertentu untuk menarik kita menjadi pengikut. Peringatan Paulus agar umat Tuhan waspada dan menghindari mereka, harus kita dengar! Kalau Anda ragu apakah suatu ajaran itu palsu atau bukan, bandingkan dengan Alkitab. Kalau masih belum yakin benar, tanyakan pendeta Anda.

Jumat, 20 Desember 2013
INJIL PALSU (Galatia 1:6-10)
Menurut cerita, ada kebiasaan unik di lingkungan bank untuk melatih pegawainya mengenali uang palsu. Selama beberapa bulan mereka diminta untuk menghitung uang, yang tentunya asli, dalam jumlah banyak. Kemudian setelahnya, diselipkan beberapa lembar uang palsu didalam tumpukan yang harus dihitung. Menarik sekali, dengan mudah para pegawai ini mengenali uang palsu tersebut. Kebiasaan memegang uang asli menolong mereka dengan cepat merasakan adanya uang palsu.
Paulus sangat geram ketika jemaat Galatia dengan mudah menerima suatu pengajaran yang berbeda dengan yang pernah ia ajarkan. Dengan mudah para pengajar Injil palsu ini memutarbalikkan kebenaran dan mengacaukan jemaat (ayat 7). Jemaat dengan cepat menerima dan dikacaukan karena mungkin pengajaran ini memiliki beberapa kemiripan dengan pengajaran yang pernah mereka terima. Namun, sesuatu yang mirip tetap bukanlah sesuatu yang asli. Sesuatu yang "agak salah" jelas bukanlah sesuatu yang benar. Bahkan Paulus tidak segan-segan mengatakan mereka yang memberitakan Injil yang berbeda itu sebagai "terkutuk" (ayat 8-9). Seseorang yang menggeser pentingnya salib Kristus dari kehidupan orang percaya, sesungguhnya sedang merendahkan karya agung Allah.
Terkadang kita sulit membedakan keaslian atau kepalsuan suatu pengajaran. Apa upaya kita untuk terhindar dari meyakini pengajaran yang salah? Paling tidak sudahkah kita secara pribadi tekun membaca sumber kebenaran, yaitu Alkitab? Kebiasaan untuk bergaul dengan Injil yang murni akan mempermudah kita mengenali yang tidak murni. --PBS
PEMAHAMAN KITA AKAN KEBENARAN YANG ASLI AKAN MEMAMPUKAN KITA MENGENALI PENGAJARAN YANG PALSU.

Sabtu, 21 Desember 2013
Soli Deo Gloria (Roma 16:25-27)
Apa lagi yang bisa Paulus ungkapkan mengenai kebesaran Allah yang telah ia paparkan dalam suratnya ini mengenai karya keselamatan- Nya untuk manusia? Dalam penutup surat ini, kesimpulan yang Paulus buat bukan pernyataan doktrin tetapi suatu puji-pujian kepada Allah. Isi pujian ini sungguh pas meringkaskan isi surat Roma.
Pertama, Paulus memuji kemuliaan Allah yang berkuasa untuk memelihara umat Tuhan di kota Roma. Di permulaan surat ini (Rm 1:16) Paulus telah menyatakan kuasa Allah yang menyelamatkan orang berdosa. Kuasa yang sama, kini Paulus yakini akan memelihara mereka yang sudah diselamatkan untuk tinggal teguh dalam iman mereka, memelihara hidup yang kudus, menegakkan kebenaran, dan dalam kesatuan tubuh Kristus.
Kedua, Paulus memuji kemuliaan Allah yang nyata dari Injil yang Paulus beritakan. Yaitu kabar baik mengenai Yesus sebagai Juruselamat manusia. Kabar baik ini juga berupa penyingkapan rahasia Allah yang tersembunyi berabad-abad. Kata-kata kerja, "didiamkan", "dinyatakan", dan "diberitakan" membentuk suatu pola progresif pemberitaan Injil. Mulai dari pemberitaan para nabi PL yang menubuatkan keselamatan oleh Mesias, terus kepada pemberitaan Injil masa PB, yang harus diterima dengan iman, akhirnya, berita itu untuk semua bangsa! Semua bangsa, berarti Israel juga kelak akan diselamatkan (bdk.Rm 11:25-32). Sedangkan mengenai bangsa- bangsa lain, Pauluslah yang mendapatkan kehormatan untuk memberitakan Injil kepada mereka.
Ketiga, Paulus memuji kemuliaan Allah yang oleh karena hikmat-Nya, karya keselamatan di dalam Kristus ini menjadi nyata dan efektif. Kuasa Allah, rencana Allah, dan hikmat Allah, ketiganya membuat keselamatan yang kita miliki adalah hal yang pasti. Seharusnya mendorong kita juga untuk terus memberitakan Injil agar semua orang dari berbagai golongan, ras, suku, dan bangsa mengenal Tuhan Yesus dan diselamatkan. Soli Deo Gloria.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar