Renungan Harian 09-14 Desember 2013

RENUNGAN SEPANJANG MINGGU

Senin, 09 Desember 2013
Hak dan Kewajiban (Roma 15:14-24)

Mungkin ada jemaat Roma yang mempersoalkan surat Paulus, dengan nada kurang simpatik, "Mengapa Paulus begitu nyinyir dalam suratnya kepada kita?" "Lihat, begitu panjang ia membeberkan ajarannya.Tak kurang panjangnya pula nasihat-nasihat moralnya.Memangnya, siapa sih Paulus itu?Apa urusannya dengan kita? Apa kita kekurangan pengajar yang berhikmat?"
Paulus memang tidak mempunyai andil secara langsung dalam mendirikan jemaat di Roma. Namun sebagai rasul Kristus (1:1; 15:16), ia memiliki otoritas untuk mengajar dan menasihati mereka. Sama seperti jemaat lainnya, jemaat Roma, juga mempunyai masalah yang sangat serius, yaitu hubungan antara orang-orang Kristen Yahudi dengan orang-orang Kristen nonYahudi di dalam jemaat. Justru Paulus menyatakan bahwa ia mengemban tugas sebagai pelayan atau rasul Kristus bagi bangsa-bangsa lain. Tugasnya memberitakan Injil (16,19) dan memimpin bangsa-bangsa lain kepada Kristus (18). Kerasulan Paulus diteguhkan dengan tanda-tanda (19; bnd. 2Kor 12:12) yang menunjukkan bahwa Kristus sendirilah sesungguhnya yang mengerjakan itu semua melalui dirinya. Paulus berbesar hati atas panggilan kerasulannya karena ia dikaruniai kehormatan memberitakan Injil di tempat-tempat yang belum mendengar Injil (Rm 15:20-21). Dengan menegaskan kerasulan-Nya, Paulus menyatakan kerinduannya bersekutu dengan mereka, sehingga mereka boleh mendukung rencana pelayanannya ke Spanyol (24).
Teladan Paulus yang patut kita ikuti adalah hak dan kewajiban tidak dicampuradukkan.Ia berhak didengar, namun ia tidak memaksa. Ia berkewajiban menginjili orang nonYahudi, ia melibatkan jemaat Roma untuk mendukung pelayanan mulia ini.
Renungkan: Kasih memungkinkan kita untuk saling peduli dan memperhatikan keadaan saudara-saudara seiman. Kasih mendorong kita untuk bersekutu dan saling berbagi berkat.

Selasa, 10 Desember 2013
Tidak radikal, tidak berdaya jangkau ! (Roma 15:8-13)
Apa-apaan Paulus ini? Sampai dua pasal membicarakan pentingnya sikap tidak menghakimi agar tidak menjadikan kriteria kelebihan rohani sendiri kepada orang lain, lalu menganjurkan pola sikap dan perilaku yang radikal meniru Kristus! Bukankah ada hal lain yang lebih penting secara etika dan misi yang lebih baik Paulus paparkan di sini?
Justru karena ada hubungan erat antara sikap dan perilaku yang berani meniru kasih Yesus yang teramat luas daya jangkaunya itu dengan jangkauan misi, maka Paulus berbicara panjang lebar! Apa yang membuat orang Kristen perdana susah sekali merangkak maju dari lingkup Yerusalem, ke Yudea, ke Samaria, lalu ke ujung-ujung bumi? Apa sebab untuk dapat menjangkau Kornelius, Tuhan masih harus mengirimkan terapi kejut kepada Petrus? Apa sebab kebanyakan orang Kristen masa kini tidak memiliki dorongan kuat untuk keluar tembok-tembok kegiatan gereja atau meninggalkan berbagai tradisi kegerejaan kita demi menjangkau yang terpinggir? Hanya satu, karena enak bermain di zona nyaman! Dan sikap demikian dipupuk oleh gaya hidup tidak mau radikal!
Lain halnya Paulus. Karena menerima penuh keradikalan sepak terjang Yesus dan semua implikasinya pada hidup dan pelayanan Paulus sendiri, maka ia menjadi seorang rasul dengan daya terobos yang luar biasa besar. Bahkan mungkin terdengar ekstrim, sampai ia tidak mau bermisi di tempat yang orang lain bermisi (ayat 20). Andai Paulus tipe orang yang berputar-putar di zona nyaman saja, pastilah tak akan lahir gaya hidup misioner seradikal itu. Dan karena itu, injil pun akan tetap tidak beranjak dari "kalangan sendiri" semata.
Apa kebanggaan Paulus? Ia meninggalkan lingkup pelayanan nyaman untuk mewujudnyatakan prinsip inkarnasi Yesus. Ia meninggalkan kenyamanan, rasa aman, pagar batas tradisi keyahudian yang terhormat, demi menjangkau mereka yang disebut tak bersunat, tidak berbagian dalam perjanjian Allah! Jangan menghakimi, jangan mempertahankan ke-unggulan rohani, akan membuat Anda bersemangat bermisi!

Rabu, 11 Desember 2013
FOKUS DAN FOKUS (Roma15:14-21)
Dari Yerusalem sampai ke Ilirikum, Injil Kristus (19) telah diberitakan oleh Rasul    Paulus. Pemberitaan ini merupakan hasil pemahaman Paulus akan esensinya sebagai rasul bahwa Tuhan memberinya kasih karunia untuk menjadi pelayan Kristus bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi. Ia mengemban tugas imam dalam mewartakan Injil Allah supaya bangsa-bangsa bukan Yahudi diterima oleh Allah sebagai persembahan yang berkenan kepada-Nya, serta yang disucikan oleh Roh Kudus (15-16). Itu sebabnya Paulus tidak melakukan penginjilan ke Roma, karena sudah ada Petrus di sana.
Paulus tidak mau membangun di atas dasar yang telah didirikan oleh orang lain (20). Ini bukan karena menghindari persaingan, melainkan agar daerah-daerah lain yang belum tersentuh oleh Injil dapat dijangkau juga.Paulus memang fokus pada panggilan untuk menjangkau bangsa-bangsa bukan Yahudi. Kesadaran akan panggilan itulah yang membuat Paulus memusatkan pikiran, usaha, dan kekuatannya untuk memenuhi panggilan yang telah dia terima.
Sejarah mencatat bahwa banyak gereja yang berhasil didirikan oleh Paulus, serta banyak jiwa yang dia menangkan.Jemaat Korintus, Efesus, Galatia, Filipi, Kolose, dan Tesalonika merupakan jemaat-jemaat hasil penginjilan Paulus.Tidak sedikit pula orang yang bertobat oleh pelayanannya, lalu menjadi murid dan kemudian meneruskan pelayanannya.Misalnya Timotius dan Titus.
Dimulai dari Yerusalem, Paulus memulai penginjilannya dengan berkeliling ke Asia Kecil, Makedonia, Yunani, dan bahkan ke Ilirikum. Wilayah yang Paulus kunjungi mempunyai rentang jarak sejauh 1.400 mil. Paulus juga memberdayakan para pemimpin gereja lokal untuk menginjili ke wilayah-wilayah sekitar.
Fokus, fokus, dan fokus.Tanpa mengecilkan arti penyertaan Roh Kudus, fokus merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam menjalankan panggilan Tuhan. Tidak ada pekerjaan, sekecil apa pun, yang bisa terselesaikan bila kita tidak fokus untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.

Kamis, 12 Desember 2013
PANGGILAN UNTUK PERCAYA (Roma 15:25-33)
Injil yang utuh tidak hanya berbicara iman dan keselamatan jiwa melainkan juga pemenuhan kebutuhan hidup secara jasmaniah. Semangat penginjilan Paulus memang diarahkan untuk keselamatan jiwa orang-orang nonYahudi sesuai dengan panggilannya. Namun kepeduliannya kepada sesama saudara seiman yang sedang kesulitan ekonomi juga tinggi. Paulus rindu, sebelum ia berkunjung ke Roma dalam rangka penginjilan ke Spanyol ia boleh menjadi saluran berkat jasmani bagi jemaat di Yerusalem. Berkat itu berupa persembahan uang dari jemaat di Makedonia dan di Akhaya, yaitu dari jemaat nonYahudi (26).
Adanya persembahan yang dilakukan oleh jemaat-jemaat nonYahudi kepada jemaat-jemaat Yahudi itu menunjukkan adanya persekutuan sejati umat Tuhan yang tidak memandang suku, bangsa, bahasa, dll. Oleh karena itu, Paulus juga mau melibatkan jemaat Roma dalam persekutuan ini dengan meminta dukungan doa mereka bagi perjalanan pelayanan diakonianya ini (30). Ada dua hal yang ingin dicapai Paulus. Pertama, agar jemaat Roma belajar makna persembahan dan persekutuan sejati. Kedua, melalui dukungan doa jemaat di Roma, Paulus mengharapkan pelayanannya diterima dengan baik oleh jemaat di Yerusalem. Juga agar ia terhindar dari orang-orang Yahudi nonkristen yang tidak senang terhadap diri dan pelayanannya, yang berupaya menghalangi bahkan menyingkirkannya (31).
Kita perlu belajar menggalang persekutuan yang melampaui batasan-batasan yang diciptakan dunia berdosa ini. Orang Kristen tidak boleh membeda-bedakan diri karena denominasi, suku, bahasa, status sosial, dll. Kasih Tuhan harus dinyatakan kepada semua orang. Persekutuan sejati yang diwujudkan melalui kasih itu akan menjadi kesaksian yang indah di mata orang dunia.
Nyanyikanlah: "Ku tak pandang dari gereja mana, asalkan berdiri atas firman-Nya, engkaulah saudara-saudariku, marilah kita bekerja sama."

Jumat, 13 Desember 2013
Inkarnasi, misi, oikumene, diakonia (Roma 15:22-33)
Dapatkah Anda mengenali yang mana dari empat hal di atas yang adalah hakikat gereja?Ya, misi, koinonia (oikumene), dan diakonia adalah tiga sifat inti gereja.Bagaimana hubungan inkarnasi Yesus dengan ketiga sifat hakiki gereja? Kehidupan Kristen dan gereja adalah hasil hidup dan karya Yesus. Logis bila karya cipta-Nya memperlihatkan kesamaan dengan Ia yang menyelamatkan orang Kristen dan melahirkan gereja. Kasih dan pengurbanan-Nya inilah sumber nasihat Paulus yang mengingatkan agar kita tidak saling menghakimi, tetapi bertindak membangun Tubuh Kristus.Sejauh ini implikasi nasihat Paulus menyentuh kehidupan pribadi Kristen dalam konteks gereja lokal.Ia membagikan visi-misi dan mengundang orang Kristen di Roma terlibat. Pertama, Paulus membagikan hasratnya melakukan perjalanan misi lebih jauh, ke Spanyol (ayat 24).Inkarnasi Kristuslah sumber kerinduan misi Paulus.Inkarnasi harus menjadi inspirasi dan motivasi orang beriman, maka Paulus membagikan beban misinya kepada jemaat di Roma.Bukan saja karena misi itu memang tugas besar yang perlu upaya besar, tetapi karena misi adalah hakikat gereja.Inkarnasi dan kurban Kristus melahirkan gereja, dan gereja sejati adalah yang bermisi. Kedua, ia sedang melaksanakan tugas lain. Jemaat Tuhan di Yerusalem sedang mengalami kesusahan.Inkarnasi Putra Allah membuat Dia ambil bagian dalam penderitaan manusia, dan hasil penyetaraan diri dengan manusia ialah keselamatan orang yang percaya kepada-Nya.Sesama orang Kristen dan sesama gereja seharusnya mencerminkan sifat empati Yesus Kristus.Jemaat di Makedonia dan Akhaia menyadari itu dengan mengirimkan bantuan melalui Paulus.Giliran jemaat di Roma untuk juga mengungkapkan kasih Kristus.Persatuan antar gereja (oikumene) dan pelayanan diakonia antar gereja adalah sikap serasi dengan kasih inkarnasional Kristus.
Ingat, buah inkarnasi Yesus dalam gereja berwujud dalam gereja yang bermisi, yang oikumenis (dalam koinonia), yang berdiakonia.

Sabtu, 14 Desember 2013
BUKAN HANYA DIBIBIR (Roma 15:22-33)
Paulus memberi informasi kepada jemaat di Roma bahwa ia dan rekan-rekannya sedang dalam perjalanan ke Yerusalem (25). Mereka sedang melakukan misi khusus yaitu mengantarkan bantuan dari jemaat nonYahudi di Yunani kepada orang-orang percaya Yahudi yang menderita di Yerusalem (26).
Kata "bantuan" yang digunakan Paulus dalam suratnya ini menginformasikan bahwa persembahan yang dia antar mempunyai nilai yang cukup besar. 2 Korintus 8-9 mencatat secara lengkap rincian tentang persembahan ini.Melalui informasi ini, Paulus memotivasi jemaat Roma untuk turut serta meringankan kesulitan saudara-saudara seiman mereka di Yerusalem.
Melalui persembahan ini Paulus mengingatkan orang-orang percaya nonYahudi bahwa keselamatan yang mereka miliki datangnya dari bangsa Israel.Itu sebabnya mereka memiliki kewajiban moral untuk membantu orang-orang percaya Yahudi yang mengalami penganiayaan karena iman mereka di dalam Kristus.Orang yang kaya didorong untuk membantu orang yang berkekurangan, orang yang kuat haruslah membantu orang yang lemah.
Meskipun berbeda bangsa, orang-orang nonYahudi itu mau menyatakan kasihnya kepada saudara-saudara mereka yang Yahudi.Sebagai saudara seiman, mereka memiliki kerinduan untuk bersama-sama menanggung beban yang saat itu diderita saudara seiman mereka yang berbangsa Yahudi.Dukungan kasih yang dinyatakan melalui pengiriman bantuan ini memperlihatkan kesatuan dan ikatan di antara saudara seiman.Citra Kristus juga nyata di dalamnya.
Hari ini kita diingatkan bahwa di antara saudara seiman memang harus terdapat kasih.Namun, kasih itu jangan hanya di bibir saja melainkan harus juga dinyatakan melalui tindakan praktis dan nyata.Misalnya dengan menyatakan keprihatinan, mendampingi, menolong, atau memberikan dukungan. Dukungan sekecil apa pun mempunyai nilai yang besar bagi mereka yang dibantu. Kepedulian kita setidaknya menunjukkan bahwa kasih di antara saudara-saudara seiman ada dan sungguh nyata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar