Renungan Harian 07 - 12 Oktober 2013

RENUNGAN SEPANJANG MINGGU

Senin, 07 Oktober 2013
TAKJUB AKAN HIKMAT ALLAH (Roma 11:25-36)
Kapan terakhir kali Anda memuji Allah dari hati yang takjub terhadap-Nya? Sesering apa Anda memuji Tuhan karena ketakjuban? Bagaimana biasanya Anda berespons terhadap masalah-masalah teologis yang sulit?
Perikop ini akhir bagian pertama surat Roma (ps. 1-11) yang membahas tentang tindakan penyelamatan Allah terhadap manusia yang binasa. Bagian ini menyelesaikan masalah pelik tentang pemilihan dan anugerah (ps. 9-11); juga tentang penyelamatan Israel yang sudah menolak Kristus. Injil adalah rahasia Allah. Keselamatan yang Allah singkapkan itu memang di luar jangkauan pengertian manusia (25). Di hadapan pemaparan rahasia Allah itu, kita akan dibuat takjub bahwa Allah sanggup menaklukkan kekerasan dan kegelapan hati untuk akhirnya justru menjadi bagian dari penggenapan rencana keselamatan-Nya. Ini tampak di dalam tiga unsur kebenaran rahasia Injil sehubungan dengan masalah pelik dalam pasal 9-11 ini.
Pertama, kekerasan hati Israel menyebabkan bangsa-bangsa yang tadinya tidak termasuk umat Allah boleh mengalami pilihan dan anugerah Allah juga (25). Kedua, meski Israel menyeterui Kristus, Allah setia dan tetap memperhitungkan mereka sebagai kekasih-Nya (28). Ketiga, atas dasar kesetiaan Allah, Ia memelihara mereka dan menyiapkan mereka agar sesudah waktu untuk bangsa-bangsa asal kafir mengenal Kristus genap (25b), mereka akhirnya diselamatkan juga (26). Ketidaktaatan Israel menjadi batu loncatan bagi Allah menunjukkan kemurahan-Nya bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi. Kemurahan-Nya kepada orang-orang bukan Yahudi menaklukkan kekerasan hati Israel sehingga bangsa itu kelak akhirnya diselamatkan karena mengakui Mesias yang sama, yaitu Yesus Kristus.
Bersyukur: Keselamatan yang kita terima itu lahir dari hikmat, pengetahuan, keputusan, pikiran, kemurahan Allah yang tak terselami. Ia sungguh Pencipta, Pemelihara, Penyelamat yang ajaib dan patut kita puji selama-lamanya.

Selasa, 08 Oktober 2013
TAK TERSELAMI, HIKMAT DAN KUASA ALLAH (Roma 11:25-36)
Pernahkah Anda merenungkan keadaan Anda sebelum mengenal Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat? Sesudah Anda masuk dalam anugerah penyelamatan itu, bagaimana kesan Anda tentang jalan Allah yang menyelamatkan?
Dalam perenungannya yang dalam dan luas, Paulus sanggup melihat ke masa depan. Yaitu pengharapan bahwa melalui ketidaktaatan Israel untuk sesaat, dimungkinkan terjadinya penyelamatan sejumlah besar orang dari bangsa-bangsa bukan pilihan Allah (ayat 25). Suatu hal yang sangat tidak mungkin untuk diimpikan. Bayangkan, bagaimana mungkin orang Siro-Feniki, orang Etiopia, orang Romawi, orang Yunani, orang Barbar di Eropa, orang Cina, orang Arab, orang Meksiko, orang Tonga, orang Jawa, orang Batak, orang Melayu, orang Papua, orang Maluku, ... dan masih ratusan bahkan ribuan lagi banyaknya suku dan bahasa dari penjuru bumi ini, akhirnya mengenal Allah yang sejati. Kita termasuk di antaranya yang berasal dari nenek-moyang dan kehidupan yang menaati kekuatan-kekuatan kejahatan, akhirnya mengalami pencerahan hati di dalam Yesus Kristus! Haleluyah!
Lebih ajaib dari itu, Israel yang telah terbuang dari keterpilihannya karena penolakan akan sang Mesias, pun akhirnya dipulihkan kembali (ayat 26-27). Dalam cara dan waktu-Nya sendiri, Allah sedang dan akan terus mengerjakan anugerah-Nya yang menegur, mengoreksi, meyakinkan sampai akhirnya orang Israel pun akan menerima Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan mereka. Dengan demikian, genaplah suatu umat yang Allah rencanakan bagi-Nya, yaitu gereja-Nya sejati, umat pilihan-Nya sejati, Israel yang sejati! Di dalam kekayaan hikmat dan kuasa-Nya, oleh anugerah-Nya yang dahsyat itu, terciptalah umat pilihan yang seak kekal telah Ia rancang dan kasihi! Oh betapa tinggi, dalam, lebar dan luas kasmenjadi bagian dari pewujud-nyataan hikmat serta kuasa yang dahsyat itu, yaitu bila kita ambil bagian menyaksikan Injil Kristus kepada sesama kita!

Rabu, 09 Oktober 2013
RAHASIA KESELAMATAN BANGSA ISRAEL (Roma 11:25-36)
Walaupun sejak zaman Paulus hingga sekarang, hanya sebagian kecil saja dari bangsa Israel yang menerima Yesus sebagai Mesias, Alkitab mengatakan bahwa Allah tidak akan melupakan Israel.
Ketegaran hati Israel, justru dipakai Allah untuk menjangkau bangsa-bangsa lain. Dan Allah tidak akan tinggal diam terhadap ketegaran hati bangsa pilihan itu. Di dalam hikmat bijaksana-Nya serta pada waktu yang Tuhan tentukan sendiri, bangsa Israel pun akan mendapat kemurahan dari Allah sebagaimana bangsa lain juga telah memperoleh kemurahan. Yang ingin ditekankan oleh Paulus kepada para pembaca suratnya adalah agar mereka, sebagai bangsa nonYahudi, jangan menjadi sombong dan merasa mempunyai kelebihan atau keistimewaan dibandingkan bangsa Yahudi. Sebaliknya, Paulus mengajak orang percaya untuk menanggapi kemurahan Allah itu dengan sikap syukur dan rendah hati. Sebagai manusia biasa, tidak ada seorang pun yang dapat memahami dan menyelami maksud dan rencana Allah yang mahaagung dan mahabesar (33-37).
Melalui tulisan ini, kita dapat belajar tentang kasih Allah yang begitu besar kepada umat manusia, baik yang berasal dari bangsa Yahudi, maupun dari nonYahudi. Di dalam kesabaran-Nya yang luar biasa, Allah bahkan tidak melupakan bangsa yang telah menolak Yesus Kristus. Di dalam hikmat-Nya yang luar biasa, Allah bahkan telah mengatur karya keselamatan agung yang dapat menjangkau seluruh bangsa di dunia. Siapakah kita yang merasa layak untuk bermegah di hadapan Allah? Siapakah kita yang tidak tergerak untuk bersyukur atas kemurahan-Nya?
Kita patut bersyukur karena segala rencana keselamatan Allah bagi umat manusia pada umumnya dan Israel pada khususnya akan tergenapi. Hal ini menjadi bukti kuat bagi kita bahwa Allah kita adalah Pribadi yang setia dan mampu menggenapi apa yang telah direncanakan-Nya. Marilah mulai sekarang, kita selalu berusaha untuk menjalani hidup sesuai rencana-Nya Marilah kita juga senantiasa rindu untuk memuliakan Dia di dalam setiap langkah hidup kita (36).

Kamis, 10 Oktober 2013
DI ATAS SEGALA NAMA (Filipi 2:5-11)
Apabila Anda tahu dengan pasti bahwa Anda akan kehilangan suara dan tidak akan pernah dapat berbicara lagi, maka kata terakhir apa yang ingin Anda ucapkan?
Seorang laki-laki yang menderita kanker tenggorokan akan menjalani operasi yang akan menyelamatkan hidupnya, tetapi ia akan kehilangan suaranya. Persis sebelum pembedahan dilakukan, ia meluangkan waktu bersama istrinya untuk menyatakan cintanya. Ia melakukan hal yang sama kepada putrinya.
Kemudian, ia meminta dokter yang menanganinya untuk memberitahukan kapan persisnya obat bius akan membuatnya tidak sadarkan diri. Ketika laki-laki tersebut berbaring tenang untuk tidur, ia kemudian berkata dengan sangat jelas, "Yesus! Yesus!" Itulah kata terakhir yang dipilihnya untuk diucapkan di dalam hidup ini "Yesus!"
Seberapa berartikah nama Yesus bagi kita? Nama-nama lain, seperti nama orang-orang yang kita cintai, jelas sangat besar artinya. Akan tetapi, bagi kita yang ditebus oleh kasih karunia Allah, nama Yesus adalah nama yang paling berarti. Demikian pula bagi Bapa surgawi kita. Bapa "sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada ... dan segala lidah mengaku, Yesus Kristus adalah Tuhan, bagi kemuliaan Allah, Bapa!" (Filipi 2:9-11).
Di sepanjang perjalanan sisa hidup kita dan sampai selama-lamanya, marilah kita mengagungkan nama yang ajaib, yaitu Yesus. (VCG)
NAMA YESUS SANGAT BERHARGA BAGI MEREKA YANG MENGENAL-NYA DAN TIDAK ADA ARTINYA BAGI MEREKA YANG MENOLAK-NYA

Jumat, 11 Oktober 2013
KARENA IMAN (Yosua 6:2-5)
Alkitab kerap menegaskan kepada pembacanya bahwa jalan-jalan Allah “sungguh tak terselami” (Roma 11:33) oleh pikiran manusia. Kisah kejatuhan Yerikho (Yosua 6:2-5) adalah satu contohnya. Mengapa Allah tidak langsung saja meruntuhkan tembok kota itu dengan kekuatan-Nya yang dahsyat? Mengapa harus disuruh-Nya orang Israel mengelilingi kota itu sampai tujuh hari? Apa sulitnya Allah meruntuhkan Yerikho setelah dikelilingi bangsa Israel dalam satu hari saja?
Sebagai jawabannya, Ibrani 11:30 menyatakan bahwa waktu tujuh hari itu bersangkut paut dengan iman orang Israel. Artinya, Allah memang berkuasa menumbangkan Yerikho secepat Dia mau, tetapi Dia memutuskan untuk memberi jangka waktu yang agak panjang untuk melatih iman umat-Nya. Jadi, setiap kali orang Israel berjalan keliling dalam tujuh hari itu, tembok-tembok Yerikho yang masih berdiri kokoh menantang iman mereka: Benarkah Allah akan merobohkannya? Syukurlah mereka bersabar dan tidak undur. Tembok-tembok tebal akhirnya runtuh dan penulis Ibrani di kemudian hari dapat bersaksi bahwa itu terjadi “karena iman”.
Saat ini, barangkali Allah tengah membuat Anda melewati waktu yang panjang untuk mencapai sebuah sasaran. Anda yakin Allah ingin Anda mencapai hal itu, tetapi Anda bertanya-tanya mengapa Anda harus melalui waktu yang demikian panjang. Kuatkan hati dengan becermin pada pengalaman bangsa Israel di Yerikho. Allah ingin Anda bersabar, berketetapan hati, dan tidak undur. Bertekunlah, agar pada waktu-Nya, Anda berhasil mencapai sasaran itu “karena iman” (SAT)
WAKTU KERAP MENJADI GURU TERBAIK YANG DIBERIKAN ALLAH UNTUK MELATIH IMAN KITA

Sabtu, 12 Oktober 2013
MENSYUKURI SEGALA MUSIM (Pengkhotbah 3:1-8)
Saya tumbuh besar di Pantai Barat, Amerika Serikat. Di sana, sangat kecil kemungkinan salju akan turun pada hari Natal, sehingga ibu saya selalu menunjuk kabut pada dini hari untuk membuktikan bahwa sebentar lagi Natal akan tiba.
Sekarang saya dan istri tinggal di wilayah Midwest. Di sana salju turun dengan lebat saat perayaan Natal akan tiba. Saya sangat senang dapat merasakan perbedaan yang jelas di antara empat musim. Akan tetapi, saya tak melihat respons yang sama pada orang-orang yang tumbuh dewasa di wilayah Midwest. Saya pikir lucu jika mereka tak dapat merasakan syukur yang saya rasakan terhadap siklus perubahan musim yang luar biasa, yang diciptakan Allah untuk kebaikan kita semua.
Dalam Pengkhotbah 3:1-8, Salomo menyadari akan adanya siklus kehidupan. Ia berkata bahwa ada waktu untuk menanam dan untuk menuai, ada waktu untuk menangis dan untuk tertawa, ada waktu untuk meratap dan untuk menari, ada waktu untuk memeluk dan untuk menahan diri dari memeluk, ada waktu untuk berdiam diri dan untuk bicara, ada waktu mengasihi untuk dan untuk membenci.
Sama seperti Allah yang menentukan cuaca, Dia juga mengatur siklus kehidupan: "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya" (Pengkhotbah 3:1). Apakah kita akan menolak semua musim dan mengeluhkan kondisi "bersalju" di cakrawala? Atau kita percaya kepada Allah apa pun yang Dia rencanakan bagi kita?
Apa pun situasi kita saat ini, kita dapat bersyukur atas semua musim-Nya. (HDF)
DARIPADA BERDOA AGAR KEADAAN BERUBAH LEBIH BAIK BERDOA AGAR ADA HATI YANG BERUBAH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar