RENUNGAN SEPANJANG MINGGU
Senin, 09 September 2013
DISELAMATKAN OLEH ANUGERAH IMAN (Roma 9:30-10:3)
Sungguh penting peran anugerah iman bagi keselamatan kita. Sebab, bagaimana mungkin bangsa-bangsa lain yang bukan umat pilihan Allah, tanpa sunat, tanpa Taurat serta tidak mengejar kebenaran, tetapi malah diselamatkan? Sedangkan orang Israel yang mengejar kebenaran, justru tidak memperoleh kebenaran itu? Bagi Paulus jawabannya terletak pada iman.
Bangsa-bangsa lain diselamatkan dan dibenarkan oleh Allah karena mereka mau beriman kepada Kristus. Sedangkan Israel terus giat mengejar kebenaran berdasarkan kriteria mereka sendiri. Mereka mengira dengan giat beribadah, tekun menjalankan hukum Taurat, serta hidup saleh, mereka akan mendapatkan keselamatan dan pembenaran dari Allah. Mereka keliru, karena keselamatan bukan berdasarkan usaha dan perbuatan baik manusia, melainkan karena anugerah Allah dan oleh iman kepada Kristus (Ef 2:8-9). Konsep keselamatan melalui iman dan berdasarkan anugerah ini, bagi orang Yahudi merupakan suatu konsep yang sulit diterima sehingga mereka pun menolak Yesus. Itu sebabnya, Yesaya menggambarkan sosok Yesus sebagai batu sentuhan dan batu sandungan karena keyakinan orang Yahudi telah tersandung oleh ajaran Yesus.
Setiap orang harus mengambil sikap dan keputusan ketika berhadapan dengan Yesus Kristus, apakah percaya atau menolak Dia? Walaupun Israel tersandung, Paulus tetap berdoa kepada Allah untuk keselamatan mereka dan berusaha menjangkau mereka ke mana pun dia pergi memberitakan Injil. Paulus begitu ingin agar mereka percaya kepada Yesus dan dibenarkan oleh Allah.
Keselamatan tidak dapat kita peroleh melalui segala usaha dan perbuatan baik kita, melainkan melalui iman berdasarkan anugerah Allah. Oleh karena itu, marilah kita menyambut anugerah itu dengan percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita. Dan marilah kita juga, seperti Paulus, turut berdoa bagi orang lain yang belum percaya agar mereka mau membuka hati, bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus.
Selasa, 10 September 2013
OLEH KASIH KARUNIA (Roma 9:30-10:3)
Memperoleh keselamatan karena perbuatan baik merupakan konsep duniawi yang mudah dipahami. Hidup saleh pasti masuk surga, bukankah ini masuk akal?
Tampaknya setelah dihajar berkali-kali oleh Allah, bangsa Israel jadi bertobat dari penyembahan berhala. Setelah itu hanya Allah Abraham yang mereka sembah dan layani. Mereka bergiat dalam ibadah mereka kepada Allah (ayat 9:31, 10:2). Mereka berupaya memasyarakatkan Hukum Taurat agar setiap umat melakukannya dalam hidup mereka sesehari. Bahkan mereka berusaha melengkapi Hukum Taurat itu dengan peraturan-peraturan yang mereka buat sendiri. Namun sayang, semangat mereka tidak didasarkan pada pengetahuan yang benar (ayat 10:2). Mereka berusaha memperoleh pembenaran Allah dengan perbuatan baik dan kesalehan (ayat 10:3). Bukan dengan iman. Sulit bagi mereka untuk memahami konsep dibenarkan karena "kasih karunia". Mereka begitu bangga akan kesalehan mereka. Padahal dengan demikian mereka telah menggantikan Kristus dengan perbuatan baik. Dan akibatnya mereka tidak memperoleh kasih karunia Allah. Sementara bangsa-bangsa lain menerima kasih karunia Allah dengan iman. Dan mereka dibenarkan Allah.
Sampai kini pun masih banyak orang yang berusaha hidup saleh secara sungguh-sungguh, dengan harapan akan masuk surga ketika mereka meninggal dunia kelak. Namun sayangnya, kesungguhan hati dan kesalehan seseorang tidak akan pernah dapat menyelamatkan jiwanya. Ia tidak akan beroleh perkenan Allah maka kesudahannya adalah kebinasaannya. Paulus, yang ngeri membayangkan akhir hidup orang-orang sebangsanya, merindukan pertobatan mereka. Ia berdoa agar Allah menyelamatkan mereka (ayat 10:1).
Bagaimana dengan kita? Seberapa pedulikah kita pada orang-orang terhilang di sekitar kita? Adakah Anda pernah mengingat mereka dalam doa Anda? Adakah Anda memiliki kerinduan agar mereka diselamatkan? Masukkan mereka dalam pokok doa Anda mulai sekarang.
Rabu, 11 September 2013
TUHAN DAN JURUSELAMAT MANUSIA (Roma 10:1-13)
Orang sebangsanya menyambut Yesus, menjadi hasrat hati dan doa Paulus. Paulus merasa pedih bahwa kesungguhan religius orang Yahudi tidak didukung oleh pegetahuan yang benar (1, 2). Memang mereka tahu bahwa Allah Esa adanya, dan Ia telah menyatakan sifat-sifat-Nya dalam Hukum Taurat, namun hakikat Taurat tidak mereka akui karena tidak mereka pahami. Taurat adalah penyataan kemurahan Allah yang mewujud penuh dalam diri dan karya Kristus yang menyelamatkan. Namun, mereka memahami Taurat sebagai tuntutan Allah, kebenaran adalah target yang harus dicapai bukan anugerah yang harus disambut. Akibatnya mereka tidak bersedia merendahkan hati menerima pembenaran dalam Kristus (3b). Mereka binasa dalam merasa benar dengan perjuangan sendiri.
Kristus adalah tujuan dan kegenapan Taurat (4) sebab Taurat bicara tentang Dia dan hanya Dia yang dapat menggenapi Taurat seutuhnya (5). Manusia tidak perlu dan tidak mungkin menjangkau Allah atau turun ke neraka menanggung sendiri segala akibat dosanya demi memperkenan Allah (6-7). Kristus sudah melakukan itu semua. Ia Allah menjadi manusia sehingga manusia tidak perlu mencari Allah dengan usaha sendiri. Ia menanggung derita dan hukuman dosa manusia agar terbebas dari murka Allah. Jalan keselamatan telah terwujud dalam Yesus Kristus. Allah hanya menuntut respons sederhana: hati yang percaya dan yang melahirkan pengakuan bahwa Yesuslah Juruselamat dan Tuhan (9-20). Menyeru Yesus Tuhan sama dengan menyeru bahwa Ia sesungguhnya adalah Allah sendiri yang telah mengambil alih ketidakmungkinan manusia dengan menggenapi semua tuntutan Taurat.
Tantangan: Sampai masa kini bukan hanya orang Yahudi yang menutup diri dari anugerah Allah. Banyak sesama kita penganut agama yang serius mencari Allah, yang hidup dalam kegelapan religius yang mereka ciptakan sendiri. Kita doakan mereka tiba pada terang kebenaran Injil anugerah.
Kamis, 12 September 2013
DISKUSI TANPA AKSI (Roma 10:4-15)
Saya kerap mendengar orang kristiani yang berdiskusi tentang nasib orang-orang yang ada di tempat terpencil atau yang belum pernah mendengar karya Kristus. Namun, dari nada dan nuansanya, diskusi itu tidak muncul dari keprihatinan akan nasib mereka yang belum mendengar Injil. Diskusi lebih diwarnai keinginan untuk memuaskan otak dengan memperdebatkan hal-hal yang rumit di seputar topik ini.
Paulus menuliskan hal yang lebih penting untuk kita ketahui dan lakukan daripada sekadar memperdebatkannya. Ia menekankan bahwa siapa saja yang mengaku Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamat akan diselamatkan (ayat 9-10). Namun, orang hanya bisa sampai pada pengakuan semacam ini kalau ia pernah mendengar Berita Injil (ayat 14). Ini menunjukkan betapa pentingnya seseorang yang menyampaikan kabar baik itu kepada mereka. Menjadi tugas setiap orang percaya untuk menjadi penyampai Kabar baik tersebut. Para pemberita Injil inilah yang lebih dibutuhkan daripada seorang pemenang debat yang tidak pernah berangkat menginjili. Gereja yang sehat haruslah lebih banyak mengutus pemberita Injil daripada menyelenggarakan seminar penginjilan.
Sungguhkah kita mencemaskan nasib mereka yang belum pernah mendengar Injil? Adakah kerinduan dalam diri kita, melihat banyak orang menjadi percaya dan mengaku Yesus itu Juru Selamat, serta hidup memuliakan-Nya? Diskusi tanpa aksi dan kecemasan semata bukanlah jalan keluar. Energi yang dipakai untuk berdebat panjang tentang nasib orang di kekekalan akan lebih berguna jika dipakai untuk mendoakan, merancang strategi menyampaikan kabar baik, dan menjalankannya sepenuh hati. (PBS)
KALAU KITA MULAI BERGERAK HARI INI, KEMUNGKINAN ADA ORANG YANG AKAN DISELAMATKAN BESOK PAGI.
Jumat, 13 September 2013
BERITAKANLAH (Roma 10:4-15)
Taurat adalah kebenaran Ilahi, yang berfungsi sebagai rambu-rambu penunjuk jalan. Orang tak akan pernah sampai kepada Allah hanya dngan berpedoman Hukum Taurat. Kristuslah jalan. Hanya melalui Dia sajalah orang dapat sampai kepada Allah. Namun orang Israel merasa sulit menerima pemahaman tersebut. Bagaimana mungkin meniadakan kesalehan dan mengutamakan kasih karunia?
Padahal pengajaran Paulus begitu sederhana: mereka hanya perlu beriman kepada Yesus Kristus dan mengakui Dia sebagai Tuhan yang telah bangkit dari maut (ayat 9-10). Keselamatan ini tidak lagi terbatas hanya pada sekelompok orang tertentu, melainkan terbuka bagi setiap orang yang mau per-caya, tanpa memandang ras (ayat 11-13). Tak ada seorang pun yang perlu meragukan bahwa dia tak akan kebagian kasih karunia ini. Tak ada istilah bangsa pilihan dalam hal ini.
Karena Allah menujukan keselamatan bagi semua bangsa, tanpa memandang ras, tentu perlu ada orang yang menyebarluaskan berita keselamatan ini. Banyak orang di berbagai penjuru dunia yang belum pernah mendengar tentang Kristus, sebab itu perlu ada orang yang mau pergi ke tempat mereka dan memberitakan keselamatan di dalam Dia (ayat 14-15).
Sebagai orang yang telah menerima anugerah keselamatan, kita pun beroleh tugas untuk memberitakan warta keselamatan itu. Di mana kita dapat melakukannya? Di rumah, di kantor, atau di lingkungan sekitar kita? Namun ada juga orang-orang yang memiliki kerinduan untuk mewartakan Injil ke tempat-tempat asing yang belum pernah dia ketahui sebelumnya. Untuk mereka, kita perlu berdoa agar banyak pintu yang terbuka bagi pemberitaan mereka.
Gereja pun, terutama yang sudah lama berdiri, seharusnya tidak hanya berkutat dengan masalah pelayanan internal. Sudah saatnya memikirkan dan mendoakan secara serius untuk mengirimkan utusan Injil ke tempat-tempat jauh itu agar semakin banyak orang yang memiliki kesempatan untuk mendengar dan merespons Injil.
Sabtu, 14 September 2013
KEBENARAN KARENA IMAN (Roma 10:4-15)
Apakah kegagalan Israel memenuhi tuntutan hukum Taurat menghilangkan harapan untuk memperoleh kebenaran? Paulus berkata tidak. Sebab Yesus telah datang untuk memenuhi segala tuntutan Taurat sehingga setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh kebenaran itu dari Allah.
Berbeda dengan 'kebenaran karena Taurat' yang sulit bahkan mustahil dicapai, 'kebenaran oleh iman' mudah diperoleh. Manusia tidak perlu naik ke surga untuk membawa Yesus turun atau pergi ke jurang maut untuk membawa Yesus naik dari antara orang mati. Sebab kebenaran karena iman itu dekat di mulut dan dekat di hati. Keselamatan dan kebenaran karena iman diwujudnyatakan oleh pengakuan di mulut dan kepercayaan di dalam hati. Pengakuan di mulut harus didahului oleh kepercayaan di dalam hati dan kepercayaan di dalam hati harus dinyatakan oleh mulut sehingga dapat didengar dan disaksikan orang lain. Inilah aturan Allah yang berlaku bagi semua, baik Yahudi maupun nonYahudi, bahwa setiap orang yang mau berseru dan percaya Yesus bukan hanya tidak akan dipermalukan, tetapi juga akan diselamatkan dan dibenarkan oleh Allah, tanpa perbedaan (12). Namun, untuk bisa berseru kepada Yesus seseorang harus percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat manusia. Untuk bisa percaya dia harus membuka hati, mendengar, dan menyambut firman Tuhan masuk ke dalam hatinya. Bagaimana mungkin semua itu bisa terjadi? Hal ini dapat terjadi bila ada orang-orang yang mau diutus untuk memberitakan Injil kepada mereka yang belum percaya.
Kebenaran menurut firman Tuhan adalah kebenaran karena iman. Dan kebenaran ini harus diberitakan kepada semua orang. Tugas kita untuk memberitakan kebenaran itu karena kita adalah orang yang sudah percaya dan dibenarkan. Firman Tuhan ini perlu diberitakan sebab tanpa itu, tidak ada sumber lain bagi manusia untuk memahami kebenaran semacam ini. Oleh karena itu, marilah kita menjadi utusan Injil yang rindu bersaksi dan memberitakan keselamatan di dalam Yesus Kristus kepada orang-orang yang ada di sekitar kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar