RENUNGAN SEPANJANG MINGGU
Senin, 19 Agustus 2013
KASIH KRISTUS KEKAL (Roma 8:31-39)
Dengan kalimat-kalimat yang hidup dan menarik, Rasul Paulus menyatakan keyakinan imannya, bahwa tidak ada yang dapat melawan, menggugat, dan memisahkan orang percaya dari kasih Allah yang ada dalam Kristus Yesus. Justru karena Kristus sudah menghadapi kematian, lalu bangkit dan dipermuliakan maka Dia menjadi Pembela kita di saat kita menghadapi berbagai penderitaan dan penganiayaan (34-36), yang memang harus dihadapi oleh setiap anak Tuhan. Dia ada bersama dan mendampingi kita.
Jadi, apa pun yang terjadi pada kita, di mana pun kita berada, kita tidak dapat dipisahkan dari kasih Allah. Penderitaan tidak akan dapat memisahkan kita dari Allah. Justru penderitaan menolong kita untuk menghisabkan diri kita dengan Dia. Melalui penderitaan, kita justru akan semakin merasakan kasih-Nya. Ayat 37-39 mengajak kita melihat semua penderitaan itu dari sudut Kristus yang mengasihi kita, sehingga kita diyakinkan bahwa baik maut maupun hidup, malaikat, pemerintah, kuasa-kuasa, dan makhluk lain tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus.
Maka seorang Kristen hendaknya tidak berputus asa, atau berusaha lari dari tantangan. Penderitaan memang harus dihadapinya. Mungkin kadangkala penderitaan membuat kita beranggapan bahwa kita telah ditolak oleh Yesus. Akan tetapi, Paulus menyatakan bahwa tidak mungkin Kristus berbalik menolak kita atau Allah berbalik memusuhi kita. Kematian-Nya untuk kita merupakan bukti kasih yang tidak dapat dikalahkan oleh apa pun. Kasih-Nya melindungi kita dari berbagai bentuk kekuatan apa pun yang berupaya menguasai dan mengalahkan kita. Kasih-Nya yang begitu besar seharusnya membuat kita merasa aman di dalam Dia.
Renungkanlah: Kasih Allah dalam Yesus Kristus membantu kita menghadapi penderitaan. Bersyukurlah kepada Tuhan Yesus yang menyertai kita senantiasa, juga dalam kesulitan dan duka.
Selasa, 20 Agustus 2013
TAK DAPAT DIPISAHKAN (Roma 8:31-39)
Apakah keselamatan kita berlaku tetap dalam segala situasi dan kondisi? Ketika kita mengalami masalah atau penderitaan, bukankah kadang kala kita bertanya-tanya, merasakan apakah Allah sedang menjauhi kita? Atau apakah Allah masih mengasihi kita?
Paulus tidak menolak fakta bahwa orang Kristen juga menghadapi musuh dan masalah (bdk. Mzm 44:23). Namun orang percaya harus tahu bahwa pencobaan dan penderitaan bukan merupakan tanda bahwa Allah mengalihkan kasih-Nya. Karena itu Paulus mengemukakan fakta lain yang jauh lebih penting, yaitu Allah berada di pihak orang percaya (ayat 31)! Maka tidak ada satu pihak pun yang dapat mengalahkan atau menggugat orang-orang pilihan Allah di hadapan Allah (ayat 33). Lalu jika Allah yang menjadi jaminan kita, mengapa kita harus takut? Allah berada di pihak kita! Siapakah yang dapat melawan kita jika Allah yang Maha Kuasa itu ada di pihak kita?
Kita pun harus mengingat bahwa salib telah mendemonstrasikan anugerah Allah yang begitu besar bagi manusia. Jadi jika Allah telah bersedia mengaruniakan Anak-Nya yang terkasih, tentu tidaklah mengherankan bila Ia tidak akan menahan segala sesuatu untuk kebaikan umat-Nya. Karya Allah melalui Anak-Nya itu seharusnya meyakinkan kita bahwa tak ada seorang pun yang dapat memisahkan kita dari kasih-Nya. Sehingga walaupun kita mengalami penderitaan, kita harus memandang hal itu sebagai konsekuensi dari identifikasi kita dengan Kristus (bdk. 1Ptr 2:21-25; 4:14-19). Iman kita pun memang harus mengalami ujian agar bertumbuh.
Maka jangan lagi dikuasai ketakutan atau keraguan karena Tuhan kita, Yesus Kristus, telah menjadi Pengantara kita. Tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih-Nya. kita harus meyakini bahwa salib Kristus merupakan jaminan bagi kemenangan iman kita dalam situasi apa pun yang kita hadapi. Bersukacitalah karena hal ini.
Rabu, 21 Agustus 2013
KITALAH UMAT PEMENANG (Roma 8:31-39)
Dalam setiap pertandingan atau perlombaan pasti ada menang-kalah. Yang menang pasti bersukacita, berpesta dan bergembira. Sementara bagi yang kalah, timbul tangisan, dan penyesalan yang dalam, sambil berusaha untuk membalas kembali jika ada pertandingan atau perlombaan ang sama pada waktu berikutnya. Lalu bagaimana orang yang percaya kepada Tuhan? Di manakah posisinya? Menang atau kalah?
Paulus tegas mengatakan dalam renungan kita hari ini, bahwa kita adalah umat pemenang oleh karena kasih Allah (37). Ketika kita melawan kuasa dosa, Dia sendiri yang bersama kita untuk memenangkan pertempuran melawan dosa. Kita menang melawan dosa karena kematian dan kebangkitan Yesus (31-32). Ketika ada orang yang menggugat keberadaan kita sebagai anak-anak Allah, Dia tampil sebagai Pembela Yang Agung bagi kita (33-34). Ketika kita berjuang melawan berbagai penderitaan, penyakit, cobaan dan penganiayaan, Dia tampil sebagai orang yang mengasihi dan mendampingi kita dengan tulus sampai kita melewati masa-masa sulit tersebut (35-36). Allah adalah penjamin hidup anak-anak-Nya bahwa mereka tidak mungkin bisa jadi pecundang di dunia ini. Tidak ada yang bisa memisahkan anak-anak Allah dari kasih dan kuasa Allah. Mereka adalah pemenang. Kita adalah pemenang.
Menjadi pemenang di dunia ini berbeda dengan menjadi pemenang dalam Tuhan. Setiap juara di setiap pertandingan atau perlombaan di dunia ini ada batasannya. Mungkin besok akan muncul juara baru lagi dan kita menjadi pihak yang kalah. Tidak selamanya kita menjadi juara! Tetapi di dalam Tuhan, kita akan menjadi pemenang untuk selama-lamanya. Tidak ada seorang pun yang dapat merebut piala kehidupan yang kita peroleh dari Tuhan baik manusia yang hidup dan mati, termasuk pemerintah dan penguasa di dunia. Bahkan malaikat pun tidak (38-39). Mengapa? Karena Tuhan selalu bersama dengan kita (32b). Oleh karena itu mari kita menjaga dengan baik piala kehidupan yang diberikan oleh Tuhan kepada kita sampai selama-lamanya.
Kamis, 22 Agustus 2013
SOBEKAN ALKITAB (Mazmur 119:81-95)
Hien Pham, seorang anak Tuhan, ditangkap oleh tentara komunis Vietnam pada 1970-an. Ia disiksa dan diindoktrinasi supaya menyangkal Kristus. Suatu hari, saat membersihkan toilet tentara yang sangat jorok, ia menemukan secarik kertas yang telah dipakai untuk membuang air besar. Ternyata, kertas itu sobekan Alkitab dari Roma 8:38-39. Membacanya, ia disadarkan akan kasih Allah. Malam itu, untuk pertama kalinya ia berdoa kepada Allah setelah sekian lama meninggalkan imannya. Ia kembali kepada Allah.
Sebagai anak Tuhan, kita mungkin mengalami penganiayaan dari musuh iman Kristen (ay. 84-86, 95). Penganiayaan mulai dari bentuk yang paling ringan seperti ejekan sampai yang paling berat yaitu penyiksaan fisik dan kematian syahid. Ketika dianiaya, kita mudah sekali “dihabisi”, yaitu kehilangan pengharapan dan iman (ay. 87). Di tengah situasi ini, firman Tuhan menjadi kekuatan dan keselamatan kita (ay. 81). Melalui Firman, kita diingatkan akan kesetiaan Allah yang abadi (ay. 90). Tidak heran bila pemazmur berpegang teguh pada firman di tengah kejaran para musuhnya (ay. 88).
Secara praktis, bagaimana kita bisa mengalami kuasa firman yang menopang di tengah penganiayaan? Pertama, kita harus gemar membaca firman (ay. 92). Firman harus menjadi makanan rohani setiap hari. Kedua, kita harus rajin menghafalkan firman (ay. 93). Firman yang diingat akan dengan mudah menghibur dan menolong kita tatkala kita melewati lembah kelam bernama penganiayaan.(JIM)
ORANG YANG AKRAB DENGAN FIRMAN AKAN MENYEMAI KEKUATAN KETIKA BADAI PENGANIAYAAN DATANG MELANDA
Jumat, 23 Agustus 2013
NYALA CINTA KITA
Seorang teman mengenang masa berpacarannya dengan takjub. Ia dulu bekerja di Bandung, dan pacarnya tinggal di Solo. Minimal sekali sebulan ia harus menempuh perjalanan selama delapan jam dengan kereta untuk bisa bertemu. “Waktu itu rasanya tidak berat sama sekali, justru saya sangat bersemangat,” kisahnya. “Lucunya, setelah menikah, saya merasa berat kalau harus pergi ke Solo,” lanjutnya sambil tertawa.
Cinta membuat apa yang kita lakukan terasa berbeda. Hal-hal yang berat terasa ringan. Kesusahan rasanya hanya sebentar, tak sebanding dengan kesukaan bersama yang dicinta. Tak heran Salomo melukiskan cinta yang bergairah itu seperti maut yang tak dapat dihalang-halangi. Seperti nyala api yang tak bisa dihentikan, bahkan seperti nyala api Tuhan! Api yang kecil bisa dipadamkan dengan siraman air, tetapi bukan itu yang ia bicarakan. Ingat kisah Elia yang menyiram korban persembahannya dengan banyak air (lihat 1 Raja-raja 18)? Nyala api Tuhan bukan saja membakar habis persembahan itu, tetapi juga parit-parit penuh air di sekitarnya. Cinta membuat semangat tetap bergelora sekalipun kenyamanan dan kemewahan tiada (ayat 7).
Ketika dampak dahsyat cinta tak lagi terlihat, kita mulai bertanya, apa yang berubah? Apakah cinta mula-mula itu masih ada? Pernahkah pertanyaan serupa kita ajukan dalam hubungan dengan Tuhan? Ketika diajukan kepada Tuhan, jawaban-Nya mantap: tak ada kuasa, bahkan maut sekalipun, yang dapat memisahkan kita dari kasih-Nya (Roma 8:37-39). Kasih-Nya tak terbantahkan dengan kematian-Nya di kayu salib. Ketika diajukan pada kita, apa gerangan jawab kita? Apakah cinta mula-mula itu masih ada?. (HAN)
KETIKA KITA MENGASIHI TUHAN, KESUSAHAN TERASA RINGAN DIBANDING KESUKAAN BERSAMA-NYA.
Sabtu, 24 Agustus 2013
MAUT TAKKAN MEMISAHKAN KITA (Yohanes 11:14-27)
Meskipun para penulis dan filsuf telah berusaha sebaik mungkin untuk menyusun berbagai argumen penting perihal kehidupan setelah kematian, mereka tetap belum berhasil memberikan penghiburan bagi hati yang terluka, resah, dan dipenuhi pertanyaan.
Sebaliknya, Yesus selalu dapat memuaskan kita. Dia tidak menyodorkan beragam argumen filosofis. Dia tidak berusaha membuktikan bahwa kekekalan itu masuk akal; Dia benar-benar menyatakan hal itu! Dia mengatakan hal yang diketahui-Nya, dan menjawab dengan kuasa surgawi, "Akulah kebangkitan dan hidup; siapa saja yang percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati" (Yohanes 11:25). Kebangkitan ini mempunyai dua aspek. Tubuh orang percaya akan dibangkitkan, dan roh mereka akan hidup di surga.
Apa artinya hal ini bagi kaum kristiani yang berduka karena kematian orang-orang terkasih? Kematian tidak memutuskan tali kasih kita bagi mereka, karena kasih itu ada pada roh, bukan pada tubuh. Renungkan saja, ketika orang-orang yang kita kasihi harus melakukan suatu perjalanan yang panjang, pikiran mereka dapat melintasi jarak yang jauh sehingga seolah-olah jarak itu hanya tinggal sejengkal, dan kasih mereka menyelimuti kita seolah-olah mereka di sisi kita. Begitu pula yang terjadi dengan orang-orang terkasih yang telah mendahului kita.
Apakah saat ini Anda sedang berdukacita karena seseorang telah dipanggil ke surga? Yesus berjanji bahwa kita akan dipersatukan kembali pada suatu hari kelak ketika Allah mengembalikan orang-orang berharga yang kita kasihi. (MRD)
KRISTUS TELAH MENGGANTIKAN PINTU MAUT DENGAN PINTU GERBANG KEHIDUPAN YANG BERCAHAYA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar