Renungan Harian 12--17 Agustus 2013

RENUNGAN SEPANJANG MINGGU

Senin, 12 Agustus 2013
TAHU BERTERIMA KASIH (Lukas 17:11-19)
Kapankah kebanyakan orang mencari Tuhan dan berteriak minta tolong kepada-Nya? Bukankah saat orang sudah merasa tak berdaya; saat semua usaha sudah dilakukan dan tak berhasil; atau saat sakit keras dan dokter sudah angkat tangan, baru ia berpaling mencari Tuhan? Ketika pertolongan Tuhan datang, barulah orang itu bersyukur dan menganggapnya mukjizat dari Tuhan. Di luar itu, orang kerap kali beranggapan bahwa semua yang terjadi dalam hidup ini-apalagi hal-hal yang baik dan menyenangkan-adalah hal biasa sehingga lupa menaikkan syukur kepada Tuhan.
Hal ini kerap terjadi karena orang menganggap semua hal baik yang dialaminya adalah hasil kerja kerasnya. Orang menjadi lupa bahwa di balik semuanya itu, Allah turut bekerja, menolong, dan memampukan agar ia berhasil. Tuhan yang memberi manusia akal budi, kekuatan, kesehatan, kesempatan, dan kemampuan untuk mengerjakan semua itu. Tangan-Nya yang tak tampak itu terus berkarya-dalam segala peristiwa "biasa", tak biasa, atau bahkan tak terencana-dalam kehidupan anak-anak Tuhan.
Yesus menyembuhkan kesepuluh penyandang kusta yang memanggil-Nya. Akan tetapi, hanya si Samaria yang tahu berterima kasih dan kembali tersungkur dalam syukur di hadapan Yesus. Ia tahu jamahan tangan kasih Tuhan tidak hanya menyembuhkan sakit fisiknya, tetapi juga mengubah hati dan menyelamatkan hidupnya (ayat 19). Mari teladani cara pandangnya ini. Ketika Tuhan menjamah hati dan mengubah hidup kita menjadi baru, seharusnya itu membuat kita melihat karya Allah dalam setiap aspek kehidupan kita. Syukurilah selalu!. (SST)
TUHAN ITU MEMBERI HIDUP DAN MENOLONG KITA UNTUK HIDUP. BIARLAH SYUKUR KITA SELALU ADA DI SEGALA WAKTU

Selasa, 13 Agustus 2013
PENYESALAN MASIH BERGUNA (Kejadian 47:1-12)
Seandainya hidup ini bisa diulang kembali, bagian manakah yang ingin Anda ubah? Bagi saya, ada beberapa peristiwa yang memalukan dan patut disesali. Beberapa dosa masa lalu dan kekalahan fatal ketika berperang melawan hawa nafsu ingin saya hapus dari sejarah hidup saya. Ada pula kesengsaraan hidup yang pernah saya alami akibat kesalahan saya.
Mungkin Yakub juga mengenang masa lalunya ketika Firaun bertanya berapa usianya. Yakub menyelipkan keluhan akan hidupnya yang buruk. Ia pernah secara licik menukar hak kesulungan kakaknya, Esau, dengan semangkuk kacang merah dan membohongi ayahnya untuk mendapatkan doa berkat.Hidupnya terasa pahit ketika ia lari ketakutan dari rumah, ketika istri tercintanya Rahel meninggal, anak perempuannya diperkosa, dan Yusuf hilang dan dikabarkan meninggal. Setelah bencana kekeringan yang memaksa anak-anaknya membeli gandum di Mesir, Yakub khawatir akan kehilangan lagi anak bungsunya, Benyamin. Beruntung Yakub sempat menyaksikan anugerah uhan yang memelihara diri dan keluarganya sebagai cikal bakal bangsa Israel.
Apakah Anda menyesali bagian-bagian dari hidup Anda? Mungkin Anda tidak sempat lagi memperbaiki hidup yang semakin menyimpang dari angan-angan Anda semula. Tampaknya saat ini Tuhan pun tidak peduli terhadap Anda. Namun, yakinlah bahwa Tuhan memperhatikan penyesalan dan pertobatan Anda. Tetaplah percaya bahwa Tuhan tengah bekerja untuk merajut kembali hidup Anda. Terimalah hasil akhirnya tanpa bersungut-sungut. (HEM)
MELAMPAUI PILIHAN TERBURUK KITA SEKALIPUN, ALLAH TURUT BEKERJA UNTUK MENDATANGKAN KEBAIKAN

Rabu, 14 Agustus 2013
SUKA MENUNDA  (Amsal 12:24-28)
Salah satu penyakit saya semasa kuliah adalah suka menunda-nunda. Meski tak berniat untuk malas, kerap saya mengalir begitu saja menjalani hari, mengabaikan jadwal yang sebenarnya sudah saya buat. Ketika tugas harus dikumpul atau ujian tiba, saya terpaksa harus begadang. Heran juga kalau melihat bahwa semua itu sebenarnya dapat diselesaikan dalam waktu relatif singkat ketika saya benar-benar fokus. Jika saya sedikit lebih rajin, tentu saya tak perlu begadang dan yang saya kerjakan bisa lebih optimal.
Alkitab berulang kali memberi nasihat tentang kemalasan. Salah satunya yang kita baca hari ini. Kemalasan mengakibatkan kerja paksa. Kemalasan bisa membuat seseorang tidak menikmati, apalagi memetik manfaat dari apa yang dikerjakannya. Mungkin akhirnya ia merasa didikte orang lain yang lebih rajin (ayat 24). Mungkin akhirnya ia merasa sering gagal (ayat 27). Di sini penulis Amsal berbicara tentang sesuatu yang realistis untuk dicapai, tetapi tidak kesampaian karena usaha yang diberikan terlalu sedikit.
Kemalasan atau keengganan melakukan sesuatu pada waktunya bisa bersumber dari banyak hal. Mungkin sesuatu itu memang kurang kita sukai. Mungkin cara kita menata waktu perlu dibenahi. Temukan dan bereskanlah akar masalahnya. Setiap orang punya kecenderungan untuk bermalas-malasan. Kita lebih suka mengatur jadwal sesuka hati dari pada memperhatikan kepentingan orang lain. Kemalasan bisa merebut sukacita dan berkat dalam bekerja serta hidup bersama. Mari melatih diri untuk rajin dan persembahkan upaya terbaik kita untuk menghormati Tuhan. (ITA)
KESEMPATAN YANG TUHAN BERIKAN TAK PANTAS KITA JALANI DENGAN BERMALAS-MALASAN.

Kamis, 15 Agustus 2013
MANFAATKANLAH WAKTU ! (Pengkhotbah 9:7-10)
Waktu begitu cepat berlalu, tak terasa kita sudah semakin hari semakin bertambah tua, banyak peristiwa yang dialami, ada suka dan duka datang dalam pekerjaan dan kehidupan kita. Banyak penyesalan jika kita melewatkannya dengan begitu saja atau apa yang kita kerjakan kurang maksimal. Namun ada sukacita setiap kali kita sukses mengerjakan sesuatu. Itu semua tergantung bagaimana kita menikmati dan mengelola kehidupan ini.
Penulis pengkhotbah menasehatkan supaya kita menikmati kehidupan ini dengan sebaik-baiknya, asalkan tetap dalam koridor takut akan Tuhan (Pkh 9:13-14). Kebebasan yang Allah berikan adalah untuk memaksimalkan setiap bakat dan talenta yang Dia berikan ketika kita terpanggil di berbagai bidang pekerjaan. Tiada yang mustahil untuk mengubah setiap impian menjadi kenyataan jika kita benar-benar menghargai waktu dengan baik. Setiap waktu itu berharga, ia akan tidak ada artinya jika lewat begitu saja tanpa usaha dari kita. Ayat 10 menasehatkan kita untuk selalu mengerjakan segala yang dijumpai tangan kita dengan maksimal. Namun demikian bukan berarti kita harus gila kerja dan melupakan urusan yang lain. Semuanya ada waktunya, ada waktunya bekerja, ada waktunya melayani, ada waktunya memikirkan keluarga, dll (Pkh 3:1).
Mari kita instropeksi hidup kita selama ini, apakah kita cenderung membuang waktu begitu saja dengan melakukan hal-hal yang tidak berguna? Ataukah kita juga terlalu memaksimalkan hidup dengan bekerja sepanjang hari sampai melupakan semuanya? Menikmati kehidupan bukanlah hanya bersenang-senang saja, namun kita harus menjadi orang yang sukses dalam mengatur setiap waktu yang telah Tuhan percayakan dalam kehidupan kita. Antara bekerja dan menikmati hasil pekerjaan kita semuanya ada waktunya. Bekerjalah seperti untuk Tuhan, namun tetap harus menikmati persekutuan dengan Allah, ucapkanlah syukur senantiasa. karena akan datang masa-masa hidup kita sudah berakhir. Jangan sampai ada penyesalan yang membuat kita ingin mengulangi masa lalu, karena waktu tidak dapat berputar kembali. (yuniar)
MANFAATKANLAH WAKTU UNTUK MENGERJAKAN SESUATU YANG BERGUNA BAGI DIRIMU DAN ORANG LAIN.

Jumat, 16 Agustus 2013
JATUH KARENA KEKAYAAN (1 Timotius 6:2b-10)
Istilah “Uang bukan segala-galanya, tapi segala-galanya butuh uang” sudah banyak kita dengar. Istilah seperti itu banyak mendorong orang untuk semakin giat berusaha mengumpulkan harta. tak heran juga banyak sekali yang jatuh karena kekayaan. Orang semakin tidak bijak dalam menggunakan uang. Gaya hidup yang ingin serba tercukupi membuat mereka tidak sehat dalam menjalankan setiap tugas panggilan dibidang pekerjaan yang sudah Tuhan percayakan. Lagu rohani versi lama mengatakan : “apa yang dicari orang? Uang, uang, uang, bukan Tuhan Yesus”. Ternyata teks lagu ini sangat cocok dengan keadaan dunia masa kini.
Paulus selalu berhati-hati agar ia tidak menggunakan panggilannya dan pelayanannya sebagai alat untuk memperoleh uang. Dia juga menjelaskan bahaya ketamakan kepada Timotius sebagai berikut:  Kekayaan tidak pernah memberikan rasa cukup (ayat 6), kekayaan tidak kekal (ayat 7), keinginan untuk memperoleh kekayaan menimbulkan dosa (ayat 9-10). Motivasi hidup kita bukan beroleh uang semata, tapi apa yang bisa kita kerjakan untuk memberikan yang terbaik bagi kemuliaanNya lewat panggilan hidup yang Tuhan kehendaki.
Renungkanlah bahwa semua yang kita miliki adalah dari Tuhan. Kita tidak boleh bertanya, “berapa banyak yang akan saya peroleh?”, melainkan bertanya kepada diri sendiri “berapa banyak yang dapat saya berikan?”. Hari ini mulailah belajar menggunakan berkat Tuhan secara bijak. Tinggalkan orientasi untuk memperkaya diri karena hasilnya akan membuat kita jatuh dalam ketamakan dan tidak peka dengan keadaan orang lain. Belajar mencukupkan diri dengan apa yang ada membuat kita jauh lebih berbahagia, karena bagi orang yang ingin kaya tak pernah ada perasaan cukup. Harus sebanyak apa kekayaan kita, kalau itu semakin membuat kita jauh daripada Tuhan dan hidup tidak mengasihiNya lagi? Selama masih ada kesempatan, ubahlah paradigma untuk ingin kaya. (yuniar)
APAKAH KEKAYAAN MEMBUAT KITA JATUH ATAUKAH MEMBUAT KITA SEMAKIN DEKAT ALLAH DAN MENJADI BERKAT BAGI SESAMA?

Sabtu, 17 Agustus 2013
MANDIRI ATAU BERGANTUNG? (2 Samuel 22)
Hari itu tak seperti biasanya. Sam kecil berlari dengan air mata berderai saat kami muncul di kelompok bermainnya. Ia mendekap erat ayahnya. Rupanya, seorang teman telah merebut pisangnya. Ia meminta sang ayah mengambilnya kembali. Ia tahu kepada siapa ia mendapatkan rasa aman dan pertolongan.
Daud mengalami Tuhan yang melepaskannya dari musuh serta dari tangan Saul. Bagian firman Tuhan yang kita baca ialah gelora syukur yang memenuhi hati Daud, yang kemudian digubah dalam Mazmur 18. Pengalamannya dengan Tuhan memperdalam pengenalannya akan Dia, tempat berlindung yang dapat diandalkan (ayat 2-3). Saat dalam kesesakan dan sepertinya tak ada jalan keluar, Daud berseru kepada Tuhan (ayat 6-7). Sebagaimana Daud, tokoh-tokoh Alkitab seperti Abraham, Musa, Yosua, Daniel, Nehemia, Maria, dan Paulus dicirikan dengan kebergantungan mereka yang radikal kepada Tuhan.
Sebagaimana seorang balita bergantung pada ayah dan ibunya dalam segala hal, kita juga bergantung pada Tuhan dalam segala sesuatu. Beberapa orang berpikir bahwa kita seharusnya bertumbuh dari “masa balita” dalam hal kebergantungan pada Tuhan ini, menjadi lebih mandiri. Kebenarannya adalah bahwa kita selalu memerlukan Tuhan. Kita mengawali kehidupan kristiani dengan kebergantungan pada kasih karunia yang tidak layak kita terima. Kita juga melanjutkan kehidupan kristiani dengan kebergantungan pada Tuhan yang terus berkarya memulihkan, memimpin, mengasihi, menyediakan, memuaskan, dan memindahkan gunung. Ketika kita bergantung pada Tuhan, kita akan mendapati Dia dapat diandalkan dan bersuka memuliakan-Nya. (SWS)
TUHAN DIMULIAKAN KETIKA KITA MENARUH KEBERGANTUNGAN KITA SECARA PENUH KEPADA-NYA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar