RENUNGAN SEPANJANG MINGGU
Senin, 05 Agustus 2013
ROH MENGUATKAN DAN MENOLONG (Roma 8:18-30)
Hidup di di dalam dunia berdosa, sungguh menderita. Apalagi kita yang sudah dimerdekakan dari dosa. Setiap hari kita melihat perbuatan dosa di sekeliling kita. Betapa batin kita menderita. Apalagi, kita masih hidup di dalam daging, masih bisa tergelincir ikut-ikutan berdosa. Kita menjadi lebih menderita lagi karena harus bertahan, menguasai diri agar tidak menyerah. Namun, syukur, penderitaan itu yang memang harus dilalui, tidak selama-lamanya.
Paulus memakai ilustrasi seorang perempuan yang sakit bersalin (22) Sembilan bulan menderita berbagai ketidaknyamanan. Puncaknya adalah menjelang dan saat melahirkan. Namun. setelah melahirkan, sukacita yang tidak terhingga melihat bayi yang lahir sehat sempurna, hadir menghapus semua duka yang dirasakan sebelumnya. Demikian juga hidup kita yang penuh dengan penderitaan sekarang ini, tidak sebanding dengan pengharapan Sorgawi yang dijanjikan Tuhan bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya di kelak (18).
Roh Kudus menolong, menuntun, dan membimbing kita menuju pengharapan itu. Dia adalah "Guru Kehidupan" kita menuju pengharapan tersebut (26a). Dia bahkan membantu kita menyampaikan segala keluhan kita kepada Bapa melalui doa karena kita sendiri tidak sempurna dalam berdoa. Bapa akan melihat apakah kita sungguh-sungguh berdoa atau tidak (26-27). Setiap orang percaya tidak boleh berkata "saya tidak tahu bagaimana berdoa." Roh Allah menolong kita berdoa. Roh Allah mengajar kita bahwa Allah sendiri turut bekerja dalam setiap langkah kehidupan kita. Dia tidak meninggalkan kita, justru mendampingi kita sebagai orang pilihan-Nya lewat Roh-Nya (28-30).
Oleh karena kita semua yang percaya Yesus memiliki Roh Kudus maka kita bisa berdoa. Saat kita terganggu dengan dunia ini yang sangat menekan kita dan hendak menghancurkan iman kita, berdoalah meminta kekuatan-Nya. Yakinkan diri kita sendiri bahwa Allah turut bekerja dalam segala keadaan kita untuk kebaikan anak-anak-Nya. Jadilah kuat dan jadilah pemenang.
Selasa, 06 Agustus 2013
MENJELAJAHI GUA (Roma 8:18-30)
Dalam sebuah perjalanan ke Vietnam, rombongan kami dibawa ke sebuah gua yang katanya adalah tempat persembunyian para pejuang Vietnam ketika berperang melawan Amerika Serikat. Gua tersebut gelap, sangat panjang, dan berliku-liku. Mereka yang belum mengenal gua itu dengan baik berisiko tersesat jika nekat menjelajahinya sendirian. Belum lagi risiko terpeleset dan terluka karena salah memilih pijakan. Tapi, karena pemimpin perjalanan kami kenal betul gua itu, kami aman selama tetap berjalan bersamanya.
Perjalanan hidup kita mirip dengan perjalanan menjelajahi gua tersebut. Kita tidak tahu apa yang ada di depan kita sehingga sangat besar risiko untuk tersesat dan terluka jika kita menjalani kehidupan ini seorang diri. Tetapi, kita memiliki Allah yang mahatahu, bahkan yang mengatur sejarah kehidupan kita dan seluruh ciptaan. Tidak ada satu pun peristiwa yang terjadi tanpa seizin Dia dan keluar dari rencana-Nya. Tidak hanya itu, segala peristiwa tersebut Dia pakai untuk kebaikan kita! Oleh sebab itu, selama kita berjalan bersama Dia, kita aman.
Di tengah situasi dunia yang serba tidak menentu, banyak tantangan yang menerpa kita. Mungkin ada di antara kita yang mengalami kesulitan ekonomi, masalah kesehatan yang kian memburuk, atau pemberontakan anak. Biarlah di tengah segala situasi tersebut kita tidak meninggalkan Allah, namun memegang tangan-Nya semakin erat. Dialah yang akan menuntun dan menguatkan kita dalam menghadapi tantangan tersebut. (ALS)
KETIKA JALAN HIDUP TAMPAK SEMAKIN GELAP, PEGANGLAH TANGAN TUHAN DENGAN SEMAKIN ERAT
Rabu, 07 Agustus 2013
KELEMAHAN ATAU KEKUATAN? (2 Korintus 12:1-10)
Kita sudah diajarkan bahwa apabila kita meminta sesuatu kepada Allah melalui doa, jawaban-Nya mungkin ya, tidak, atau tunggu. Kita bahkan diberi tahu bahwa kita bisa saja menerima jawaban tidak, meskipun kita jelas-jelas tidak menginginkan jawaban seperti itu. Jawaban tidak juga bukan jawaban yang diinginkan Paulus ketika ia memohon kepada Allah agar mencabut "duri di dalam daging"-nya (2Korintus 12:7,8).
Apa pun duri yang dirasakan Paulus, duri itu telah melemahkan dirinya. Karena ia ingin menjadi kuat dalam pelayanannya, Paulus meminta kelepasan kepada Allah. Meskipun Allah tidak mengabulkan permohonannya, Dia tetap menjawab doanya! Dia berkata kepada Paulus, "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna" (ayat 9). Kekuatan Kristus yang cukup telah menjadi kekuatan baru bagi Paulus.
Penulis J. Oswald Sanders menyimpulkan sikap Paulus terhadap duri yang dialaminya demikian, "Awalnya ia memandang hal itu sebagai kelemahan yang membatasi, tetapi kemudian ia menganggapnya sebagai kekuatan surgawi." Oleh karena itu, Paulus dapat bersaksi, "Aku rela dan senang di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan .... Sebab jika aku lemah, maka aku kuat" (ayat 10).
Pernahkah Anda berdoa untuk memohon kelepasan dari sesuatu yang melemahkan Anda, tetapi ternyata kelepasan itu tidak kunjung tiba? Perlu Anda ingat bahwa kasih karunia Allah cukup bagi Anda. Dia dapat mengubah kelemahan Anda menjadi "kekuatan surgawi" (JY)
KELEMAHAN KITA ADALAH BERKAT KETIKA KITA BERSANDAR PADA KEKUATAN ALLAH
Kamis, 08 Agustus 2013
BATU YANG RAPUH (Matius 16:13-20)
Ketika menuliskan kehidupan Simon Petrus, penulis lagu dan pengarang, Michael Card menggambarkan rasul tersebut sebagai sebuah "batu yang rapuh". Istilah tersebut mengandung pertentangan, namun sangat tepat menggambarkan pribadi Petrus.
Selama hidup Petrus, kita melihat pertentangan ini muncul ketika ia menunjukkan saat-saat yang penuh keberanian, tetapi kemudian diikuti dengan kegagalan rohani. Setelah menyatakan bahwa Kristus adalah Anak Allah, Yesus pun berkata kepadanya, "Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaatKu dan alam maut tidak akan menguasainya" (Matius 16:18). Sebuah batu karang. Sebuah batu. Petrus, yang berarti "batu yang kecil", terbukti rapuh ketika ia berusaha membujuk Yesus agar tidak memanggul salib dan ketika ia menyangkal Yesus sampai tiga kali setelah Dia ditangkap.
Petrus, si "batu yang rapuh", mengingatkan kita bahwa tidak ada kekuatan pribadi atau bakat apa pun juga yang dapat membuat kita mampu menghadapi hidup dan berbagai tantangannya. Hanya dengan bertumpu pada kekuatan Kristus, kita akan menemukan pemeliharaan-Nya. Apabila kita mengakui kerapuhan kita dan bergantung kepada-Nya, maka kekuatan Kristus akan memberi kita kuasa untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang kita temui di dalam hidup.
Seperti Petrus, kita semua merupakan "batu yang rapuh". Betapa kita patut bersyukur atas kuasa-Nya yang menjadi sempurna di dalam kelemahan kita (2Korintus 12:9,10). (WEC)
HANYA DENGAN MENGAKUI KELEMAHAN KITA MAKA KITA AKAN MENJADI KUAT DI DALAM TUHAN
Jumat, 09 Agustus 2013
TAK ADA ALASAN (1Raja-raja 12:1-20)
Raja Rehabeam menolak mentah-mentah permintaan para pemuka dari sepuluh suku bangsa Israel untuk menurunkan pajak tinggi yang ditentukan ayahnya, Salomo. Karena keputusan itu diambil berdasarkan kesombongan dan gengsi, kesepuluh suku Israel itu kemudian memisahkan diri dari Yehuda.
Sebagian orang mungkin akan bertanya, "Mengapa Rehabeam harus dipersalahkan? Bukankah Allah telah memberitahu Salomo bahwa kerajaannya akan terpecah? (1 Raja-raja 11:11-13). Tidakkah pemberitahuan Tuhan sebelumnya itu membuat Rehabeam tak mungkin menghindari pilihannya?"
Yakobus 1:13 dengan jelas menyangkal alasan semacam itu. Allah tidak pernah mencobai seseorang untuk berbuat dosa dan membuat pilihan yang angkuh. Pemberitahuan Allah kepada Salomo beberapa tahun sebelumnya bukan disiapkan untuk menjadi kesalahan Rehabeam. Bahkan Allah berkata bahwa jika sebuah bangsa bertobat, Dia akan menarik kembali semua malapetaka yang telah dirancang-Nya untuk menghukum bangsa itu (Yeremia 18:7,8).
Sebagai orang kristiani, tidak sepatutnya kita menyalahkan Allah ketika kita berbuat dosa. Kita sendirilah yang harus bertanggung jawab atas segala tindakan kita. Ya, Allah memang memahami setiap kelemahan dan pencobaan yang kita alami (Mazmur 103:14). Namun kita tidak boleh membuat-buat alasan. Alkitab menolak alasan apa pun untuk dosa.
Alangkah indahnya bahwa "jika kita mengaku dosa kita, maka Dia adalah setia dan adil, sehingga Dia akan mengampuni segala dosa kita" (1 Yohanes 1:9). (HVL)
TIDAK ADA ALASAN YANG BAIK UNTUK DOSA
Sabtu, 10 Agustus 2013
MENJADI CERMIN BAPA (Efesus 6:1-4)
Kita diciptakan oleh Tuhan Yang Agung dan Besar agar kita hidup untuk kemuliaan-Nya. Inilah salah satu pengajaran yang melekat kuat di benak John Piper melalui kehidupan bapaknya. Saat ibunya meninggal karena kecelakaan, John menemani sang bapak yang luka parah di ambulans. Di sela tangis menahan rasa sakit, ia berbicara tentang Roma 8:28 dan mengajar John bahwa Tuhan memegang kendali atas segala situasi. Tak malu dengan tubuhnya yang pendek, sang bapak juga mengajar John mensyukuri dan tidak menyia-nyiakan rancangan Tuhan atas dirinya.
Sesuai Efesus 6:1, John memberi penghormatan publik kepada bapaknya dengan menceritakan teladan-teladan imannya di tengah jemaat yang ia gembalakan. Melalui hal itu ia menginspirasi banyak bapak untuk menjalani hidup yang layak dihormati oleh anak-anaknya, dan mengajak orang untuk memandang Pribadi Tuhan sebagai Bapak yang sempurna. Ya, menjadi bapak adalah sebuah panggilan yang indah, karena status tersebut mencerminkan Pribadi Tuhan sebagai Bapak di surga. Itu sebabnya setiap bapak diminta mendidik anak-anaknya “di dalam ajaran dan nasihat Tuhan” (ayat 4), bukan ajaran dan nasihatnya sendiri.
Memperingati Hari Ayah, marilah kembali bersyukur kepada Tuhan yang berkenan menjadi Bapak kita. Bapak-bapak di dunia barangkali mengecewakan, tetapi tidak dengan Bapa di surga. Dia menerima dan mengasihi kita sepenuhnya, ajaran dan nasihat-Nya sempurna. Mari mendoakan para bapak yang kita kenal, agar dapat mendidik keluarganya dalam ajaran dan nasihat Tuhan. Dan, mari memberikan penghormatan kepada mereka yang telah memberkati kita dengan hidup sebagai cerminan Bapa di surga. (ELS)
GENERASI YANG MENGASIHI DAN MENGHORMATI TUHAN DIBENTUK OLEH PARA ORANGTUA YANG MENCERMINKAN-NYA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar