RENUNGAN SEPANJANG MINGGU
Senin, 08 Juli 2013
PERGUMULAN BATIN KITA (Roma 8:15-16)
Siapakah "aku" dalam bagian terakhir perikop ini? Ada pendapat bagian ini melukiskan pergumulan melawan dosa dari orang yang belum diperbarui Roh Kudus. Alasannya, tidak mungkin ini adalah gambaran yang dialami oleh Paulus seorang rasul yang sedemikian matang dalam Tuhan. Teolog lain berpendapat bagian ini berbicara tentang orang yang sudah diperbarui sebab ia berkeinginan melakukan Taurat dan menyetujui Taurat baik adanya (ayat 15, 16). Siapa dan kondisi kehidupan yang bagaimana yang Paulus maksudkan?
Apa saja data tentang orang ini? Pertama, ia sudah diperbarui sebab ia mengasihi Taurat dan ingin melakukan-nya (ayat 15a, 19a). Kedua, agaknya ia bukan seorang Kristen yang dewasa dalam iman, sebab berpikir dirinya "terjual di bawah kuasa dosa" (ayat 14b), padahal seharusnya ia tahu bahwa ia adalah hamba Allah (Rm 6:17). Ketiga, ia seperti tidak tahu tentang karya Roh dalam kehidupan orang beriman. Seluruh pasal 7 ini tidak berbicara tentang Roh, padahal pasal 6 dan 8 Roh Kudus mendapat sorotan penting. Jadi, kemungkinan besar Paulus sedang memaparkan pergumulan rohani orang Kristen yang sudah diperbarui, namun masih menjalani kehidupan menurut prinsip Perjanjian Lama. Yaitu orang Kristen yang meski sudah diperbarui oleh anugerah Allah dalam Kristus, masih berorientasi pada perjuangan moralnya sendiri untuk hidup kudus.
Bukan hanya untuk pembenaran kita harus sepenuhnya bersandar pada anugerah Allah, dalam pergumulan melawan dosa untuk hidup kudus pun kita harus terus mengandalkan Kristus. Teriakan Paulus melukiskan jawaban itu, "Aku manusia celaka, siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?" Ia langsung memberi jawabnya, "Syukur kepada Allah, oleh Yesus Kristus, Tuhan kita." (ayat 7:24-25).
Renungkan: Jangan surut dari perang melawan dosa. Berperanglah terus. Kita pasti akan menang apabila kita mengikuti Kristus, Pahlawan digdaya itu!
Selasa, 09 Juli 2013
BARU DAN LAMA (Roma 7:13-26)
Masalah yang dihadapi orang Kristen adalah bahwa dalam dirinya ada dua natur yang saling bertolak belakang. Pertama, natur berdosa yang disebut Paulus “manusia lama” (Rm 6:6) atau kedagingan (ayat 14). Natur ini bertentangan dan melawan “manusia baru” atau “ciptaan baru di dalam Kristus”, sebagai natur yang kedua (ayat 2Kor 5:17). Keduanya saling tarik menarik sehingga hidup seorang Kristen bagai sebuah medan perang, tempat bertarung dua kekuatan.
Mengapa bisa terjadi demikian? Meskipun orang percaya telah mengalami pengampunan dosa, tetapi di dalam dirinya masih terkandung karakter/natur dosa yang kemudian akan menjadi sumber pencobaan selama dia hidup. Jadi meskipun manusia baru memiliki kerinduan untuk hidup melayani Allah, manusia lama akan selalu berupaya mendominasi agar kepentingan dirilah yang terlaksana. Akibatnya ia tidak dapat melakukan yang dia inginkan, walau ia tahu bahwa ia seharusnya melakukannya. Natur manusia berdosa memang begitu mempengaruhi orang percaya untuk melakukan apa yang, dia tahu, dilarang.
Apa yang harus dilakukan untuk menangani konflik di dalam diri tersebut? Paulus menunjukkan bahwa meskipun Taurat baik dan mulia, tetap tidak dapat menyelamatkan manusia. Manusia membutuhkan Tuhan Yesus Kristus dan kelepasan hanya bisa didapat di dalam Dia (ayat 25). Yesus datang ke dunia ini dan mati bukan untuk memberikan peraturan yang lebih banyak dan lebih baik. Yesus ingin orang percaya hidup dalam kemenangan. Dan berita Injil memang berkata bahwa ada kemenangan atas dosa, kebencian, kematian, dan atas segala kejahatan, saat kita menyerahkan hidup kita pada Yesus.
Pergumulan melawan kedagingan merupakan tanda pertumbuhan menuju kedewasaan rohani. Mereka yang tidak bergumul berarti tidak bertumbuh, artinya masih tetap manusia lama yang hanyut terbawa arus zaman. Kita tentu tak ingin demikian. Sebab itu mintalah Tuhan menguatkan Anda.
Rabu, 10 Juli 2013
PENGAKUAN YANG JUJUR (Roma 7:13-25)
Mendapatkan orang yang jujur sekarang ini di Indonesia susah sekali. Orang yang telah kedapatan melakukan kesalahan baik korupsi, pembunuhan, pencurian, dll masih tetap berkelit di pengadilan bahwa mereka tidak bersalah. Bahkan tidak jarang mencari kambing hitam dengan menyalahkan orang lain. Sehingga pengambilan keputusan mana yang benar maupun salah menjadi sulit dan berbelit-belit.
Berbeda halnya dengan Paulus. Dalam teks ini, dia terang-terangan mengakui bahwa dirinya selama ini telah hidup dalam dosa (14b, 20b). Dia mengakui bahwa sebenarnya Taurat yang selama ini menjadi pedoman hidupnya adalah baik (14a). Tetapi karena keinginan dagingnya sendiri yang membawa dirinya melanggar semua isi Taurat (17). Akibatnya keinginan daging itu membawa dirinya kepada kematian yang memisahkan dirinya dengan Tuhan (13). Sebenarnya Paulus telah memberontak dan menjauh dari tindakan keinginan daging tersebut. Namun, kuasa dosa lebih kuat dan menjerumuskan dirinya sehingga Paulus melakukan perbuatan yang jahat dan melawan hukum Allah (15-19). Batinnya terus bergumul dan ingin lepas dari cengkeraman dosa, namun dia tidak sanggup karena tubuh insaninya telah ditawan oleh kuasa dosa (23). Sampai akhirnya Yesus dengan anugerah-Nya melepaskan Paulus dari ikatan dosa tersebut (24-25). Pembenaran oleh Yesus inilah yang nantinya menjadi pedoman hidup Paulus dalam meneruskan hidupnya di dunia ini. Paulus mengambil satu keputusan untuk tidak kembali kepada kehidupan yang lama bergelimang dosa.
Bagaimana dengan kita? Kita adalah orang-orang yang tidak taat kepada Tuhan. Memang ketika kita bersalah, kita mengaku dan menyesal. Namun penyesalan itu hanya sementara, di kemudian hari kembali kepada kehidupan yang lama. Namun, oleh anugerah Yesus, kita beroleh pengampunan dan kelepasan dari perbudakan dosa. Mari berkomitmen, seperti Paulus. Tidak lagi memberi kesempatan untuk hidup lama kita berkuasa lagi atas hidup baru pemberian kasih karunia Allah.
Kamis, 11 Juli 2013
PERJUANGAN KITA SEMUA (Efesus 4:7-16)
Dalam pertandingan sepak bola, memang yang bermain dalam masing-masing tim adalah sebelas pemain. Namun, banyak orang menyadari, sesungguhnya ada "pemain kedua belas" dalam setiap tim, yang mendukung kelompok meraih kemenangan. "Pemain kedua belas" ini adalah suporter tim tersebut. Sebagai pemantik semangat, suporter berperan menguatkan tim yang didukungnya untuk meraih kemenangan. Jadi, ketika pertandingan berlangsung, sesungguhnya seluruh "isi stadion" sedang "bertanding".
Demikian juga misi Kerajaan Allah. Memang ada sebagian orang yang melakukan tugas-tugas spesifik; seperti menjadi pendeta, pastor, pemberita Injil, misionaris, biarawan, dan sebagainya. Namun, perjuangan membangun Tubuh Kristus adalah perjuangan kita semua, yang percaya kepada Yesus Kristus. Maka, tidaklah tepat konsep yang mengatakan bahwa yang harus mengerjakan tugas Kerajaan Allah hanyalah para rohaniwan. Bahkan, kalau mau mengambil makna literal perikop ini, tugas utama para rohaniwan adalah memperlengkapi anggota jemaat. Sementara yang bertugas membangun Kerajaan Allah adalah para anggota jemaat itu sendiri.
Lalu bagaimana kita, yang bukan rohaniwan, bisa mengerjakan misi Kerajaan Allah ini? Dengan menjadi duta Kerajaan-Nya di tempat kita hidup, berkeluarga, bekerja, dan bermasyarakat. Dengan hidup sesuai standar Kristus, hingga menjadi berkat serta teladan di sana. Pula dengan mengkontribusikan nilai-nilai kristiani, sehingga Kerajaan Allah dapat dihadirkan di sana. Dan yang terutama, dengan memperkenalkan Yesus, sehingga mereka pun menjadi anggota Kerajaan Allah. (ALS)
MEMBANGUN KERAJAAN ALLAH ADALAH TUGAS SEMUA ORANG PERCAYA
Jumat, 12 Juli 2013
DI BALIK KETAATAN (Ibrani 11:8-19)
Beberapa tahun lalu, seorang pendeta senior di gereja kami dipindahkan dari Medan ke Lampung. Mutasi ini terjadi secara mendadak. Ia bergumul karena, dari segi materi, jemaat yang dilayaninya di Medan lebih kaya daripada jemaat di Lampung. Apalagi, saat itu salah seorang anaknya sedang kuliah di jurusan kedokteran di Medan, yang tentu saja membutuhkan banyak biaya. Setelah berserah dalam doa, Pak Pendeta taat pada penunjukan pemimpin gereja. Rupanya, hanya dalam beberapa bulan kemudian, seorang jemaatnya di Lampung bersedia menanggung seluruh biaya kuliah anak pendeta tersebut sampai tamat.
Ketika Tuhan memanggil Abraham, semua masih tidak jelas. Bahkan tempat tujuannya saja ia belum tahu. Banyak alasan baginya untuk tidak menaati Tuhan. Ia sudah memiliki kehidupan yang mapan di antara sanak saudaranya. Ia hanya belum punya anak. Tetapi, Abraham taat. Ia tidak selalu berhasil dengan mulus, tetapi imannya terus bertumbuh sehingga ia nantinya menjadi bapa dari semua orang beriman. Ketaatannya juga berdampak pada keselamatan dunia karena keturunannya Yesus Kristus menjadi berkat bagi semua kaum di muka bumi ini.
Apakah yang membuat Anda ragu menaati Allah? Ketika Anda taat, Dia akan menunjukkan jalan selangkah demi selangkah. Jalan-Nya tidak selalu mudah dan menyenangkan, namun Dia pasti menyertai dan menguatkan Anda dalam menghadapi rintangan apa pun yang muncul. Menaati Dia tidak akan membuat Anda menyesal; sebaliknya, Anda akan mengalami sukacita yang besar. (HEM)
MENAATI PANGGILAN ALLAH YANG PENUH KASIH ADALAH SUMBER SUKACITA YANG SEJATI
Sabtu, 13 Juli 2013
PARFUM KRISTUS (2Korintus 2:12-17)
Durian adalah buah paling aneh. Rasanya nikmat, tetapi baunya busuk. Jika ingin mencoba, tutup dulu hidungmu sebelum buahnya menyentuh bibirmu." Begitu Mark Twain menulis tentang durian ketika ia mengunjungi Asia Tenggara. Para pecinta durian pasti tidak sependapat. Bagi kebanyakan kita, durian berbau harum! Aroma durian bahkan dipakai untuk membuat es krim dan kue. Rupanya setiap orang menilai bau secara berbeda. Apa yang berbau harum bagi seseorang, bisa dianggap berbau busuk bagi orang lain.
Menurut Paulus, tiap-tiap orang kristiani juga menebarkan bau "parfum Kristus". Di mana pun, bau "parfum pengenalan akan Kristus" itu terpancar lewat sikap, kata-kata, dan tindak-tanduk kita. Hidup kita adalah kesaksian. Namun, ini bukan berarti semua orang spontan akan menyukai kita! Bagi yang mencintai Tuhan, kesaksian kita akan dipandang sebagai "bau harum". Mereka suka berada di dekat kita. Sebaliknya bagi yang menolak Tuhan, kesaksian kita dianggap sampah "berbau busuk". Perlu dihindari. Tidak heran jika ada orang yang membenci kita hanya karena kita beriman pada Kristus. Jika itu terjadi, jangan lepaskan cara hidup kristiani hanya supaya disukai semua orang. Paulus meminta kita tetap berbicara "sebagaimana mestinya" (ayat 17).
Sudahkah "bau parfum" Kristus memancar semerbak dari cara hidup Anda? Apakah orang-orang di sekitar Anda bisa mencium "aroma" Kristus yang unik melalui kata dan kerja Anda? Ataukah Anda secara sengaja menyingkirkan "parfum" Kristus itu karena malu atau takut orang-orang mengenali Anda sebagai pengikut-Nya?. (JTI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar