HARGAILAH PENGORBANANNYA
(Yohanes 19: 1-16a)
Saya membayangkan betapa sedihnya saat saya mendengar teriakan ejekan, “Wah ternyata Rajamu menjalani hukuman salib! Hahaha” Ucap beberapa orang saat berada di Golgota. Hanya saya yang mendapati diri sebagai muridNya dan teman-teman saya pergi meninggalkan Yesus yang saat itu sedang disalib. Yesus memandang saya dengan kasihNya karena saya tak kuasa melepaskanNya dari hukuman itu dan Dia mengingatkan saya, “Jangan khawatir, anakKu! Ini aku lakukan untukmu agar kamu tetap hidup! Semangat ya!”.
Seorang Raja yang seharusnya menempati posisi yang tertinggi menjadi seorang yang diremehkan dan dianggap tidak berarti keberadaannya. Penderitaan yang dihadapiNya begitu menyakitkan. Dia rela menjadi manusia yang hina untuk memperbaiki relasi yang telah rusak akibat dosa. Kristus begitu mengasihi manusia, walaupun kadang kasih itu sulit dipahami manusia.
Sebagai manusia, Yesus pun menanggung luka yang menyakitkan, kondisi emosional yang tidak dapat terkatakan lagi. Penderitaan yang sedemikian harus diselesaikanNya dan Ia melakukan semuanya ini untuk manusia, sekali lagi untuk manusia. Sungguh teguran keras bagi manusia untuk terus bercermin.Gustafon, seorang penyair Inggris pernah berkata : “Wajar jika saya telah berbuat baik kepada Tuhan, dan Dia layak mati untuk saya. Namun saya sering menyakiti hatiNya dengan melakukan dosa, dan Dia mau mati untuk saya. Itu sungguh luar biasa”. Masa jum’at agung ini adalah satu masa dimana kita mengingat betapa jijiknya hidup kita dari dosa, tanpa anugerah melalui pengorbananNya, kita bukanlah orang yang berharga.
Yesus sudah menyelesaikan bagianNya, maka biarlah kita menyelesaikan bagian kita masing-masing. Apa yang dapat kita berikan kepada Tuhan sebagai ucapan syukur saya? Tuhan mau kita setia sampai akhir menjadi muridNya, tantangan harus dilewati walaupun itu tidak mudah. Terus menjalani kehidupan dengan kelahiran baru yang sejati dan terus mengingat dalam penderitaan akan ada kemenangan yang Tuhan janjikan bagi kita. Soli Deo Gloria. (Yuniar)
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
GIA Sby (Darmo Harapan pagi)
Minggu, 24 Maret 2013
Oleh: Pdt. Irwan Pranoto
DAMAI SEJAHTERA KUTINGGALKAN BAGIMU
(Yohanes 14:25-31)
Sebelum Tuhan Yesus ditangkap dan kemudian disalibkan, Dia tahu apa yang akan dialami oleh para murid yang akan tergoncang imannya. Karena itu Tuhan Yesus berkata kepada murid-murid :”Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Jangan gelisah dan gentar hatimu”(ayat 27). Damai sejahtera yang diberikan Tuhan berbeda dengan damai sejahtera yang diberikan dunia kepadamu. Orang tidak mungkin bisa memikirkan, mendapatkan, mengusahakan, memperjuangkan, damai sejahtera seperti itu karena Tuhan Yesus tidak menyuruh kita untuk mencari dan mengusahakan damai sejahtera tetapi ia mengatakan damai ini Kuberikan kepadamu
Damai sejahtera yang bagaimana yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus dalam hal ini:
- Damai sejahtera Kuberikan kepadamu. Dunia mengira damai itu diperjuangkan. Orang memikirkan bagaimana bisa damai, untuk itu perlu melakukan sesuatu bahkan ada yang berani membayar berapa pun asal mendapatkan damai. Tapi damai sejati yang ditawarkan Yesus, damai yang dianugrahkan oleh Tuhan di dalam ayat 25-26. Damai sejahtera yang dimaksudkan oleh Yesus adalah damai sejahtera yang merupakan hasil dari kehadiran Roh Kudus dalam kehidupan seseorang. Itu sebabnya damai sejahtera yang kita bicarakan itu berbeda, karena tidak mungkin seseorang itu akan merasa damai yang sejati tanpa terlebih dahulu Roh Kudus hadir dalam kehidupan kita karena damai sejahtera itu memang bukan berasal dari diri kita sendiri tapi dari produk yang dihasilkan dari Roh Kudus yang hadir dalam kehidupan kita.
- Damai sejahtera yang sedang dibicarakan oleh Yesus adalah damai sejahtera yang berasal dari dalam dan mengalir keluar, bukan damai sejahtera yang dari luar karena kondisi, suasana tertentu maka kita merasa damai. Yang dimaksudkan Yesus adalah damai sejatera yang dihasilkan dari dalam oleh Roh Kudus yang hadir bukan oleh keadaan suasana yang ada di luar. Dalam keadaan apapun kita masih bisa merasakan damai yang tidak dipengaruhi oleh keadaan di sekitar kita. Jika damai itu masih dipengaruhi oleh keadaan sekitar itu adalah kedamaian yang palsu. Damai yang sejati yang dimaksudkan oleh Yesus adalah damai yang dihasilkan dari dalam dan mengalir keluar, adalah damai yang mempengaruhi sekitarnya bukan dipengaruhi sekitarnya. Gereja tidak boleh menawarkan damai yang palsu tetapi untuk memperkenalkan kepada jemaat damai sejahtera yang berbeda dengan damai sejahtera yang ditawarkan dunia ini. Gereja diminta untuk memperkenalkan damai sejahtera yang melampaui segala akal yang hanya mungkin ketika Roh Kudus hadir dalam kehidupan kita.
- Damai yang dibicarakan disini adalah damai yang Yesus kaitkan dengan Bapa. Yesus mau mengatakan mestinya kita bersyukur karena Aku pergi kepada Bapa karena Bapa lebih besar dari pada Aku. Ini berbicara tentang jaminan dari pada damai itu adalah berasal dari Bapa. Tidak ada satupun dari kita yang tahu akan akhir dari hidup kita ini tapi kita mengenal Tuhan yang tahu, Tuhan yang menguasai hari esok Dia adalah Tuhan Alfa dan Omega, yang Awal dan yang Akhir yang tahu persis awal hidup dan akhir hidup kita. Dia menjaminnya dan berkata: damai sejahtera Kuberikan kepadamu. Maka yang diberikan itu tidak mungkin palsu.
Diringkas oleh: Pdm. Rian Waruwu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar