Renungan Harian 04 - 09 Februari 2013

RENUNGAN SEPANJANG MINGGU

Senin, 04 Februari 2013
JANGAN BERPALING! (2Timotius 2:8-13)

Tentu tidak mudah mengajak orang untuk ikut menderita, meski bagi Kristus. Namun jika orang tahu kenapa dia harus melakukannya, niscaya orang akan memiliki keberanian dan semangat untuk ambil bagian di dalamnya.
Sebab itu, setelah memotivasi Timotius untuk ambil bagian dalam penderitaan karena Kristus, Paulus menyatakan hal-hal yang harus diingat tatkala tiba saatnya bagi Timotius untuk menjalaninya. 1) Ingat Tuhan Yesus Kristus (ayat 8). Kesetiaan-Nya pada Bapa telah membawa Dia ke dalam pende-ritaan. Ia ditolak oleh keluarganya, orang-orang sekotanya, juga para pemimpin agama. Ia datang ke dalam dunia untuk membawa terang hidup, tetapi dunia malah menyalibkan Dia (band. Yoh 1:1)! Akan tetapi, penderitaan berakhir dengan kemenangan yang mulia. 2) Ingat kuasa firman Allah (ayat 9)! Paulus yang dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah, tidak menjadi putus asa. Meski sadar bahwa kesempatannya untuk menyebarluaskan firman Allah menjadi terbatas, ia tahu bahwa firman Allah sendiri tidak terbelenggu. 3) Ingat alasan melayani Tuhan (ayat 10). Paulus menyerahkan hidupnya agar orang diselamatkan di dalam Kristus. Selain itu ia juga berharap mereka dapat bertumbuh dan disempurnakan dalam hubungan mereka dengan Dia. 4) Ingat bahwa Allah akan memberikan upah kepada orang yang setia (ayat 11-13). Seba-liknya, Ia akan menolak orang yang menolak Dia.
Ingatlah bahwa Allah setia kepada anak-anak-Nya. Meski kita mengalami masa-masa berat dalam hidup kita, bahkan saat rasanya tidak ada lagi iman yang tersisa, Ia akan tetap ada menyertai kita. Oleh karena itu, dalam masa kehidupan dan pelayanan sesulit apapun, jangan pernah berpaling dari Allah. Tetaplah teguh dan setia! Ia menjanjikan upah berupa masa depan yang gemilang bagi orang yang setia. Ia berjanji bahwa kita akan hidup bersama Dia di dalam kekekalan, dan kita akan memerintah bersama Dia di dalam Kerajaan-Nya. Pada saat itu, masa-masa sukar yang telah kita hadapi menjadi tidak ada artinya lagi.

Selasa, 05 Februari 2013
PUSAT BERITA INJIL ADALAH YESUS KRISTUS. (2Timotius 2:8-13)
Pada perikop ini nampaknya Paulus telah mewaspadai satu hal penting, yaitu Kristus, sang Berita Injil itu dilupakan! Hal ini dipaparkan Paulus pada ayat 8, "Ingatlah ini: Yesus Kristus yang telah …." Paulus mengingatkan Timotius bahwa pusat pemberitaannya dalam pelayanan meneruskan tongkat estafet berita Injil adalah Kristus. Dia yang telah berinkarnasi, mati, dan bangkit untuk orang percaya harus terus didengungkan karya dan keberadaan-Nya kepada semua orang.
Memang untuk semua ini ada konsekuensi atau harga yang harus dibayar, yaitu rela berkorban dan rela menderita. Paulus mencontohkan pengalaman hidupnya yang mengalami penderitaan karena terus menjadikan Kristus pusat pelayanan dan pemberitaannya (ayat 9-10). Tetapi, semua penderitaan itu tidak mampu menghalangi semangat Paulus memberitakan Injil karena dia percaya bahwa Kristus mendampinginya (bdk. 4:16-17). Justru dalam penderitaan tersebut ia tidak hanya semakin menyadari arti dipilih sebagai umat pilihan, tetapi juga arti bersatu bersama Kristus. Paulus meyakini satu hal: yaitu bahwa orang-orang yang menjadi sasaran berita Injil itu diselamatkan oleh Kristus. Suatu keyakinan yang luar biasa, yang seharusnya juga dapat menjadi keyakinan semua orang percaya.
Banyak Kristen masa kini, termasuk para hamba Tuhan, tidak memiliki keyakinan seperti yang Paulus miliki. Pertama, mereka memberitakan tentang Kristus, tetapi sikap hidup dan kepribadiannya tidak mencerminkan kehadiran Kristus. Kedua, merasa memiliki kemampuan berkhotbah dan mengumpulkan massa sehingga akhirnya pemberitaan Injil tidak lagi berpusat pada Kristus, tetapi berpusat pada diri sendiri. Kesombongan dan kebanggaan diri menutup rapat-rapat untuk Kristus dinyatakan. Ketiga, mengklaim diri orang percaya, tetapi tidak memiliki keberanian untuk meneruskan tongkat estafet berita Injil karena takut mengalami penderitaan. Kristus yang telah berinkarnasi, mati, dan bangkit bagi umat-Nya itu telah dilupakan.
Renungkan: Jika keadaan ini yang terjadi jangan mengklaim diri sebagai pemegang tongkat estafet berita Injil!

Rabu, 06 Februari 2013
GENERASI ROHANI (2 Timotius 2:1-13)

Banyak teman saya yang menjadi dokter. Kebanyakan di antara mereka berasal dari keluarga dokter, dan memang sudah dipersiapkan untuk menjadi seorang dokter. Terlepas dari apa yang menjadi motivasi orangtua mereka dalam hal itu, saya kagum dengan keseriusan mereka mempersiapkan anak-anak mereka.
Paulus juga secara khusus mempersiapkan orang-orang yang akan meneruskan pelayanannya. Ia tahu hidup nya terbatas (pasal 4:6), dan kebenaran Tuhan tidak boleh berhenti diberita kan ketika ia mati. Sebab itu, Paulus (generasi I) telah secara khusus mengajar Timotius (gen. II), sedemikian supaya ia dapat meneruskan pengajaran itu kepada orang lain (gen. III), yang juga pandai mengajar orang lain (gen. IV). Jelas ini bukan pengajaran sekali tatap muka. Timotius telah cukup lama menjadi anak rohani Paulus hingga ia dapat dipercaya untuk meneruskan pelayanannya. Paulus ingin Timotius melakukan hal yang sama bagi orang lain.
Seberapa besar energi yang Anda curahkan untuk menolong orang bertumbuh dewasa dalam Kristus, supaya mereka juga dapat melakukan hal yang sama bagi orang lain? Sekadarnya, kalau sempat, atau penuh intensionalitas seperti Paulus? Seseorang pernah menghitung. Jika selama hidup Anda punya 12 anak rohani, dan tiap anak juga punya 12 anak rohani, dan berlipatganda demikian selama 5 generasi, maka Anda akan punya 248.832 keturunan rohani! Betapa besar dampaknya, jika kita tidak hanya sibuk dengan banyak kegiatan rohani, tapi mulai berfokus menghasilkan anak-anak rohani yang akan membawa kebenaran Tuhan dari generasi ke generasi.(ELS)
PERIKSA FOKUS PELAYANAN KITA: MENGADAKAN KEGIATAN ROHANI ATAU MENGHASILKAN GENERASI ROHANI?
 
Kamis, 07 Februari 2013
FIT AND PROPER TEST (UJI KELAYAKAN). (2Timotius 2:14-18)

Istilah fit and proper test (uji kelayakan) akhir-akhir ini giat digencarkan di kalangan eksekutif dan legislatif pemerintahan Indonesia. Ini dilakukan dalam rangka menciptakan pemerintahan yang jujur, loyal, dan berdedikasi tinggi bagi kepentingan bangsa dan negara. Karena itu, hal-hal yang diuji meliputi: kemampuan dan integritas, kejujuran dan moralitas seseorang. Diharapkan, mereka yang telah lulus uji kelayakan ini dapat menjadi "panutan." Yang jadi pertanyaan adalah apakah pelaksanaan fit and proper test itu sendiri sudah terbebas dari pengaruh kolusi, korupsi, dan nepotisme? Karena ternyata banyak pejabat yang telah diuji kelayakannya masih terlibat kasus KKN! Ternyata uji kelayakan tersebut belum dapat dipertanggung-jawabkan kelayakannya.
Uji kelayakan ini ternyata juga menjadi concern Paulus ketika menasihati Timotius. Belajar dari pengalamannya, Paulus menemukan bahwa ternyata ada para hamba Tuhan yang telah menyimpangkan berita Injil, seperti Himeneus dan Filetus (ayat 17,18). Bagi Paulus, orang-orang seperti mereka itulah yang perlu diwaspadai karena mengajarkan pengajaran-pengajaran yang menyimpang dari kebenaran Kristus, yang bisa membuat jemaat terguncang imannya. Karena itu, Paulus dengan tegas mengingatkan Timotius untuk meneruskan tongkat estafet berita Injil itu kepada orang-orang yang telah memenuhi standar kelayakan: berani berkata benar tentang Kristus, jujur, bertanggung jawab, dan setia pada firman Tuhan.
Dari perikop ini kita belajar bahwa hanya hamba yang telah lulus fit and proper test yang Tuhan lakukan sajalah yang layak menjadi penerus tongkat estafet berita Injil. Karena mereka adalah hamba Tuhan yang mengutamakan kekudusan, memiliki hati murni, sifat-sifat Kristen terpuji, dan teruji. Sudah saatnya para pemegang tongkat estafet berita Injil, para hamba Tuhan mengintrospeksi diri dan bertanya pada Tuhan, "Apakah diri saya sudah memenuhi standar kelayakan yang Allah tetapkan!"
Renungkan: Jika gereja memiliki hamba sejati, yang telah lulus uji kelayakan yang Allah lakukan, maka ajaran-ajaran palsu yang mengguncang iman jemaat dapat dipatahkan pengaruhnya. 

Jumat, 08 Februari 2013
TAK PERLU DEBAT KUSIR (2Timotius 2:14-19)

Dalam tugasnya sebagai seorang yang akan menggembalakan jemaat, Timotius harus mengarahkan mereka untuk berfokus pada Injil. Bukan hanya dengan memiliki pemahaman yang benar akan firman Allah, tetapi juga bagaimana kebenaran itu diterapkan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Misalnya dalam hal berbicara (ayat 14). Jangan sampai mengucapkan kata-kata yang tidak bermanfaat. Mempertahankan kebenaran memang perlu, tetapi tak perlu sampai berdebat tanpa juntrungan. Ini malah bisa menjadi sumber pertikaian yang sama sekali tidak membangun iman siapapun yang mendengarnya.
Sebagai gembala jemaat, Timotius pun harus bersikap bijak (ayat 16). Debat kusir mengenai hal-hal yang bersifat spekulatif, provokatif, dan bukan merupakan tema sentral dalam kekristenan, hanya akan menimbulkan rasa marah dan sakit hati. Lagi pula orang tidak akan mendapatkan nilai tambah apapun dari debat semacam itu. Maka jangan sampai orang yang terlibat dalam pelayanan firman, misalnya membawakan renungan atau khotbah, terjebak dalam arus silang pen-dapat seperti itu. Setiap orang harus belajar mengungkapkan ketidaksetujuan mengenai suatu opini atau pengajaran dalam sikap yang dewasa. Di sisi lain, kita sendiri harus hati-hati terhadap pengajaran yang merusak iman. Kita pun harus mengajak orang lain mewaspadai hal ini. Bila kita tidak peka dan mengenali kebenaran firman Tuhan dengan baik, kita akan mudah terombang-ambing.
Ketika ada buku yang mengisahkan Maria Magdalena sebagai kekasih Yesus, banyak orang yang merasa terkejut dan imannya menjadi goyah karena menganggap kisah itu sebagai kebenaran yang baru ditemukan. Padahal kisah itu hanya fiksi dan bukan kebenaran! Namun kita tidak perlu marah-marah menyikap hal ini. Sebab kebenaran Allah tak akan pernah berubah, tak akan tergoyahkan, dan tak akan memudar. Kita hanya perlu setia mengikuti kebenaran Allah. Niscaya Ia tidak akan menolak kita.

Sabtu, 09 Februari 2013
KITA TIDAK DAPAT MENIPU ALLAH  (Matius 23:13-28)
Dosa apakah yang paling tidak disukai Yesus dari semua dosa yang lain? Kemunafikan khususnya dalam bentuk mencari muka, dan kesombongan, seperti yang dilakukan para pemuka agama pada zaman-Nya.
Kemunafikan dalam keagamaan adalah kepura-puraan orang yang tak rohani. Mereka berusaha mencapai sebuah reputasi dalam kerohanian dengan memainkan peran sebagai orang-orang yang mengasihi Allah dan tekun mematuhi hukum-hukum-Nya. Mereka adalah penipupenipu berdosa yang mencoba mengelabui manusia tapi tidak dapat menipu Allah.
Dalam pidatonya pada sebuah pertemuan, Luther Smith, seorang profesor di Sekolah Teologi Candler Universitas Emory, memperingatkan bahaya "penipuan" berpura-pura menjadi sesuatu yang bukan diri kita. Ia berkata bahwa ia pernah melihat sebuah gambar tempel pada bemper mobil yang berbunyi, "Yesus segera datang, berusahalah agar tampak sibuk."
Meski tampak sibuk, kita tidak dapat menipu Allah tentang iman, karakter, atau pelayanan kita. Seperti orang-orang Farisi yang dicela Yesus (Matius 23:13-28), bisa saja kita kelihatan seakan benar-benar beragama. Tapi Tuhan selalu mengetahui setiap kepura-puraan yang tidak disertai kepercayaan atau kesetiaan yang sungguh.
Apakah Anda seorang munafik yang suka pergi ke gereja, yang bergantung pada pekerjaan baik Anda sendiri untuk masuk ke dalam surga ? Atau adakah Anda mempercayai anugerah Allah dan menyandarkan diri pada Kristus?
Anda tidak dapat menipu Allah. Terlihat sibuk saja tidaklah cukup [VCG]
ORANG MUNAFIK ADALAH SESEORANG YANG BUKAN DIRINYA SENDIRI PADA HARI MINGGU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar