GIA Sby (Darmo Harapan sore)
Minggu, 25 November 2012
Oleh: Pnt. Ir. Andy Sutanto
JANGAN MENINGGIKAN DIRI
(Lukas 18:9-14)
Dalam perumpamaan ini kita dapat melihat sikap hati manusia di hadapan Allah. Dalam Lukas 18 ini ada dua jenis orang yang secara status sosial tidak diperhitungkan oleh umat Yahudi pada waktu itu:
- Wanita: seorang wanita di masyarakat Yahudi dianggap warga kelas dua yang tidak sepadan dengan seorang laki-laki bahkan seorang wanita tidak sah dalam memberi kesaksian, masyarakat Yahudi memandang wanita begitu rendahnya.
- Pemungut cukai: pemungut cukai ini bisa saja orang Yahudi, mengapa dipandang rendah? Oleh karena pemungut cukai ini bekerja untuk pemerintah Romawi dalam hal memungut pajak kepada bangsanya sendiri, konon dalam tradisi mereka juga mengambil keuntungan dari orang Yahudi yang dipungut pajaknya. Dan biasanya mereka adalah orang kaya contohnya Matius , Zakheus yang pada akhirnya Matius menjadi murid Tuhan Yesus dan Zakheus bertobat ketika dia bertemu dengan Tuhan Yesus. Pemungut cukai dianggap sebagai sampah masyarakat.
- Setiap orang kristen memulai hidupnya dengan kesadaran akan dosa. Barangsiapa yang tidak sungguh- sungguh tahu bahwa dirinya tidak berdosa dia belum sungguh-sungguh bertemu dan diperbaharui oleh Tuhan. Konsep dosa menurut Alkitab adalah sikap mandiri di hadapan Allah, baik dan buruk menurut pandangan anda sendiri. Menolak bergantung kepada Allah dan bersandar pada pengertiannya sendiri itulah orang Farisi. Tetapi pemungut cukai tahu untuk dibenarkan itu semata-mata karena belas kasihan Allah. Tidak ada jasa baikku yang membuat Allah mau membenarkan saya.
- Kesadaran akan anugrah. Kesadaran akan dosa saja akan membuat manusia tidak berbuat apa-apa. Dia akan dihantui perasaan berdosa dan tanpa harapan. Tetapi dengan memikirkan anugrah saja anda akan menjadikan anugrah itu murahan. Tetapi kedua-duanya harus seimbang. Konsep kesadaran orang berdosa itu tidak statis tetapi bersifat dinamis. Sehingga ada dalam doktin kristen pengudusan berproses artinya hari ini berdosa tetapi Roh Kudus akan memimpin setapak demi setapak saya menjadi lebih baik. Saya orang berdosa tetapi anugrah Allah itu jauh lebih besar dari pada itu yang membuat saya terus menerus bergantung pada anugrahNya. Kematangan rohani seseorang justru makin didasari akan pemahaman seseorang akan dosa yang lebih mendalam.
Diringkas oleh: Pdm. Rian Waruwu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar