Mimbar Gereja u/Warta 02 Des 2012


GIA Sby (Darmo Harapan sore)
Minggu, 25 November 2012
Oleh:  Pnt. Ir. Andy Sutanto

JANGAN MENINGGIKAN DIRI
(Lukas 18:9-14)

Dalam perumpamaan ini kita dapat melihat sikap hati manusia di hadapan Allah. Dalam Lukas 18 ini ada dua jenis orang yang secara status sosial tidak diperhitungkan oleh umat Yahudi pada waktu itu:
  1. Wanita: seorang wanita di masyarakat Yahudi dianggap warga kelas dua yang tidak sepadan dengan seorang laki-laki bahkan seorang wanita tidak sah dalam memberi kesaksian, masyarakat Yahudi memandang wanita begitu rendahnya.
  2. Pemungut cukai: pemungut cukai ini bisa saja orang Yahudi, mengapa dipandang rendah? Oleh karena pemungut cukai ini bekerja untuk pemerintah Romawi dalam hal memungut pajak kepada bangsanya sendiri, konon dalam tradisi mereka juga mengambil keuntungan dari orang Yahudi yang dipungut pajaknya. Dan biasanya mereka adalah orang kaya contohnya Matius , Zakheus yang pada akhirnya Matius menjadi murid Tuhan Yesus dan Zakheus bertobat ketika dia bertemu dengan Tuhan Yesus. Pemungut cukai dianggap sebagai sampah masyarakat.
Tentunya orang yang sungguh-sungguh bertemu dengan Allah adalah pemungut cukai karena salah satu ciri orang yang bertemu Allah ditandai dengan rasa tahu bahwa dia adalah orang berdosa. Contoh lain adalah Yesaya memberi respon bahwa dia adalah orang berdosa ketika berhadapan dengan Allah, Kedua Yohanes ketika dia dipulau Patmos dia tersungukur di hadapan Tuhan seperti orang mati rasanya. Tidak ada seorangpun  ketika berjumpa dengan Allah bisa lolos dari memahami dirinya adalah orang berdosa dan tidak layak. Berbeda dengan orang Farisi yang memuji diri , tetapi pemungut cukai ini langsung mengatakan aku orang berdosa. Bagaimana orang elit seperti orang Farisi tidak dibenarkan tetapi orang rusak seperti pemungut cukai dibenarkan, hanya Tuhan Yesus yang berani mengutarakannya. Dalam kekristenan ada 2 prinsip yang perlu kita ketahui:
  1. Setiap orang kristen memulai hidupnya dengan kesadaran akan dosa. Barangsiapa yang tidak sungguh- sungguh tahu bahwa dirinya tidak berdosa dia belum sungguh-sungguh bertemu dan diperbaharui oleh Tuhan. Konsep dosa menurut Alkitab adalah sikap mandiri di hadapan Allah, baik dan buruk menurut pandangan anda sendiri. Menolak bergantung kepada Allah dan bersandar pada pengertiannya sendiri itulah orang Farisi. Tetapi pemungut cukai tahu untuk dibenarkan itu semata-mata karena belas kasihan Allah. Tidak ada jasa baikku yang membuat Allah mau membenarkan saya.
  2. Kesadaran akan anugrah. Kesadaran akan dosa saja akan membuat manusia tidak berbuat apa-apa. Dia akan dihantui perasaan berdosa dan tanpa harapan. Tetapi dengan memikirkan anugrah saja anda akan menjadikan anugrah itu murahan. Tetapi kedua-duanya harus seimbang. Konsep kesadaran orang berdosa itu tidak statis tetapi bersifat dinamis. Sehingga ada dalam doktin kristen pengudusan berproses artinya hari ini berdosa tetapi Roh Kudus akan memimpin setapak demi setapak saya menjadi lebih baik. Saya orang berdosa tetapi anugrah Allah itu jauh lebih besar dari pada itu yang membuat saya terus menerus bergantung pada anugrahNya. Kematangan rohani seseorang justru makin didasari akan pemahaman seseorang akan dosa yang lebih mendalam.
Diringkas oleh: Pdm. Rian Waruwu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar