RENUNGAN SEPANJANG MINGGU
Senin, 29 Oktober 2012
TIAP ORANG DAPAT KESEMPATAN (Matius 13:1-23)
Perumpamaan ini adalah salah satu perumpamaan yang paling dikenal dalam Alkitab karena sering diajarkan/dikhotbahkan. Tampaknya perumpamaan ini tidak membu-tuhkan terlalu banyak penafsiran karena Yesus sendiri sudah menjelaskan maknanya kepada para murid (ayat 18-23).
Tokoh dalam perumpamaan ini hanya satu, yaitu seorang penabur yang menaburkan benih. Benihnya ada yang jatuh di pinggir jalan, tetapi kemudian habis dimakan burung. Ada juga yang jatuh di tanah berbatu-batu, bisa tumbuh tetapi tidak bisa berakar karena tanahnya tipis. Lalu ada yang jatuh di tengah semak duri, bisa tumbuh tetapi kemudian mati karena terhimpit semak yang tumbuh lebih subur. Namun ada yang tumbuh di tanah yang subur hingga berbuah berpuluh kali lipat.
Meski jatuh di tanah berbeda, tiap benih yang ditebarkan punya potensi untuk bertumbuh. Meski ada yang tidak punya kesempatan untuk tumbuh, tetapi ada yang bisa menghasilkan panen. Walau ada juga yang hanya sekadar tumbuh. Maka Yesus memperingatkan pendengar-Nya bahwa perumpamaan ini memerlukan penafsiran yang saksama: "Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!" (ayat 9). Tentu saja setiap orang punya telinga. Namun Yesus mengisyaratkan bahwa yang diperlukan untuk memahami perumpamaan ini bukan sekadar mendengar. Butuh sikap memperhatikan.
Benih itu adalah firman tentang Kerajaan Sorga (ayat 19), yang diberitakan kepada semua orang. Tanah adalah hati manusia, yang memutuskan bagaimana merespons benih itu. Semua orang punya kesempatan untuk mendengar firman. Perlu waktu untuk bertumbuh dan menghasilkan buah, selain harus melalui masa yang sulit. Namun kita melihat bahwa si penabur tidak pilih-pilih tanah. Tanah seperti apa pun mendapat kesempatan untuk menerima benih.
Begitu pun seharusnya sikap kita dalam mengabarkan Firman kepada orang lain. Jangan karena kita, ada orang yang tidak beroleh kesempatan untuk mendengar Firman.
Selasa, 30 Oktober 2012
MENGERTI KEBENARANNYA ADALAH ANUGERAH. (Matius 13:1-23)Banyak Kristen datang beribadah, namun ketika mereka meninggalkan ruang ibadah, apakah dengan pengertian yang sama? Ada yang hanya mendengar namun sibuk dengan pikirannya sendiri; ada yang mendengar tetapi tidak mengerti; ada yang mendengar tetapi kemudian menafsirkannya sendiri; ada juga yang sungguh- sungguh mendengar dan mengerti kebenarannya. Tempat yang sama, nas Alkitab yang sama, dan pengkhotbah yang sama, tidak menentukan jemaat yang hadir mendapatkan pengertian yang sama pula. Mengapa demikian? Mengerti kebenaran firman-Nya adalah anugerah, yang dinyatakan bagi mereka yang mau terbuka kepada kebenaran-Nya.
Inilah yang dijelaskan Yesus ketika murid-murid-Nya menanyakan mengapa Ia memakai metode perumpamaan. Banyak orang berbondong-bondong datang, tetapi seperti nubuat nabi Yesaya bahwa mereka mendengar dan melihat namun tidak mengerti. Bukan karena Ia tidak mau menyatakan kebenaran kepada mereka, tetapi karena mereka yang mengeraskan hati, sehingga mereka tidak bertemu dengan kebenaran itu, yakni Yesus sendiri. Zaman kini banyak orang berbondong-bondong mencari gereja, tetapi berapa banyak yang sungguh-sungguh mau terbuka kepada kebenaran firman-Nya, sehingga ia mengerti, percaya, dan menyimpan kebenaran itu dalam hatinya? Bukan orang-orang yang secara fisik hadir di gereja yang dapat mengerti kebenaran-Nya, tetapi anugerah pengertian dinyatakan bagi Kristen yang haus akan kebenaran.
Arti perumpamaan seorang penabur adalah bahwa tidak semua orang yang menerima kebenaran kemudian akan berakar, bertumbuh, dan menghasilkan buah. Firman kebenaran itu harus dimengerti (diterima); diresapi (berakar); dihayati sehingga mempengaruhi pola pikir, perilaku, gaya hidup (bertumbuh); dan dipertahankan sampai menghasilkan berlipatganda (berbuah). Pergumulan, masalah, kesulitan, kekuatiran, dan segala bentuk tantangan akan merupakan ujian bagi Kristen, apakah Kristen sanggup berakar, bertumbuh, dan kemudian berbuah di tengah dunia yang menentang kebenaran.
Renungkan: Mengerti kebenaran-Nya adalah anugerah. Milikilah sikap terbuka untuk mengerti dan kemudian mengizinkan kebenaran itu mengubah hidup Anda, maka hidup Anda akan berbuah berlipatganda.
Rabu, 31 Oktober 2012
DAMPAK PEMBERITAAN FIRMAN. (Matius 13:1-9,18-23)
Yesus makin populer. Orang berbondong-bondong mencari Dia. Mungkin mereka ingin mengalami berbagai tanda mukjizat yang sanggup Ia lakukan dan telah tersiar luas kabarnya. Mungkin juga mereka memang terpesona oleh ajaran-ajaran-Nya yang penuh hikmat dan kuasa. Justru dalam situasi itu Yesus memberikan perumpamaan penabur. Maksudnya jelas untuk menantang mereka memeriksa diri, tipe tanah bagaimanakah mereka.
Penabur dalam perumpamaan ini adalah pemberita firman tentang Kerajaan Surga yaitu Yesus (ayat 19). Yesus tentu menginginkan agar semua yang mendengar ajaran-Nya mengalami pembaruan hidup. Namun, dengan perumpamaan ini, Yesus memberikan peringatan bahwa mungkin sekali orang banyak yang tertarik mengerumuni Dia itu tidak murni menyambut-Nya.
Ada empat kemungkinan tipe respons orang terhadap Yesus yang diwakili oleh empat jenis tanah penerima benih. Tanah di pinggir jalan, tanah berbatu-batu, tanah bersemak duri, dan tanah yang baik. Tiga yang pertama menunjukkan penerimaan yang tidak benar terhadap Yesus dan firman-Nya sehingga tidak mengeluarkan pembaruan hidup. Mereka adalah yang tidak percaya dan tidak mengerti firman Yesus (ayat 4, 19), yang tidak bersedia melaksanakan konsekuensi yang dituntut oleh firman (ayat 5-6, 20-21) dan yang hatinya penuh kekuatiran duniawi (ayat 7, 22). Hanya satu jenis respons yang menghasilkan buah pembaruan hidup yaitu yang menyam-but benih dengan segenap hati (ayat 8, 23).
Tiga jenis respons terhadap firman Yesus ini tidak saja terjadi dulu di antara pendengar Yesus. Ketiganya juga ada di kalangan orang yang menganggap diri Kristen atau terlibat dalam kehidupan bergereja. Perumpamaan Yesus memaksa pendengar-Nya untuk memeriksa diri. Kini pun kita didesak untuk memeriksa apakah respons iman kita sejati?
Ingat: Respons yang benar terhadap firman pasti membuahkan pembaruan hidup.
Kamis, 01 November 2012
PELAKU FIRMAN (Matius 7:24-27)
Sebagai seorang pengajar atau pemberita Firman, saya sering merasa puas dan senang ketika menemukan orang-orang yang antusias di dalam belajar Firman Tuhan. Ketika khotbah berakhir atau kelompok kecil yang saya pimpin ditutup dengan doa, rasanya selesailah tugas yang berkenaan dengan Firman. Para jemaat atau anggota kelompokpun tak jarang merasa telah menyelesaikan bagian terpenting hari itu, yaitu menjadi pendengar atau pembelajar Firman yang sangat baik.
Namun, pemaknaan perumpamaan Yesus mengejutkan. Ternyata mendengarkan Firman, meski mungkin sangat antusias bukanlah perkara yang paling menentukan. Berkegiatan di seputar Firman tidak otomatis membuat hidup seseorang menjadi teguh. Orang sebaik ini masih pantas disebut bodoh karena pasti hidupnya akan porak poranda menghadapi badai kehidupan. Apa pasalnya? Fondasi yang laksana batu nan kokoh itu dibangun tidak hanya dengan mendengarkan, tetapi juga melakukan firman Tuhan. Perbedaan fondasi ini akhirnya terlihat ketika kedua rumah dalam perumpanaan itu diperhadapkan dengan tantangan berat. Yang satu roboh dan yang lainnya tetap kokoh. Jelaslah, menjadi pendengar dan pelaku Firman adalah dua hal yang sangat berbeda dan akan menimbulkan perbedaan besar.
Kita perlu waspada sebab kita mungkin merasa cukup bangga dan aman dengan bangunan hidup kita. Kita merasa punya fondasi kokoh karena mungkin kita masih bisa bersentuhan dengan firman secara rutin. Namun, apa yang kita pelajari perlu kita jadikan perilaku sesehari. Setiap kebenaran seharusnya kita ubah menjadi kelakuan yang tampak. Berapa banyak yang sudah kita lakukan?. (PBS)
MENJADI PELAKU FIRMAN-NYA ADALAH PENOPANG HIDUP YANG SESUNGGUHNYA.
Jumat, 02 November 2012
MENJADI PELAKU FIRMAN (Lukas 12:41-48)
Saya pernah membaca artikel berjudul "National Geographic, The Doomsday Machine" (Majalah Geografi Nasional, Mesin Hari Kiamat). Artikel itu secara humoris menyatakan bahwa majalah National Geographic akan segera membuat benua Amerika musnah tenggelam karena tak seorang pun membuang majalah tersebut. Edisi demi edisi menumpuk di loteng dan gudang bawah tanah di seluruh Amerika. Suatu saat, tumpukan kertas yang berat itu akan menimbulkan gempa bumi di California, menenggelamkan kota-kota pertambangan batubara, dan mempercepat timbulnya longsoran lumpur. Guncangan yang sangat keras akan terjadi pada kota-kota besar di mana terdapat banyak pelanggan.
Gagasan yang penuh humor ini memiliki padanan arti rohani yang serius, yaitu orang-orang yang mengumpulkan Firman Allah dalam pikiran mereka. Kecenderungan kita adalah menimbun dan mengarsipkan kebenaran Kitab Suci dalam kepala, tetapi itu tidaklah cukup. Yokobus memperingatkan bahwa kita harus menjadi pelaku Firman, bukan hanya pendengar (1:22). Yesus berbicara tentang pentingnya menerapkan Firman-Nya (Lukas 12:41-48). Memahami Kitab Suci membuat kita bertanggung jawab untuk menerapkan kebenaran-Nya dalam tindakan. Amatlah mudah memiliki sikap "menyimpan" dan bukan "menggunakan."
Allah tidak memaksudkan Firman-Nya hanya untuk memberikan bacaan yang menarik kepada kita. Dia mempersiapkan kita untuk bertindak. Jika kita mengabaikan kebenaran ini, pada hari penghakiman kita akan mendapatkan bahwa meremehkan Firman Allah membawa konsekuensi yang berat [MRD II]
MEMILIKI ALKITAB MENDATANGKAN TANGGUNG JAWAB YANG BESAR
Sabtu, 03 November 2012
PENDENGAR DAN PELAKU FIRMAN (Yehezkiel 33:23-33)
Ada seorang pria yang rajin pergi ke gereja. Ia suka mendengar khotbah yang bagus dan mendiskusikan kebenaran Alkitab. Ia dan keluarganya setia mengikuti kebaktian dua kali setiap hari Minggu. Namun di rumahnya, pria ini adalah seorang yang kejam. Bahkan ia pernah memukul istrinya.
Ketika mengetahui hal ini, pendetanya mencoba berbicara dengannya. Ia memperingatkan bahwa jika pria itu terus melakukan kekerasan, suatu kali kelak ia akan menjadi orang yang kesepian dan tidak dicintai. Namun teguran itu tidak dihiraukan.
Akhirnya, istrinya meninggalkannya dan para putrinya yang sudah menikah menolaknya. Perkataan pendetanya benar-benar menjadi kenyataan. Saat ini ia kesepian dan ditolak oleh keluarganya.
Orang-orang pada zaman Yehezkiel mirip sekali dengan pria tua di atas. Mereka suka mendengarkan para nabi berbicara tentang petunjuk-petunjuk Allah, tetapi mereka tetap saja hidup dalam kejahatan dan tidak menghiraukan peringatan-peringatan yang diberikan dengan sungguh-sungguh. Dan tepat seperti yang dinubuatkan oleh para nabi, bangsa Babel datang dan menjadikan mereka bangsa tawanan. Hingga kemudian mereka menyadari bahwa mereka telah melakukan kesalahan besar, yakni mendengarkan firman Allah tanpa mau melakukannya. Namun sudah terlambat bagi mereka untuk mencegah datangnya hukuman Allah.
Tuhan, tolonglah kami untuk menerapkan kebenaran-Mu dalam hidup kami sehingga kami mengalami kasih-Mu. Tolong kami untuk menjadi pendengar sekaligus pelaku firman-Mu. (HVL)
HENDAKLAH KAMU MENJADI PELAKU FIRMAN DAN BUKAN HANYA PENDENGAR SAJA-Yakobus 1:22
Tidak ada komentar:
Posting Komentar