Renungan Harian 22 - 27 Oktober 2012

RENUNGAN SEPANJANG MINGGU

Senin, 24 Oktober 2012
HIKMAT DALAM MENGGUNAKAN HARTA DUNIAWI.  (Lukas 16:1-9)
Salah satu kesulitan mengerti perumpamaan ini adalah bagaimana mungkin bendahara yang licik ini bisa menjadi teladan bagi anak-anak Tuhan dalam berbisnis? Apakah kita harus pintar untuk mendapatkan hati pelanggan kita dengan cara merugikan atasan kita, seperti yang dilakukan oleh bendahara tersebut terhadap majikannya?
Ada hal yang menarik untuk kita simak di sini. Majikan si bendahara tidak memujinya oleh karena ketidakjujurannya, melainkan oleh karena kecerdikannya (ayat 8a). Bendahara ini cerdik karena ia membuat orang menjadi berterimakasih kepada dirinya dengan cara memberikan pengurangan utang kepada orang itu (ayat 5-7).
Yesus sendiri berkomentar bahwa anak-anak dunia ini lebih cerdik daripada anak-anak terang (ayat 8b), oleh karena itu Ia menasihati para murid-Nya agar dengan cerdik memanfaatkan kekayaan dunia yang dimilikinya untuk mengikat persahabatan di dalam dunia ini (ayat 9). Lepas dari dunia ini, kekayaan tidak dapat dimanfaatkan lagi.
Apakah orang Kristen dianjurkan untuk bersikap licik, memanfaatkan harta dunia agar diterima oleh orang dunia? Tentu saja tidak! Orang Kristen memiliki motivasi kasih untuk menjadi berkat bagi dunia berdosa yang membutuhkan keselamatan. Orang Kristen justru akan diterima oleh dunia ini bila kasihnya mewujud tidak hanya dalam panggilan pertobatan tetapi kepada kepedulian sosial yang tinggi. Jadi orang Kristen dipanggil untuk cerdik menggunakan harta dunia 'di dalam ketulusan kasihnya' menjangkau orang dunia ini. Orang dunia akan bisa melihat ketulusan Kristen ketika memberi, menolong, dengan menggunakan harta dunia. Demikianlah anak-anak Tuhan harus tulus dan cerdik di dunia ini untuk memenangkan dunia ini bagi Tuhan.
Renungkan: Sudahkah Anda dengan hikmat Allah menjadi berkat untuk orang-orang yang belum mengenal kekristenan?

Selasa, 25 Oktober 2012
SIAPAKAH TUANMU? (Lukas 16:10-18)

Mata-mata tugasnya memang mengabdi kepada dua tuan. Tuan yang pertama adalah tuan yang sebenarnya, tuan yang kedua adalah orang yang dimata-matainya demi tuan yang pertama. Ada juga mata-mata yang berkhianat kepada tuan pertamanya, sekaligus kepada tuan yang kedua. Alasannya sederhana, uang. Ia tidak mengabdikan dirinya kepada salah satu dari tuan itu, melainkan kepada kekayaan yang akan didapatnya dengan sikap mendua tersebut.
Sebagai orang Kristen seharusnya tidak ada alternatif siapa Tuan kita. Justru orang luar bisa menilai kita dapat dipercaya, baik hal kecil maupun hal besar, karena ternyata kita setia kepada Tuan kita (ayat 10-12). Orang akan mempercayakan kita Mamon yang tidak jujur, karena kita jujur. Mereka percaya kepada kita karena kita hanya mengabdi kepada Allah dan bukan kepada Mamon (ayat 13-14).
Hal ini berlawanan dengan apa yang diyakini oleh orang-orang Farisi. Mereka munafik dalam hal lahiriah sepertinya mereka mengabdi kepada Allah, padahal batin mereka menyembah Mamon (ayat 14-15). Apa yang tidak kelihatan di dalam tingkah lahiriah mereka, sebenarnya terpancar juga dari ucapan dan ajaran mereka.
Maka, siapa yang mempertuankan Tuhan Yesus akan mengenal dengan sungguh otoritas-Nya. Dia yang datang mengakhiri era Perjanjian Lama dan memulai era Kerajaan Allah menarik banyak orang untuk menjadi umat Kerajaan Allah (ayat 16b, 'setiap orang menggagahinya berebut memasukinya' bisa dibaca lebih tepat menjadi 'setiap orang ditarik untuk memasukinya'). Namun Dia tidak datang menyudahi peraturan Taurat itu. Justru dalam kedaulatan-Nya, Taurat diperjelas dan ditafsir secara lebih kontekstual seperti yang dinyatakan-Nya mengenai masalah perceraian (ayat 18).
Renungkan: Siapakah Tuhanmu? Adakah pengabdian Anda kepada-Nya dapat dilihat orang dalam kesetiaan akan hal-hal sehari-hari di dunia ini?

Rabu, 26 Oktober 2012
NILAI KEKAL HARTA (Lukas 16:1-13)

Lam Kin Bong adalah pengusaha restoran ternama dari Hongkong. Dalam pelelangan kapal induk bernama HMS Invincible dari Inggris, Mr. Lam menawarnya seharga Rp71.720.000.000, 00. Kapal ini ber-peran penting dalam perang Inggris-Argentina, ketika memperebutkan Falkland pada 1982. Bila menang, Mr. Lam akan mengubah kapal itu menjadi sekolah internasional, guna membina hubungan komunikasi dan budaya antara Inggris-China.
Alangkah indah bila orang-orang kaya di dunia menginvestasikan uang untuk tujuan kemanusiaan, perdamaian, dan kemajuan peradaban. Bukan untuk memicu perang atau mengeksploitasi alam. Da-lam bacaan kita, cara si bendahara memang tidak benar. Namun, mari pelajari kecerdikannya dalam merencanakan masa depan (ayat 8). Ia sadar, kelak ia akan meninggalkan jabatan dan kehilangan otoritas mengelola harta tuannya. Maka, sebelum saat itu tiba ia memakai kesempatan untuk mem-bangun persahabatan, dengan menggunakan harta tuannya. Supaya kelak ia mendapat balasan dengan diberi tumpangan.
Perumpamaan ini mengajarkan bahwa harta yang ada pada kita, bukan milik kita. Kita dipercaya, tetapi hanya untuk mengelolanya. Suatu saat, semua akan kita tinggalkan. Jadi, gunakan kesempatan untuk mengelolanya dengan cerdik, untuk tujuan yang kekal. Harta duniawi memang sangat kecil nilainya dibanding harta surgawi. Namun jangan menyepelekannya. Cara kita mengelola yang "kecil" ini mencerminkan apakah kita orang beriman yang setia kepada Allah atau penyembah Mamon (ayat 10-13). Apakah kita memakai harta dan kemampuan untuk melayani Allah, atau kita diperhamba harta untuk memuaskan nafsu daging?. (SST)
TUHAN MEMPERCAYAKAN HARTA BUKAN AGAR KITA MEMULIAKAN DIRI NAMUN AGAR KITA MEMULIAKAN DIA SETINGGI-TINGGINYA

Kamis, 25 Oktober 2012
ALLAH ATAU MAMON Lukas 16:10-18)

Memiliki harta berarti memiliki sebuah tanggung jawab. Tanggung jawab atas penggunaan harta dapat menjadi sebuah ujian terhadap karakter dan integritas kita. Dan itu dapat dimulai dari hal kecil.
Bila seseorang mampu mengelola dengan benar harta yang dipercayakan dalam jumlah kecil, bukan tidak mungkin ia akan dipercaya juga untuk mengelola harta dalam jumlah besar (10). Begitupun sebaliknya. Bila kita tidak jujur dalam hal-hal kecil, bagaimana mungkin kita bisa dipercaya dalam perkara besar? Selain itu, kesetiaan kita pada harta duniawi dapat menjadi indikasi kesetiaan kita pada harta surgawi yang jauh lebih bernilai. Jika kita sukar dipercaya dalam menangani harta dunia yang bisa menjadi sumber keangkaraan, bagaimana mungkin kita dipercaya untuk harta surgawi?
Oleh sebab itu kita perlu memelihara integritas kita, bukan hanya untuk perkara besar tetapi juga untuk masalah kecil. Maka Yesus memperingatkan murid-murid-Nya, untuk tidak memiliki dua tuan, yaitu Allah dan Mamon (13). Murid Yesus harus memilih salah satu. Dan itu bisa terlihat dari cara kita menggunakan uang. Jika Yesus tidak menjadi Tuan kita dalam penggunaan uang, maka itu berarti membiarkan uang mengambil tempat Allah dalam hidup kita. Bila itu yang terjadi, itu berarti kita telah melakukan hal yang dibenci Allah. Jangan sampai kita seperti orang Farisi yang menjadi hamba uang dan menganggap bahwa kekayaan merupakan tanda perkenan Allah.
Tunduk di bawah otoritas Allah juga harus ditampakkan dalam nilai moral yang berlaku dalam hidup kita, juga dalam kehidupan pernikahan (18). Menjadi murid Kristus berarti belajar dari nilai-nilai yang diajarkan Guru. Menjadikan Kristus sebagai Tuhan berarti tunduk di bawah otoritas-Nya dan melepaskan diri dari kuasa segala sesuatu yang bukan Tuhan, termasuk uang.
Renungkan: Sudahkah kita tunduk di bawah otoritas-Nya dalam segala aspek hidup kita?

Jumat, 26 Oktober 2012
UNTUNG DAN RUGI (1Timotius 6:17-19)

Seorang pengusaha penerbitan, Frank Doubleday, menulis sebuah buku unik dengan sampul kulit dari Rusia berwarna merah. Ia menyebut buku itu Book Of The Law And The Profits (Kitab Hukum dan Keuntungan). Meski judulnya hampir sama dengan bagian Alkitab yang disebut The Law and The Prophets (Kitab Taurat dan Para Nabi), namun isinya melulu tentang urusan bisnis dan keuntungan usaha. Menurut pengarang George Doran, buku itu berisi "doa pagi dan doa malam" Doubleday. Dengan kata lain, ia berkata bahwa Doubleday adalah seorang pemuja uang.
Yesus tahu betapa mudahnya kita tergoda untuk menjadi pemuja uang dan segala sesuatu yang dapat dibeli dengannya. Dia memperingatkan, "Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan .... Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon [uang]" (Matius 6:24).
Kita termasuk pemuja berhala jika kita menjadikan uang sebagai sumber dari rasa aman dan kebahagiaan kita. Tuhan juga memperingatkan agar kita tidak terpikat pada hal-hal yang hanya memuaskan hawa nafsu kedagingan dan ambisi diri sendiri. Dia bertanya, "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?" (Matius 16:26).
Uang tidak dapat memberi kita keuntungan yang sejati dan kekal. Keuntungan yang demikian hanya dapat ditemukan dalam iman kepada Allah yang hidup (1Timotius 6:17). Saat kita menaruh pengharapan di dalam Dia dan hidup dalam ketaatan akan Firman-Nya, kita akan memperoleh keuntungan yang kekal (ayat 19). (VCG)
ORANG YANG PALING MISKIN ADALAH ORANG YANG KEKAYAAN SATU-SATUNYA HANYALAH UANG

Sabtu, 27 Oktober 2012
MULTITASKING (Matius 6:19-24 )

Teknologi komputer menawarkan kemungkinan multitasking: kita bisa melakukan beberapa pekerjaan sekaligus di layar monitor. Kita, misalnya, bisa menulis artikel sambil memperbarui status di Facebook, chatting, memeriksa kabar terbaru di situs berita, dan menonton video di YouTube. Pertanyaannya: benarkah kita melakukan semua itu sekaligus? Mungkin saja kita dapat meloncat dari satu tugas ke tugas lain secara cepat, tetapi pikiran kita sebenarnya hanya bisa berfokus dan berkonsentrasi pada satu tugas setiap kali.
Begitu juga dengan pengabdian kita. Pengabdian berarti menjadikan sesuatu atau seseorang sebagai fokus kehidupan kita. Ketika Yesus mengatakan bahwa kita tidak dapat mengabdi kepada dua tuan sekaligus, berarti kita hanya bisa mengabdi kepada satu tuan-Allah atau mamon. Mamon berarti harta kekayaan, tetapi secara umum dapat diartikan sebagai segala sesuatu di dunia ini yang kita anggap penting. Jadi, Yesus menegaskan bahwa pengabdian kita kepada Allah harus total, tidak terbagi-bagi.
Siapakah tuan atas diri kita? Siapa yang mengontrol kehidupan kita? Allah atau hal-hal lain-uang, karier, hobi, kecemasan, kecemburuan, amarah? Dapatkah kita berkata jujur bahwa Allah benar-benar menjadi fokus pengabdian kita? Atau, kita mencoba melakukan multitasking dengan menyembah Allah pada hari Minggu, dan disibukkan oleh hal-hal lain pada hari-hari berikutnya? Kita dapat melakukan tes sederhana untuk mengujinya: perkara yang paling menyita pikiran, waktu, dan energi kita, itulah tuan kita. (ARS)
KITA HANYA BISA MENGABDI KEPADA TUHAN DENGAN SEPENUH HATI ATAU TIDAK SAMA SEKALI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar