GIA Sby (Gateway)
Minggu, 21 Oktober 2012
Oleh: Pdt. Timotius Hogiono
MANAGER YANG CERDIK
(Lukas 16:1-13)
Dalam Kitab Injil Lukas 16 paling tidak dapat kita temukan dua perumpamaan yang membahas tentang sikap terhadap harta kekayaan
- Perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur (1-13)
- Perumpamaan tentang orang kaya dan Lazarus yang miskin (19-31)
1. Latar belakang perumpaan ini (1-2). Perumpamaan ini diawali dengan pernyataan yang bersifat umum yang artinya secara literal ada seorang laki-laki yang kaya. Tuan ini memiliki seseorang yang bekerja sebagai bendahara artinya memiliki tanggung jawab didalam mengatur urusan rumah tangga/kepala rumah tangga, bisa juga orang yang dipercaya untuk mengurus bisnis yang berkaitan dengan pertanahan/perkebunan. Pada hari ini orang sering menyebutnya sebagai manager. Pada suatu saat sang tuan berkata kepadanya dengan sebuah pertanyaan, apakah yang kudengar tentang engkau? (ayat 2), dan tidak heran kalau sang tuan meminta pertanggung jawaban dan laporan pembukuan dari sang bendahara. Tetapi mengingat proses pertanggung jawaban itu perlu waktu demikian juga dengan proses untuk memberhentikannya, maka kesempatan itu dipergunakan oleh sang bendahara untuk menyelamatkan diri dan hari depannya. Kemudian sang bendahara berkata dalam dirinya (ayat 3) apa yang akan aku lakukan? Karena dengan pemberhentian yang mendadak sering membawa situasi yang sulit bagi yang bersangkutan, mengapa? Karena setelah masa pemberhentian dari pekerjaannya reputasinya tentu menjadi jelek dan pekerjaan yang mudah adalah menjadi buruh diladang/kebun/bahkan menjadi pengemis.
2. Tindakan sang bendahara (ayat 4-7). Pada waktu bendahara tersebut mendengar bahwa ia harus memberi pertanggung jawaban dan tidak lagi dipekerjakan sebagai bendahara maka ia memutuskan untuk meringankan beban para penghutangnya. Keputusan ini dilakukan dengan dasar kepentingan pribadi dimana setelah diberhentikan dari pekerjaannya ada orang yang akan menerimanya dirumah mereka yang dahulu berbisnis dengan tuannya. Memang jalan keluar ini bersifat sementara tetapi paling tidak akan sangat berguna bagi dia. Dalam bagian ini ada dua orang yang berhutang yang dikurangi hutangnya. Ada dua pendapat umum yang berkaitan tata cara hutang piutang yang menyebabkan pembebasan:
- Pinjaman yang berkaitan dengan barang (minyak/gandum). Pengurangan hutang disini berarti pengurangan bunga sehingga tindakan tersebut tidak merugikan sang tuan dan tuannya tidak marah tetapi memuji kecedikan hamba tersebut (ayat 8)
- Hal yang lebih tepat yang berkaitan dengan utang piutang adalah biaya sewa ladang gandum/kebun zaitun. Biasanya biaya sewa diberikan dari hasil penjualan gandum/minyak zaitun. Pembebasan sebagian hutang oleh sang bendahara memang berkaitan dengan nilai uang yang tidak sedikit
* 100 pikul gandum. Dapat diketahui bahwa bisnis sang tuan sangatlah besar dan tentu memiliki orang-orang kepercayaan yang diberi wewenang penuh untuk memutuskan biaya sewa tanah. Bahkan sang tuan memberi kepercayaan untk membuat dan menandatangani surat kontrak. Demikian juga dengan pembaharuan surat-surat hutang. Dengan demikian sang bendahara dipandang sebagai orang yang murah hati karena menggunakan wewenangnya pada saat terakhir masa jabatannya untuk menunjukkan kemurahan hati kepada para pegawainya, sehingga bendahara itu memiliki harapan besar bagi masa depannya.
3. pujian dari sang tuan (ayat 8). Sang bendahara tersebut dipuji oleh tuannya bukan karena tindakannya yang tidak jujur, tetapi bendahara yang tidak jujur ini di puji karena tindakannya yang cerdik
4. Ada 3 pengajaran tambahan dari perumpamaan tersebut (ayat 9-13).
- Bermurah hati dengan menggunakan uang (ayat 9). Dalam ayat ini Tuhan bukan hanya menasehati kita agar bijak tetapi juga bersikap murah hati dengan uang. Tuhan Yesus juga menasehatkan agar dengan bijak mengelola kekayaan/ harta yang ada
- Mengelola uang dengan baik (ayat 10-12). Tuhan Yesus mengingatkan anak-anak Tuhan untuk setia dalam perkara-perkara kecil, maka akan dipercayakan hal-hal yang besar. Jika seseorang tidak dapat mengelola harta yang dititipkan kepada mereka dengan baik, bagimana mereka bisa dipercaya untuk memiliki harta sendiri. Oleh sebab itu kehidupan hari ini adalah suatu kepercayaan yang Allah berikan kepada kita untuk dikelola dengan baik.
- Melayani Allah dan bukan mamon (ayat 13). Jika seseorang ingin mengabdi kepada mamon dan kepada Allah maka ia akan gagal membuktikan kesetiaan yang dituntut oleh Allah.
Diringkas oleh: Ibu Juni K. T.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar