RENUNGAN SEPANJANG MINGGU
Senin, 14 Maret 2011
MINTA, CARI, KETOK!(Matius 7:7-12)
Apakah yang membuat permohonan doa kita dijawab? Kesungguhan kita berdoakah, atau kebaikan Allah yang ingin memberikan yang terbaik untuk kita? Tuhan Yesus mengajar kita bahwa keduanya tidak bertentangan tetapi saling menunjang. Kita berdoa dengan penuh kesungguhan bukan karena Allah perlu "dipaksa" oleh klaim-klaim kita, tetapi karena kita percaya Allah baik adanya.
Tuhan Yesus menegaskan kesungguhan dan ketekunan berjalan seiring dengan keyakinan bahwa doa kita disambut oleh Bapa Surgawi yang baik. Ia melukiskan hal berdoa itu dengan tiga kata kerja: minta, cari, ketok (ayat 7). Melalui ketiga kata kerja itu Ia menegaskan dua hal penting tentang doa. Pertama, posisi pendoa ada dalam posisi orang yang berkebutuhan sedangkan Tuhan dalam posisi penjawab dan pemenuh kebutuhan. Dalam posisi demikian, yang menentukan bukan pendoa tetapi sang Penjawab doa.
Kedua, ketiga kata kerja itu menekankan keserasian antara kegiatan berdoa dan sikap bersungguh serta bertekun dalam doa. Kesungguhan dan ketekunan berdoa itu lahir dari keyakinan bahwa Allah baik adanya dan pasti akan menjawab doa-doa kita sesuai dengan sifat baik sempurna-Nya sebagai Bapa Surgawi. Yesus mempertentangkan Bapa Surgawi dengan bapak duniawi. Bila bapak duniawi yang jahat saja tahu memberi yang baik kepada anak-anaknya, alangkah lebih baik lagi sikap dan tindakan Bapa Surgawi kita (ayat 11). Keyakinan akan kebaikan Allah bukan saja berdampak pada kehidupan doa kita, tetapi juga berdampak pada sikap sosial kita (ayat 12). Seperti Bapa Surgawi memberikan yang terbaik untuk kita, kita juga mau memberikan yang terbaik untuk sesama kita.
Ingat: Berdoa berarti menundukkan diri kepada kehendak Allah. Jangan menjadikan doa alat untuk mengatur atau memaksa Tuhan. Yakinlah bahwa Allah baik dan akan memberi yang terbaik bagi kita. Jangan berdoa asal-asalan sebab itu berarti menyepelekan kebaikan Tuhan.
Selasa, 15 Maret 2011
MINTA, CARI, DAN KETOK ...(Matius 7:7-11)
Doa tidak boleh dijadikan sarana semata-mata untuk meminta-minta kepada Tuhan demi memuaskan keinginan yang egosentris. Doa adalah membangun relasi yang intim dengan Tuhan. Caranya adalah membuka diri apa adanya dan dengan rendah hati memohon berkat-Nya melimpah dalam hidup kita. Tujuannya adalah hidup kita menjadi semakin dekat dengan Tuhan dan bahkan berkat-Nya mengalir keluar melalui kita kepada orang-orang di sekeliling kita.
Tuhan Yesus menggunakan tiga kata kerja untuk mendorong para murid berdoa kepada Allah Bapa. Tiga kata kerja ini adalah, pertama, mintalah! Jelas sumber segala berkat yang kita butuhkan ada pada Allah. Yang kita perlu lakukan hanyalah meminta dengan iman, yaitu percaya bahwa Dia akan memberikan yang terbaik untuk hidup kita (ayat 9-11). Kedua, carilah! Kita diperintahkan untuk mencari kehendak Allah. Allah tahu yang terbaik untuk hidup kita, tetapi kita tidak tahu. Waktu kita mencari dengan segenap hati kehendak Allah itu, maka kita akan menemukan apa yang Tuhan ingin kerjakan melalui dan di dalam anak-anak-Nya. Ketiga, ketoklah! Ada pintu yang tidak bisa kita buka sendiri karena keterbatasan kita. Hanya Allah yang dapat membukakannya bagi kita. Oleh karena itu, kita diminta untuk tekun menantikan Tuhan sendiri bertindak membukakan pintu untuk kita.
Bagaimana tahu kehendak Allah, sehingga yang kita minta memang yang Allah sediakan buat kita, dan yang kita ketok adalah pintu dari Allah yang seharusnya kita masuk? Tidak ada cara lain kecuali kita memelihara kedekatan hati kita dengan hati-Nya, sehingga pikiran kita pun bisa memahami pikiran-Nya, dan keinginan-Nya menjadi keinginan kita. Mulailah dengan doa dan membaca Alkitab setiap hari. Pakai waktu meminta hadirat-Nya, mencari pimpinan-Nya, dan bersedia masuk melalui pintu yang Ia bukakan. Selamat menjalani hidup sebagai murid Kristus!
Rabu, 16 Maret 2011
JAWABAN-NYA TAK TERDUGA (Matius 14:22-33)
Jika Yesus berjalan di atas air pada saat hari cerah dan laut tenang, rasanya para murid akan tepuk tangan dan melonjak-lonjak menyambut kedatangan-Nya. Namun, saat itu malam gulita dan cuaca buruk. Murid-murid kepayahan mendayung perahu melawan badai. Kemunculan-Nya yang dramatis dan tidak lazim bukannya membangkitkan harapan, melainkan memperparah kecemasan dan ketakutan mereka. Tak heran mereka mengira Dia hantu!
Bukankah kita kerap mengalami persoalan serupa? Kita kepayahan menghadapi masalah hidup dan sangat mengharapkan pertolongan Tuhan. Namun, kita sulit mengenali Dia karena cara kedatangan-Nya di luar dugaan kita. Atau, bentuk pertolongan-Nya berlawanan dengan keinginan kita. Bukannya membaik, keadaan tampaknya malah semakin memburuk. Dan, kita mengira tengah dicobai oleh Iblis!
Benarkah? Seseorang pernah menulis puisi: Ia meminta kekuatan, dan Allah memberinya kesulitan untuk menjadikannya kuat. Ia meminta hikmat, dan Allah memberinya masalah untuk dipecahkan. Ia meminta kemakmuran, dan Allah memberinya otak dan kegigihan untuk bekerja. Ia meminta keberanian, dan Allah memberinya bahaya untuk diatasi. Ia meminta kasih, dan Allah memberinya orang bermasalah yang perlu ditolong. Ia meminta kemurahan, dan Allah memberinya kesempatan. Ia tidak menerima satu pun yang diinginkannya; ia menerima segala sesuatu yang diperlukannya. Doanya terjawab.
Lain kali, saat keadaan berlawanan dengan harapan kita, bersiaplah: Jangan-jangan Tuhan malah tengah datang mendekat!. (ARS)
TUHAN TIDAK BERJANJI MEMUASKAN KEINGINAN KITA
NAMUN DIA PASTI MENCUKUPKAN KEBUTUHAN KITA
Kamis, 17 Maret 2011
BERDOALAH: ALLAH ENDENGARKAN! (Mazmur 34:8-17)
Sewaktu masih kecil, saya bertanya-tanya dalam hati bagaimana Allah dapat mendengarkan begitu banyak doa dalam waktu yang bersamaan. Bagaimana mungkin Dia dapat mendengarkan setiap doa dan membedakan suara-suara yang mengucapkannya? Dan bagaimana pula Dia dapat menjawab doa-doa itu bila yang seorang meminta hujan sementara yang lain meminta cuaca cerah di hari yang sama?
Masalah itu tidak lagi mengganggu saya, meskipun saya tetap tak dapat menjelaskan bagaimana Allah dapat menanggapi doa-doa kita. Bagaimanapun juga, sekarang saya tahu bahwa Allah Mahatahu dan Mahahadir, dan bahwa hikmat serta kuasa-Nya di luar jangkauan pemahaman kita.
Kita tidak perlu menanti giliran atau menunggu kesempatan yang baik untuk datang kepada-Nya. Kapan saja dan di mana saja kita dapat berdoa kepada Tuhan dengan penuh keyakinan bahwa Dia akan mendengarkan doa kita. Dan Dia tidak sekadar menerima permohonan kita Dia memahami, Dia mengerti, dan Dia memperhatikan dengan sungguh-sungguh apa yang diminta oleh anak-anak-Nya dalam iman.
Sudahkah Allah mendengar doa Anda hari ini? Dia mengundang Anda untuk menyatakan permohonan kepada-Nya. Alangkah tragisnya bila begitu banyak anak Tuhan melewatkan hari-harinya tanpa memanjatkan doa sedikit pun kepada Dia yang dengan senang hati mendengarkan suara mereka! Amsal 15:8 [menurut versi King James] menyatakan bahwa "Doa orang jujur adalah kesukaan-Nya." Oleh karena itu, berdoalah. Allah mendengarkan! [RWD]
ANDA TIDAK AKAN MENDAPATI NADA SIBUK PADA SALURAN DOA KE SURGA
Jumat, 18 Maret 2011
WALAU TIDAK MEMINTA (Markus 8:1-13)
Belum lagi dipakai tiga bulan, sepeda motor Danang sudah hilang ketika di parkir dekat gereja. Ia kecewa sekali. Ia terus berdoa agar Tuhan mengembalikan motor itu, tetapi hasilnya nihil. Berbulan-bulan ia merasa sedih karena harus naik kendaraan umum lagi. Suatu hari ia berpikir, "Dulu sebelum memiliki motor, aku bahagia ketika naik bus atau mikrolet. Mengapa sekarang tidak?" Danang lalu belajar merasa cukup dengan apa yang ada. Setahun kemudian ia besaksi, "Kini aku bahagia lagi naik kendaraan umum. Kini prinsipku: Jika Tuhan tidak mengembalikan motorku, itu berarti aku tidak membutuhkannya!"
Tuhan Yesus memberi apa yang benar-benar kita butuhkan. Ketika melihat sejumlah besar orang kelaparan karena sudah tiga hari mengikuti-Nya, Yesus tahu bahwa mereka sangat perlu makanan. Tanpa makan, banyak yang akan jatuh pingsan. Maka, walaupun mereka tidak meminta, Yesus berinisiatif memberi mereka makan roti dan ikan dengan cara ajaib. Dia tidak akan tinggal diam saat kita berhadapan dengan sebuah kebutuhan mendesak. Sebaliknya, ketika orang Farisi meminta tanda, Yesus tidak memberikannya. Mengapa? Karena Yesus tahu bukan itu yang mereka butuhkan. Yang mereka butuhkan adalah iman, bukan tanda.
Betapa sering kita bersungut-sungut ketika Tuhan tidak memberi apa yang kita minta. Kecewa saat melihat kenyataan berbeda dengan yang kita doakan dan harapkan. Kini saatnya kita belajar menjadi dewasa. Katakan pada diri sendiri: "Jika Tuhan tidak memberikan sesuatu, itu berarti aku tidak membutuhkannya. Aku bisa hidup bahagia tanpa itu!". (JTI)
Sabtu, 19 Maret 2011
MEMINTA (Lukas 11:5-13)
Seorang anak jalanan meminta-minta di pinggir jalan. Anak kita di rumah juga minta dibelikan mainan. Keduanya sama-sama meminta, tetapi ada bedanya. Anak jalanan itu datang hanya untuk meminta. Setelah kita memberinya uang, ia berterima kasih lalu pergi. Anak itu tidak ada hubungan pribadi dengan kita. Sedangkan anak kita di rumah datang kepada kita bukan melulu untuk meminta. Kadang ia juga datang untuk mengobrol atau duduk di pangkuan kita. Merasakan kehadiran kita.
Banyak orang mengikuti anjuran Yesus, "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu." Doa mereka berisi pelbagai permintaan. Hanya itu. Mereka lupa bahwa anjuran "mintalah" ini berlaku hanya jika ada hubungan akrab antara si peminta dengan orang yang dimintai. Yesus memakai perumpamaan tentang seseorang yang meminta roti kepada sahabat karibnya (ayat 7,8), lalu menggambarkan permintaan seorang anak pada bapanya (ayat 11-13). Dalam kedua kasus ini, permintaan itu dipenuhi karena adanya hubungan akrab yang penuh kasih. Dari hubungan itu muncul saling pengertian. Seandainya permintaan itu tidak dipenuhi, si peminta tidak akan kecewa, sebab ia tahu sahabat atau bapanya pasti mengupayakan yang terbaik baginya.
Mari periksa kembali kehidupan doa kita. Apakah kita berdoa hanya jika ingin meminta sesuatu? Apakah doa kita hanya berisi daftar permintaan, tetapi miskin pujian dan percakapan dari hati ke hati dengan Tuhan? Ketika datang pada Tuhan, kita datang sebagai anak, bukan sebagai pengemis. Maka, mintalah, tetapi jangan sebagai peminta-minta. (JTI)
JANGAN HANYA MENCARI BERKAT LEBIH PENTING MENCARI SANG PEMBERI BERKAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar