Renungan Harian 05-10 April 2010

RENUNGAN SEPANJANG MINGGU

Senin, 05 April 2010
KEBANGKITAN DAN HIDUP (Yohanes 11:17-27)
Percaya dan memercayakan diri adalah dua hal yang tidak selalu berjalan beriringan. Seseorang bisa mengaku percaya kepada Allah, tetapi belum tentu ia memercayakan hidupnya pada pengaturan Allah. Banyak orang Kristen yang bersikap seperti ini. Baginya percaya kepada Tuhan cukup diwujudkan dalam kesetiaan beribadah seminggu sekali, dengan mengikrarkan pengakuan iman, dan dengan persembahan ala kadarnya.
Pengakuan Marta bahwa pada akhir zaman semua orang akan dibangkitkan adalah bentuk pengakuan iman orang Yahudi pada masa itu (kecuali orang Saduki yang menolak doktrin kebangkitan orang mati). Namun, Tuhan Yesus menuntut pengakuan iman yang keluar dari hati dan kepercayaan yang sungguh dari Marta bahwa kuasa Allah yang membangkitkan orang mati pada akhir zaman ada di dalam Dia (ayat 25-26). Sebenarnya, Tuhan Yesus sedang menegaskan dua macam kebangkitan, yaitu kebangkitan fisik bagi semua orang percaya pada akhir zaman untuk menerima surga kekal (ayat 25) dan kebangkitan rohani yang sudah dialami semua orang percaya (ayat 26). Tuhan Yesus adalah Tuhan yang berkuasa pada kedua kebangkitan tersebut.
Tanpa kematian Lazarus, pengenalan Marta akan Tuhan Yesus hanya sebagai seorang nabi yang memiliki kuasa Allah untuk menyembuhkan orang sakit (lih. ayat 21-22). Justru dengan kematian Lazarus, Marta dipaksa untuk memercayakan hidupnya dan masa depannya kepada Dia yang berkuasa penuh atas hidup dan mati seseorang. Hidup kita akan berubah menjadi penuh gairah dan semangat melayani Dia kalau kita menyadari bahwa Dia adalah Kebangkitan dan Hidup. Dengan beriman kepada Yesus, kita hidup penuh dengan pengharapan untuk mengisi setiap langkah dan detik waktu kita dengan pekerjaan yang memuliakan Tuhan.
BAGAIMANAKAH PEMAHAMAN KRISTUS SEBAGAI
KEBANGKITAN DAN HIDUP MEMPENGARUHI HIDUP ANDA SEKARANG?

Selasa, 06 April 2010
SELANGKAH LEBIH MAJU (Yohanes 20:19-22)
Ada sebuah universitas di Surabaya memiliki semboyan "Selangkah Lebih Maju". Maksudnya adalah berpikir dan bertindak melampaui apa yang ada sekarang. Berorientasi ke masa depan. Lebih dulu mengantisipasi dan mempersiapkan diri untuk menghadapi masa depan. Sebuah semboyan yang bagus.
Peristiwa Paskah yang kemarin kita peringati mengingatkan kita akan sosok Yesus Kristus yang juga senantiasa "selangkah lebih maju". Sementara orang kebanyakan masih berkutat pada masa kini, Dia sudah bernubuat tentang masa depan. Sementara orang berduyun-duyun mau mendengar khotbahNya, Dia sudah mulai menyiapkan para murid yang kelak bakal meneruskan karyaNya. Sementara masih di tengah jalan, Dia sudah berbicara tentang penderitaan dan kematianNya. Sementara jasadNya mau dirempahi, Dia sudah bangkit meninggalkan kubur. Dan, sementara para murid masih terperanjat akan kebangkitanNya, Dia sudah bicara tentang Roh Pentakosta. Dia selalu "selangkah lebih maju". Mengapa? Sebab Dia Tuhan bagi masa depan.
Anda pasti mengenal lagu Paskah yang liriknya berbunyi, "S’bab Dia hidup, ada hari esok!" Ya, Paskah senantiasa mengingatkan kita bahwa Tuhan kita hidup dan Dia adalah Sang Pemilik hari esok. Tuhan yang selalu berjalan mendahului kita di depan. Memimpin dan menyediakan masa depan bagi anak-anakNya. Maka, jangan takut lagi menatap masa depan, seberat apa pun tantangan pada masa sekarang, sepahit apa pun pengalaman pada masa lalu. Ingat, kita berjalan ke depan dan Yesus sudah berjalan mendahului kita sebagai Pemimpin (PAD)
TUHAN YANG BANGKIT ITULAH PEMEGANG HARI ESOK KITA JADI,
MARI BERJALAN BERSAMA DIA!

Rabu, 07 April 2010
SUKACITA BERBUAH (Yohanes 12:20-36)
Selama minggu Paskah, Yerusalem penuh dengan para pendatang, termasuk beberapa orang Yunani yang bertanya kepada Filipus apakah mereka dapat bertemu Yesus. Sebagai jawabannya, Yesus berkata, "Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan" (Yohanes 12:23). Kemudian, tidak seperti yang diharapkan orang-orang itu, Yesus menyamakan hidup-Nya dengan biji gandum yang harus mati supaya menghasilkan banyak buah.
Sebagai orang percaya dalam Kristus, kita sering menjauhkan pemikiran tentang mati terhadap sendiri. Pada dasarnya dengan mudah kita dapat menerima bahwa sebuah benih memang harus mati (lebih dahulu) agar dapat menghasilkan kehidupan baru di musim semi. Kita tahu bahwa benih-benih itu mulai tumbuh di bawah permukaan tanah, walaupun kita tidak melihat proses terjadinya pertumbuhan itu.
Berapa tahun yang lalu anak perempuan saya diberi seperangkat perlengkapan menanam benih. Yang dipakai sebagai tanah pada perangkat itu adalah jelly transparan, yang memungkinkan kami mengamati benih yang ditanam. Berhari-hari kemudian kami bergembira menyaksikan adanya tanda kehidupan yang pertama muncul dari biji itu sampai akhirnya tumbuh sempurna.
Pada masa kini, jika kita bersedia mati terhadap diri sendiri dan membiarkan Roh Kudus mengendalikan hasrat kita yang berdosa, maka kita dapat meyakini bahwa buah Roh akan tumbuh dalam diri kita meskipun kita tidak dapat melihat proses pertumbuhannya. Kita dapat bersukacita atas setiap benih diri kita yang mati, karena itulah tanda bahwa akan tiba masa berbuah dalam kehidupan kita (JEY)
BERBUAH BAGI KRISTUS
DIMULAI KETIKA KITA MATI TERHADAP DIRI SENDIRI

Kamis, 08 April 2010
TURIS-TURIS GEREJA (Kisah Para Rasul 2:40-47)
Ya, hal ini terulang kembali. Menjelang Natal atau Paskah, gereja selalu dihadiri jemaat paling banyak sepanjang tahun. Tempat duduk bagian depan yang biasanya kosong, pada saat-saat itu terisi penuh sesuai kapasitas.
Para pemimpin gereja terkadang menyebut jemaat musiman tersebut sebagai "jemaat N dan P" orang ke gereja hanya pada saat Natal dan Paskah. Orang-orang itu membuat para pendeta merasa seakan gereja mereka memiliki daya tarik tertentu bagi para "turis" di dua musim tersebut.
Kebanyakan gereja tetap menyambut gelombang pendatang tersebut sambil berusaha meyakinkan mereka bahwa damai dan berita sukacita ada sepanjang tahun. Namun mengapa "turis-turis gereja" ini tetap tidak hadir secara teratur?
Seorang pewawancara menanyai beberapa dari orang-orang ini sebagai bahan berita pada Natal yang lalu. Seorang wanita menyatakan bahwa kesibukan dan tuntutan karirlah yang menghambat keluarganya untuk ke gereja. Kebanyakan mereka yang diwawancarai mengaku, "Saya sadar bahwa seharusnya saya lebih sering ke gereja, tetapi...." Seorang ibu berkomentar, "Ketika Natal dan Paskah tiba, saya baru teringat akan segala sesuatu yang sangat kami hargai. Saya ingin anak perempuan saya juga mengalami hal yang sama."
Gereja bukan sekadar sesuatu yang harus kita "alami" atau kita hadiri agar terhindar dari rasa bersalah. Kita harus selalu bersekutu dengan jemaat Allah kapan pun kita bisa melakukannya (Ibrani 10:24,25). Hanya dengan kebersamaan inilah kita dapat menjadi apa yang Allah harapkan (DCE)
JIKA KETIDAKHADIRAN MEMBUAT HATI MENJADI RINDU
SESUNGGUHNYA ORANG-ORANG ITU MENCINTAI GEREJA

Jumat, 09 April 2010
MENGAMPUNI MEMBEBASKAN (Roma 12:19-21)
Amy Biehl, 26 tahun, tewas mengenaskan di tangan empat pemuda kulit hitam saat melakukan pekerjaan kemanusiaan di Afrika Selatan. Peter dan Linda Biehl, orangtua Amy, berkunjung ke Afrika Selatan untuk melihat tempat di mana Amy terbunuh. Mereka pun tiba di Guguletu, daerah kumuh tempat para pemuda pembunuh Amy tinggal dan dibesarkan.
Melihat kondisi daerah itu, mereka memahami mengapa para pemuda itu tumbuh menjadi pelaku kriminal.
Mereka kemudian mendirikan Yayasan Amy Biehl. Yayasan ini didirikan agar mereka dapat memberikan pelatihan bagi para pemuda Guguletu.
Tidak hanya itu, tahun 1998, Peter dan Linda juga menerima Easy Nofomela dan Ntebecko Penny, dua dari empat pembunuh Amy, ke dalam program pelatihan mereka. "Dengan mengampuni, kami telah membebaskan diri kami sendiri," begitu Peter Biehl berkata kepada wartawan yang mewawancarainya.
Ya, pengampunan itu membebaskan. Bukan hanya membebaskan si pelaku dari rasa bersalah, tetapi juga membebaskan kita dari rasa benci, dendam, dan akar pahit. Tidak heran kalau pengampunan menjadi salah satu tema penting dalam Alkitab. Bukan berarti kita tidak boleh marah atau kesal terhadap orang yang telah berbuat tidak baik terhadap kita. Marah tentu boleh saja, asal jangan sampai menjadi dendam.
Kesal juga tidak salah, asal tidak sampai membuat kita terbakar kebencian dan berkeinginan untuk membalas. Sebab, bagaimanapun pembalasan itu bukan hak kita (ayat 19). Tugas kita adalah melakukan kebaikan kepada siapa pun, termasuk kepada orang yang telah menyakiti.(AYA)
KETIKA KITA BISA MENGAMPUNI SESEORANG
PIHAK PERTAMA YANG MENDAPAT MANFAAT ADALAH DIRI KITA SENDIRI

Sabtu, 10 April 2010
JUNI YANG DINGIN (Ibrani 10:19-25 )
Seorang bayi membutuhkan setidaknya empat hal: makanan, udara segar, latihan dan bantuan sesamanya. Ini juga terjadi dalam kehidupan rohani. Kita membutuhkan makanan (melalui Pemahaman Alkitab), udara segar (melalui doa), latihan (melalui pelayanan dan bersaksi) dan bantuan sesama (melalui persekutuan di antara jemaat). Seorang pengikut Kristus yang mengabaikan salah satu dari keempat hal ini tidak dapat diharapkan menjadi pengikut yang mantap dan bertumbuh dalam kehidupan rohaninya.
Hal ini mengingatkan saya akan cerita tentang seseorang bernama Bill. Ia tidak pernah pergi ke gereja seumur hidupnya. Walau diajak dengan cara apa pun, tak seorang pun dapat mempengaruhinya untuk hadir sekalipun pada hari-hari khusus seperti Natal atau Paskah. "Jika udara sangat dingin di bulan Juni," katanya, "saya mau pergi ke gereja."
Pada suatu tahun tertentu tidak biasanya terjadi musim semi yang dingin hingga memasuki bulan Juni. Di awal bulan selama beberapa malam suhu udara turun membeku. Setiap orang teringat akan Bill dan perkataannya. Barangkali cuaca dingin kali ini akhirnya akan membawa Bill hadir di gereja.
Benar! Pada suatu hari Minggu, untuk pertama kalinya Bill muncul di gedung gereja--sementara suara organ mengiringinya dengan lembut. Enam orang membawa Bill masuk! Akhirnya Bill melakukannya juga, tetapi ia berada dalam keadaan terbaring dalam peti mati, bukan duduk di bangku gereja.
Janganlah terjadi seperti Bill tua itu! (HGB)
MEREKA YANG BERANGGAPAN TIDAK MEMBUTUHKAN GEREJA
TIDAK AKAN MEMIKIRKAN ALLAH YANG MENDIRIKAN GEREJA ITU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar