Renungan Harian 13-18 Juli 2009

RENUNGAN HARIAN SEPANJANG MINGGU

Senin, 13 Juli 2009
BIARLAH ALLAH YANG MENILAI. (2Korintus 10)

Pernahkah Anda mencoba mendefinisikan sebuah kata dengan menggunakan kata itu sendiri? Anda tak perlu mencobanya karena Anda tak akan berhasil. Anda tidak dapat menjelaskan sebuah istilah dengan cara membandingkannya dengan kata itu sendiri. Sebagai contoh, Anda tidak dapat berkata, "Menjadi sombong artinya dipenuhi dengan kesombongan."
Fakta juga menunjukkan bahwa Anda tak dapat menggambarkan sebuah kata dengan membuat definisi Anda sendiri. Mungkin Anda senang bermain-main, seperti yang kadangkala dilakukan oleh keluarga kami, dengan berlomba mencari definisi terlucu dari sebuah kata yang tidak diketahui artinya. Tetapi sesungguhnya kita dapat mencari arti sebuah kata dengan cara membuka kamus.
Kebenaran ini juga berlaku dalam menilai karakter seseorang. Dalam 2 Korintus 10, Rasul Paulus menunjukkan kebodohan manusia yang mencoba menilai karakter diri sendiri dengan menggunakan pendapat sendiri (ayat 12-18). Kita bisa salah dalam menilai diri sendiri bila kita mengandalkan pedoman kita sendiri. Kita harus menggunakan ukuran yang Allah berikan. Dia menilai hidup kita dengan standar karakter dan tujuan-Nya yang tak pernah berubah. Siapa diri kita adalah siapa kita menurut penilaian Tuhan.
Ketika kita melihat kehidupan kita dan hal-hal yang kita lakukan dalam melayani Tuhan, biarlah kita tidak terlalu cepat memuji diri. Cara yang benar untuk menguji adalah dengan melihat diri sendiri, apakah kita benar-benar termasuk "orang yang dipuji Tuhan" (ayat 18). (MRDII). (www. Sabda. org).

UNTUK MELIHAT DIRI ANDA YANG SEBENARNYA
PANDANGLAH KRISTUS

Selasa, 14 Juli 2009
DOSA TERAKHIR YANG HARUS DIBUANG. (1Tawarikh 21:1-13)

Rasul Paulus menasihatkan agar kita "menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani" (2 Korintus 7:1). Meskipun di mata orang lain kita terlihat hidup suci dan bermoral, tetapi di dalam jiwa kita mungkin saja tersembunyi suatu sikap yang tidak menyenangkan Tuhan. Karena dosa-dosa rohani tidak terlihat dan tersembunyi di dalam hati, maka kita cenderung mengabaikannya sampai keberadaan dosa-dosa tersebut tampak melalui tingkah laku kita.
Kehidupan Raja Daud menggambarkan kedua aspek dari dosa ini. Pertama, nafsu birahi Daud terhadap Batsyeba telah membawanya pada perzinahan dan pembunuhan yang tampak nyata (2Samuel 11-12; Mazmur 32:5) serta membawa kesusahan besar bagi hidupnya sendiri dan celaan bagi bangsa Israel. Kedua, di usia senjanya Daud menyerah pada hasutan Setan untuk mengadakan sensus (1Tawarikh 21:1-6). Hal yang kelihatannya tidak berdosa itu ternyata telah membuat Allah murka (ayat 7-8) karena dengan demikian Daud menyombongkan kekuatan militernya. Di sini terjadi kemerosotan yang tak kentara dalam diri Daud. Tadinya ia selalu percaya penuh kepada Allah yang sering kali melepaskannya dari bahaya secara ajaib, tetapi kini ia malah mengandalkan kemampuan dan kekuatannya sendiri.
Dari luar, orang lain mungkin melihat bahwa kita berhasil memenangkan peperangan melawan dosa. Namun kita harus senantiasa waspada terhadap dosa-dosa rohani, terutama kesombongan. Dosa-dosa tersebut dapat menyebabkan kita tersandung dan jatuh, bahkan di akhir perjalanan hidup kita. (DJD) (www. Sabda. org)

KESOMBONGAN ADALAH BATU YANG MEMBUAT
BANYAK ORANG TERSANDUNG

Rabu, 15 Juli 2009
ANDA SUKA BERDUSTA?. (Kolose 3:1-11)

Tampaknya berdusta sudah menjadi cara hidup yang lazim dianut oleh kebanyakan orang. Beberapa tahun yang lalu sebuah penelitian membuktikan bahwa 91% orang telah biasa berdusta berkaitan dengan hal-hal yang dianggap sepele; 36% orang berdusta mengenai hal-hal yang penting; 86% mengaku sering berdusta kepada orangtua; 75% berdusta kepada teman-teman; 73% kepada saudara kandung; dan 69% kepada pasangannya.
Mengatakan kebenaran sudah seharusnya menjadi salah satu ciri utama dari seorang pengikut Kristus. Menurut Kolose 3:9, orang-orang percaya tidak boleh berdusta, karena ia telah "menanggalkan manusia lama serta kelakuannya." Ketika kita berdusta, itu berarti kita sedang mengikuti jejak Setan, "sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta" (Yohanes 8:44).
Sesungguhnya dusta berdasar pada pemikiran yang salah, yakni bahwa dengan menyangkal fakta kita mengira dapat menyembunyikan kesalahan dan melindungi diri dari kebenaran. Pada kenyataannya, berdusta justru memperberat masalah. Di sisi lain, pengakuan yang jujur adalah cara tercepat untuk mendapatkan pengampunan dan membuat kita kembali pada pimpinan dan pemeliharaan Allah.
Bapa, tolong kami dalam menapaki hidup hari ini supaya kami tidak merasa perlu menutupi apa pun yang kami lakukan atau katakan. Ketika kami berdosa, berilah kami keberanian untuk menghampiri terang kebenaran dan tidak bersembunyi di balik gelapnya dusta yang fana. (MRD II). (www. Sabda. org)
UNTUK MENGHINDARI DUSTA
JANGAN LAKUKAN HAL YANG PERLU DITUTUP-TUTUPI

Kamis, 16 Juli 2009
PENYANYI BOHONG. (Amsal 12:13-22)

Ada banyak cara untuk berbohong. Sebagian orang yang mengaku tidak pernah berdusta akan tercengang jika mau menghitung banyaknya dusta yang mereka nyanyikan setiap Minggu di gereja.
Bertahun-tahun lalu saya pernah membaca sebuah artikel yang ditulis seorang pengarang tak dikenal, “Baru saja kita menyanyi ‘Sweet Hour Of Prayer’ (Jam Doa yang Indah) namun pada kenyataannya kita sudah merasa cukup hanya dengan 10-15 menit berdoa setiap hari. Kita menyanyi ‘Onward Christian Soldiers’ (Maju Laskar Kristus), namun kita cenderung menunggu ditarik dan dipanggil untuk bergabung dalam pelayanan. Kita juga ikut melantunkan ‘O For A Thousand Tongues To Sing’ (Seribu Lidah Menyanyi), namun dalam hidup sehari-hari kita tidak memakai lidah kita untuk memuliakan Dia.
“Kita sering menyanyikan ‘There Shall Be Showers Of Blessing’ (Akan Ada Berkat Tercurah) dengan penuh semangat dalam cuaca cerah, namun ketika Tuhan menurunkan sedikit hujan, kita sudah merasa mustahil untuk pergi ke gereja. Kita menyanyikan ‘Blest Be The Tie That Binds’ (Diberkatilah Ikatan yang Menyatukan), namun kita membiarkan sakit hati merusak ikatan persaudaraan yang berharga. Kita pun menyanyikan ‘Serve The Lord With Gladness’ (Layanilah Tuhan Dengan Sukacita), namun kita terus-menerus mengeluh tentang semua yang harus kita lakukan.”
Ingat, dusta tetaplah dusta, baik dalam bentuk perkataan ataupun nyanyian. Lain kali jika Anda membuka buku nyanyian, pastikanlah bahwa Anda bersungguh-sungguh dengan nyanyian yang keluar dari mulut Anda.
Jangan menjadi penyanyi bohong. (HGB) (www. Sabda. org)

DARI SEMUA YANG PERNAH KITA KATAKAN
ADA BEGITU BANYAK YANG TIDAK KITA LAKUKAN

Jumat, 17 Juli 2009
MEMBANGUN INTEGRITAS. (Kisah Para Rasul 5:1-11)

Suatu hari yang cerah, empat murid SMU tak dapat mengatasi godaan untuk membolos. Keesokan harinya mereka menjelaskan kepada guru bahwa mereka tidak masuk sekolah karena ban mobil kempes. Melegakan sekali ketika guru mereka tersenyum dan berkata, "Kalian ketinggalan satu tes kecil kemarin, sekarang duduklah dan keluarkan pensil serta kertas." Ia menunggu mereka duduk, mengeluarkan alat tulis dan siap mengerjakan tes kecil itu. Kemudian ia berkata, "Pertanyaan pertama: ban sebelah mana yang kempes?"
Tak seorang pun dapat terbebas dari perbuatan dusta. Dalam Kisah Para Rasul 5, Ananias dan Safira mengira mereka hanya berdusta kepada Petrus dan saudara-saudara seiman lainnya. Tetapi rasul itu berkata kepada mereka, "Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah."
Allah adalah kebenaran. Jika kita berdusta, kita menyakiti-Nya. Dan cepat atau lambat Dia akan menyingkap setiap kebohongan bila tidak di dalam hidup ini, pastilah pada hari penghakiman kelak (Roma 14:10-12).
Kita hidup di dunia yang penuh persaingan, dan kadang-kadang kita mudah tergoda untuk menutupi kebenaran supaya dapat terus maju. Namun hasil yang diperoleh dalam waktu singkat karena berdusta tidaklah berarti bila dibandingkan dengan manfaat jangka panjang karena melakukan kebenaran.
Jika Anda sudah menipu seseorang, akuilah hal itu kepadanya dan kepada Tuhan. Mungkin itu tampak merendahkan diri, tetapi itulah langkah awal untuk membangun integritas hidup Anda. (DJD). (www. Sabda. org)

UNTUK MENGHINDARI DUSTA
JANGAN LAKUKAN HAL-HAL YANG PERLU DITUTUPI

Sabtu, 18 Juli 2009
YANG TERBAIK UNTUK ALLAH. (1Tawarikh 22)

Kami telah berlatih menyanyikan suatu lagu selama beberapa minggu,dan kedengarannya sudah baik. Sebenarnya, ada satu bagian sulit yang belum dapat kami nyanyikan dengan benar. Namun, kami menganggapnya sudah cukup baik. Pemimpin paduan suara kami tampaknya setuju. Ia juga sudah lelah melatih bagian yang sulit itu berkali-kali.
Akhirnya ia berkata, "Kita sudah bekerja keras untuk menyanyikan bagian yang sulit itu. Anda semua lelah. Saya pun lelah. Waktu kita tinggal sedikit. Lagi pula 99 persen orang tidak akan tahu apakah kita menyanyikan bagian itu dengan benar atau tidak." Kami pun mulai mengemasi buku musik kami, tetapi tiba-tiba ia melanjutkan, "Namun, kita akan menyanyi dengan benar untuk satu persen jemaat yang mengetahui perbedaannya." Kami mengeluh sambil membuka kembali buku musik kami di halaman yang kumal karena sudah sering dilatihkan.
Pada Minggu pagi ketika kami menyanyikan keseluruhan lagu itu dengan benar, hanya sedikit orang yang mengetahuinya. Namun, itu tidak penting. Yang terpenting adalah bahwa kami menyanyikannya dengan sepenuh hati untuk Seorang Pendengar Seorang Pendengar yang layak menerima puji-pujian yang terbaik.
Raja Daud ingin membangun rumah Tuhan yang "luar biasa megahnya" (1Tawarikh 22:5). Jadi, sebelum wafat ia memastikan bahwa putranya, Salomo, punya segala sesuatu untuk membangun Bait Suci itu; emas, perak, tembaga, besi, kayu, batu yang sangat banyak, dan orang-orang yang ahli (ayat 14,15).
Apa pun yang kita lakukan, Seorang Pendengar itu patut menerima yang terbaik dari kita. (JAL) (www. Sabda. org)

SAAT KITA MENYEMBAH ALLAH
HANYA YANG TERBAIKLAH YANG PATUT KITA BERIKAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar