Renungan Harian

Renungan Harian 19-25 April 2009

Senin, 20 April 2009

DULU TIANG AWAN DAN TIAP API, SEKARANG? (Keluaran 13:17-22).
Setiap orang yang berpergian biasanya selalu mencari jarak yang terdekat untuk sampai pada tujuan. Selain menghemat bahan bakar juga menghemat waktu. Namun, tidak demikian dengan pimpinan Tuhan atas bangsa Israel. Tuhan tidak menuntun bangsa Israel untuk pergi ke Kanaan melalui jalan yang paling dekat, tetapi justru melalui jalan yang berputar melewati padang gurun (ayat 18).
Tuhan memimpin bangsa Israel melalui padang gurun bukan semata-mata untuk menghindari peperangan di awal perjalanan yang dapat menyebabkan Israel menyesal ke luar dari Mesir lalu berniat untuk kembali ke sana (ayat 17b). Tuhan berkehendak melatih iman mereka untuk menerima kepemimpinan-Nya. Iman itu sudah ditunjukkan dengan kesediaan mereka keluar dari Mesir sambil membawa serta tulang-tulang Yusuf, nenek moyang mereka, agar dikuburkan di tanah perjanjian (ayat 19; Kej. 50:24-25). Jadi, mereka sudah memercayai janji Allah. Sekarang mereka belajar memercayai cara Allah memimpin mereka. Apakah cara Allah itu? Setelah bangsa Israel keluar dari Mesir, Tuhan dengan jelas menyatakan pimpinan-Nya dengan berjalan di depan bangsa Israel. Pada siang hari Tuhan memimpin dalam tiang awan dan dalam tiang api untuk menerangi mereka pada malam hari (ayat 21-22). Pimpinan Tuhan ini tidak hanya dinyatakan pada awal perjalanan mereka, tetapi secara konsisten Tuhan memimpin langkah-langkah mereka menuju ke Tanah Kanaan.
Hari ini Tuhan memimpin Gereja dalam perjalanan mengarungi padang gurun dunia ini. Tuhan memimpin orang Kristen bukan melalui tiang awan atau tiang api, namun melalui firman Tuhan. Alkitab adalah firman Tuhan. Pe Mazmur menulis "Firman-Mu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku (Maz. 119:105). Oleh karena itu untuk mengetahui pimpinan Tuhan dalam hidup Anda, baca dan pelajari Alkitab.
Renungkan: Pimpinan Tuhan jelas dan tegas, nyata dalam firman-Nya. Itu sebabnya anak-anak Tuhan harus membaca dan merenungkannya.

Selasa, 21 April 2009
PENYERTAAN TUHAN. (Bilangan 9:15-23)
Kompas adalah penunjuk arah yang telah sangat menolong para penjelajah dunia. Namun sekarang banyak orang lebih suka menggunakan GPS (Global Positioning System), yakni sebuah instrumen interaktif yang dioperasikan lewat satelit dan berisi informasi peta perjalanan. Jika kita mengerti cara membaca petunjuk GPS tersebut, kita tidak mungkin tersesat. Alat canggih ini akan memberi tahu kita ke mana arah yang harus dituju. Betapa indahnya bila kita memiliki sebuah "GPS kehidupan" di sepanjang perjalanan kita di dunia ini.
Umat Tuhan mengalami kehadiran dan penyertaan Tuhan lewat "GPS istimewa" yang tak akan terulang dalam sejarah manusia-tiang awan (ayat 16). Melebihi akal. Tuhan menjamin bahwa mereka takkan pernah tersesat saat menuju tanah perjanjian. Syaratnya hanyalah mengikuti jadwal perjalanan tiang awan yang Tuhan sediakan. Saat itu, umat pilihan tidak tahu apa yang terjadi di luar lingkup perkemahan mereka. Namun, Tuhan Allah tahu benar kapan mereka harus berangkat dan berjalan. Jadi, umat Tuhan menempuh perjalanan dengan iman bahwa petunjuk tiang awan pasti benar, sebab itu berasal dari Tuhan (ayat 22, 23).
Sampai sekarang pun, sebetulnya Tuhan senantiasa memberi penunjuk arah bagi kita. Ada sebuah "GPS rohani" bagi setiap kita dalam menjalani hidup. Masalahnya, apakah kita peka terhadapnya, hingga kita cukup cakap untuk "membacanya"? Agar kita memiliki kepekaan atas arah yang ditunjukkan, kita perlu memiliki kedekatan pribadi dengan Tuhan. Hanya dengan demikian "GPS rohani" kita tetap berjalan.
Renungkan: Hidup adalah perjalanan panjang tanpa penunjuk arah yang pasti kita sangat mudah tersesat. (BL)

Rabu, 22 April 2009
TUHAN, TIDAKKAH ENGKAU PEDULI?. (Markus 4:35-41)
Dua dari pertanyaan paling keras yang terdapat dalam Perjanjian Baru diajukan kepada Yesus oleh orang-orang yang sangat mengasihi Dia. Ketika badai yang dahsyat mengancam hendak menenggelamkan perahu murid-murid di Laut Galilea, mereka bertanya, "Guru, Engkau tidak peduli kalau kita binasa?" (Markus 4:38). Pada peristiwa yang lain, saat Maria dengan santai mendengarkan Yesus, Marta yang sedang sibuk melayani datang dari dapur dan berkata, "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri?" (Lukas 10:40).
Kedua pertanyaan tersebut dilontarkan oleh orang-orang yang telah melihat kuasa Yesus sehingga mereka berharap agar Dia bertindak dan melegakan kecemasan mereka. Bila seolah Tuhan mengabaikan situasi yang mereka alami, kejengkelan mereka pun meningkat sehingga mereka berkata: "Tidakkah Engkau peduli?"
Kitab Suci tidak memberitahu kita tentang bagaimana nada suara Yesus, tetapi saya menduga bahwa jawaban yang diberikan-Nya lembut dan penuh perhatian. "Mengapa kamu begitu takut?" (Markus 4:40). "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara" (Lukas 10:41).
Saat kita merasa sendiri atau dalam keadaan yang sulit, seringkali kita berseru, "Tuhan, tidakkah Engkau peduli?" Namun, pada saat Yesus meredakan badai hidup kita dan menyebut nama kita, kita akan menyadari bahwa kita masih harus belajar banyak tentang kasih-Nya kepada kita, sehingga kita pun rindu untuk mempercayai Dia dengan segenap perhatian kita.
Renungkan: Yesus mempedulikanmu!. (DCM)

Kamis, 23 April 2009
SERTAI AKU TUHAN!. (Roma 8:35-39)
Kadangkala penderitaan terasa begitu hebat sehingga kita merasa tak sanggup lagi menanggungnya. Pada saat-saat seperti ini, Yesus meyakinkan kita akan kehadiran-Nya dan memeliharakan kita, walaupun karena berbagai alasan yang tidak kita mengerti, kesusahan itu tak kunjung berakhir.
Dr. Diane Komp, seorang spesialis kanker pada anak-anak di Universitas Yale, seringkali harus melakukan prosedur pengobatan yang sangat menyakitkan bagi anak-anak. Ia bercerita tentang seorang asisten perawat yang luar biasa bernama JoAnn, yang mencerminkan kasih Allah. Selama pengobatan berlangsung, JoAnn masuk dan memeluk anak yang sedang dirawat. Lalu JoAnn berkata bahwa ia akan menemani anak itu. Pelukannya, kata-katanya yang penuh kasih serta penghiburannya telah menolong banyak anak dalam melewati saat-saat yang sulit itu.
Itulah sekilas gambaran tentang apa yang Yesus lakukan bagi orang yang mempercayai-Nya ketika dalam penderitaan. Dia mendekap kita dan berkata bahwa Dia akan menyertai dalam penderitaan kita, karena tak ada sesuatu pun yang dapat memisahkan kita dari kasih-Nya (Roma 8:39).
Betapa sering kita berseru agar dilepaskan dari penderitaan tetapi kelepasan itu tak kunjung datang. Penderitaan itu tetap ada, tetapi kita juga tetap dapat merasakan kehadiran Allah. Dan, bila kita merenung sejenak, kita akan melihat bagaimana Allah menyertai, memelihara, dan memenuhi setiap kebutuhan kita yang terdalam.
Sesulit apa pun situasi yang Anda hadapi hari ini, ingatlah bahwa Yesus menyertai Anda.
Renungkan: Kita dapat melalui segala sesuatu jika kita tahu bahwa Yesus beserta kita. (DJD)

Jumat, 24 April 2009
SAAT IMAN GOYAH. (Kisah Para Rasul 7:54-60)
Blandina adalah nama seorang perempuan kristiani yang meninggal karena sebuah penganiayaan di Lyon, Prancis, pada tahun 177. Ia mengalami siksaan begitu rupa, tetapi ia tetap mempertahankan imannya kepada Tuhan Yesus. Sampai-sampai, walaupun sang penyiksa sudah kelelahan dan frustrasi menyiksanya, ia tetap pada pendirian dan keyakinannya.
Kematian Blandina ini mengikuti jejak kematian Stefanus, martir kristiani pertama yang kisahnya tercatat dalam Kisah Para Rasul 7. Saat itu penganiayaan terhadap jemaat kristiani semakin nyata terjadi. Aniaya itu dimulai dengan ancaman kepada Rasul Petrus dan Rasul Yohanes dalam Kisah Para Rasul 4 dan 5. Kemudian disusul dengan hukuman mati bagi Stefanus. Namun, mereka semua rela dan bahkan bersukacita atas terjadinya penganiayaan tersebut (Kisah Para Rasul 5:41). Ini dimungkinkan karena iman keyakinan mereka akan Yesus sangat teguh. Keyakinan ini dapat terbangun karena mereka sudah melihat sendiri karya Tuhan Yesus dalam hidup mereka.
Dalam hidup kita sebagai orang percaya, ada masa-masa ketika iman kita menjadi goyah. Pada saat itu kita mungkin mempertanyakan tentang keberadaan Allah, tentang kasih-Nya, tentang kehidupan, tentang kematian, tentang kebangkitan Yesus, dan sebagainya. Di saat-saat demikian, mari kita mengenang kisah para martir kristiani di masa lalu seperti Stefanus dan Blandina. Mungkinkah mereka rela mati jikalau mereka tidak sungguh-sungguh yakin bahwa iman yang mereka miliki, dan juga kita miliki ini, sungguh-sungguh benar?.
Renungkan: Kesetiaan dan pengorbanan para martir kristiani adalah salah satu bukti kuat tentang kebenaran iman kita. (ALS)

Sabtu, 25 April 2009
ORANG MENYENANGKAN. (Lukas 2:41-52)
Surat kabar lokal memberitakan kematian seorang pelempar bola bisbol semi-profesional yang selalu saya kagumi saat saya remaja. Namanya Elmer "Si Kidal" Nyenhouse. Ia adalah seorang kristiani yang menyenangkan. Artikel tersebut menceritakan bahwa ia aktif di gerejanya, dan merupakan anggota yang dihormati di dalam komunitasnya hingga kematiannya pada usia 88 tahun.
Dalam beberapa kesempatan saya menonton lemparan "Si Kidal" melawan tim semi-profesional terbaik, Chickie Giants. Mengetahui bahwa Elmer adalah seorang kristiani yang saleh, sebagian lawannya berusaha memancing emosinya (seperti saat tim Elmer ketinggalan angka). Mereka berlutut di tempat duduk dan berteriak, "Lebih baik engkau berlutut dan berdoa, Elmer!" "Si Kidal" tetap tenang. Mereka yang mengejek dia sebenarnya menghormatinya.
Saat Yesus tumbuh dewasa, Dia "makin dikasihi oleh Allah dan manusia" (Lukas 2:52). Orang-orang datang kepada-Nya. Kasih mereka kepada-Nya tentu saja membuat gelisah para ahli Taurat yang membenci Dia karena pengajaran-Nya, dan mereka "mencari jalan, bagaimana mereka dapat membunuh Yesus, sebab mereka takut kepada orang banyak" (Lukas 22:2).
Saat ini, seperti biasa, ada sebagian orang yang membenci Anda karena Anda terang-terangan mengikuti Yesus. Namun, pastikan bahwa kebencian mereka bukan karena sifat Anda yang tidak menyenangkan, penuh kritik, dan sulit diajak bergaul. Menjadi orang yang menyenangkan berarti menjadi seperti Yesus.
Renungkan: Orang seperti Kristus menyenangkan walaupun dibenci oleh sebagian orang. (Herb Vander Lugt )




Tidak ada komentar:

Posting Komentar