Mimbar Gereja u/Warta 02 Agustus 2015

GIA Sby (Darmo Harapan Pagi)
Minggu, 26 Juli 2015
HAGAR DAN SARA (Galatia 4:12-20)
Oleh: Pdt. Wahyu Pramudia

Ketika kita hidup dalam dunia ini maka semua orang akan selalu melihat siapa kita, identitas kita dan dari identitas kita orang mengharapkan muncul perilaku tertentu. Ketika antara identitas dan perlaku tidak cocok maka orang-orang menaruh keberatan dan berkata: “ dia orang kristen tetapi kok seperti itu kelakuannya”. Kita hidup dalam dunia dimana orang melihat identitas kita dan orang menaruh harapan bahwa kita hidup sesuai dengan identitas itu. Pergumulan tentang identitas ini mewarnai Galatia 4, ini merupakan uraian lebih lanjut dari surat Galatia tentang keheranan Paulus yang melihat orang-orang kristen yang sudah ditebus oleh darah Kristus dan mempunyai identitas sebagai anak-anak Tuhan namun masih menjalankan dan  hidup di bawah tuntutan Taurat dan dosa. Alkitab dengan jelas mengajarkan kepada kita ketika percaya kepada Tuhan maka kita dibebaskan kita dari tuntutan Taurat yang tidak mungkin terpenuhi itu. 
Dalam Galatia 4:31 rasul Paulus memakai 2 gambaran yakni peristiwa sejarah yang mereka ketahui. Yakni kisah Abraham. Abraham mempunyai istri yakni Sara, oleh karena Sara tidak segera mempunyai anak maka Abraham mengambil Hagar yang adalah hamba menjadi istrinya. Kisah sejarah ini dipakai sebagai sebuah penggambaran bahwa orang-orang percaya identitasnya adalah anak-anak merdeka yakni anak-anak dari Sara bukan anak-anak hamba yang adalah anak-anak Hagar. Identitas ini perlu dijelaskan, jika orang-orang percaya adalah anak-anak merdeka maka hiduplah sebagai orang yang merdeka tidak lagi memenuhi tuntutan Taurat yang sudah dipenuhi oleh Kristus. Hukum Taurat diberikan supaya kita sadar bahwa kita adalah orang-orang berdosa. Hukum Taurat itu seperti sebuah cermin untuk menunjukkan bahwa manusia itu berdosa ada yang tidak beres dengan dirinya dan tentunya  kita tidak dapat menyucikan diri kita sendiri Kristus adalah anugrah Tuhan  yang menyelamatkan  kita dari segala dosa-dosa kita. Rasul Paulus heran melihat ada orang-orang yang telah menerima keselamatan di dalam Kristus kini mereka berjuang dengan kekuatan mereka sendiri untuk memenuhi tuntutan hukum Taurat. Setiap orang-orang percaya adalah anak-anak sara yang adalah anak-anak merdeka bukan anak-anak Hagar yang masih terikat dalam perhambaan (ayat 28). Pertanyaannya adalah jika Kristus sudah menyelamatkan kita dan kita tidak lagi hidup di bawah tuntan hukum Taurat tetapi ada dalam anugrah Tuhan apakah hidup kita boleh sembarangan? Kita tahu bersama bahwa Kristus telah mengampuni kita dan pengampunannya adalah pasti namun hal itu bukan berarti membuat hidup kita sembarangan. Karena dosa selalu punya akibatnya, meskipun pengampunan itu diberikan kepada kita. pengampunan Tuhan tidak melepaskan kita dari akibat perbuatan kita. Pengampunan itu pasti namun dalam anugrah itu Tuhan mendidik kita untuk bertanggung jawab dengan hidup kita. Orang-orang yang sudah dimerdekakan oleh anugrah Allah bebas dari tuntutan Taurat tetapi mereka akan menjalani hidup mereka dengan mensyukuri anugrah yang Tuhan sudah beri meskipun perjalanan iman kita sering jatuh bangun, tetapi Tuhan tidak mencari kesempurnaan namun Dia mencari pertumbuhan.
Biarlah setiap kita  boleh menjadi anak-anak Tuhan yang mengetahui dan menyadari identitas kita yang adalah anak-anak sara yakni anak-anak merdeka. Yang telah menerima anugrah Tuhan dan mengalami perubahan yang terjadi di dalam hidup kita dan perubahan itu dilihat oleh orang-orang di sekitar kita. identitas bagi orang yang sudah dimerdekakan oleh Kristus mesti terbukti dalam sebuah hidup yang mensyukuri anugrah itu, perlahan namun pasti berubah.

Diringkas oleh: Pdm. Rian Waruwu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar