RENUNGAN SEPANJANG MINGGU
Senin, 01 Juni 2015
LANGKAH SURUT (Galatia 3:1-5)
Pada dua pasal pertama Paulus menyatakan sikap dan pandangannya terhadap kebenaran Injil serta dasar-dasar ia bersikap sedemikian. Maka dalam pasal tiga dan empat ini Paulus menggunakan argumentasi dari pengalaman iman jemaat Galatia sendiri dan dari ajaran Alkitab Perjanjian Lama.
Paulus menegur jemaat Galatia dengan keras karena tindakan bodoh mereka membiarkan diri diperdaya oleh ajaran-ajaran yang salah tentang Taurat sehingga mereka berpaling dari kebenaran Injil. Argumentasi Paulus jelas. Pertama, Yesus Kristus yang tersalib telah dibeberkan dengan jelas kepada mereka. Ini mencakup inti Injil itu sendiri: sebab dan tujuan kematian-Nya, kehendak Allah yang mendasarinya, serta kebangkitan-Nya (ayat 1; lihat 1:1-4). Kedua, dengan pertanyaan retoris Paulus menegaskan bahwa umat Kristen Galatia telah menerima Roh Kudus karena mereka percaya pada Injil dan bukan karena mereka memberlakukan Taurat dalam hidup mereka (ayat 2). Ketiga, karena iman umat Kristen di Galatia telah menyaksikan mukjizat (yang dilakukan oleh Rasul Paulus) sebagai tanda kesahihan Injil (ayat 5; bdk. Ibr 2:4; Rm 15:18-19; 2Kor 12:12). Pengalaman jemaat Galatia jelas: mereka telah diselamatkan melalui karya Yesus Kristus di kayu Salib oleh pekerjaan Roh Kudus. Maka berpaling dari Injil berarti "telah memulai dengan Roh dan mengakhirinya di dalam daging"(ayat 3). Hal ini adalah suatu langkah surut, suatu kesia-siaan (ayat 4).
Pengalaman iman orang Kristen sejati adalah dosa-dosanya sudah diampuni oleh kematian Kristus dan oleh Roh Kudus dirinya telah dilahirbarukan menjadi anak Allah. Kalau sekarang kita memperhambakan diri lagi kepada peraturan-peraturan Taurat atau ajaran-ajaran apa pun yang menuntut perbuatan sebagai syarat keselamatan, itu sama saja dengan langkah surut, kesia-siaan, dan kebodohan!
MENGANDALKAN PERBUATAN BAIK ADALAH SIKAP YANG MENODAI DAN MERENDAHKAN INJIL.Sumber: http://www.sabda.org/publikasi/e-sh/2005/06/08
Selasa, 02 Juni 2015
HINDARI KEBODOHAN IMAN (Galatia 3:1-14)
Seseorang yang sudah mengalami pembaharuan hidup tentunya tidak akan kembali lagi ke dalam kehidupan yang lama. Ketika seseorang kembali lagi ke dalam kehidupan yang lama, dia dapat disebut bodoh.
Kebodohan jemaat di Galatia bukanlah masalah intelektual, melainkan masalah iman. Paulus mengecam iman mereka yang lemah karena mereka kembali percaya bahwa mereka dibenarkan karena melakukan hukum Taurat. Paulus juga mengecam kebanggaan mereka sebagai keturunan Abraham.
Sangat disayangkan bahwa iman jemaat Galatia dibangun di atas dasar perbuatan dan garis keturunan, padahal Rasul Paulus telah mengajar tentang Yesus Kristus secara jelas kepada mereka (1). Mereka juga telah mengalami kehadiran Tuhan di dalam persekutuan mereka, tetapi mereka begitu cepat berbalik dari Injil dan kembali pada iman terhadap hal yang sia-sia. Jelas hal ini mengecewakan rasul Paulus. Oleh karena itu, ia tidak segan menyebut mereka bodoh.
Kita harus memahami bahwa perbuatan dan garis keturunan tidak bisa menyelamatkan kita atau siapapun. Pembenaran yang memungkinkan kita memperoleh anugerah keselamatan hanya dapat kita peroleh di dalam iman kepada Yesus Kristus, yang telah menebus kita dari belenggu dosa (13). Kita dianggap benar bukan karena kita memang benar atau telah melakukan yang benar, tetapi karena Tuhan Yesus telah menanggung semua dosa kita. Kita dibenarkan di hadapan Tuhan bukan karena perbuatan baik, garis keturunan, atau pun karena ketaatan kita melakukan hukum Taurat. Semua itu tidak memadai untuk membuat kita dibenarkan di hadapan Tuhan (12).
Tuhan Yesus menggantikan kita menanggung hukuman dosa supaya kita dibenarkan di dalam Dia. Dengan iman kepada Kristus, kita menerima pembenaran atas diri kita. Jadi bukan karena kemampuan kita, kita dapat dibenarkan.
HANYA KARENA ANUGERAH ALLAH DI DALAM KRISTUS SAJA MAKA KITA DIBENARKAN-NYA. INILAH IMAN YANG MENYELAMATKAN!Sumber: http://www.sabda.org/publikasi/e-sh/2011/08/25
Rabu, 03 Juni 2015
SUSAHNYA BERUBAH
Setiap tahun, 600.000 orang Amerika menjalani operasi bypass jantung. Ini hanya solusi sementara. Pasca operasi, mereka selalu diingatkan supaya mengubah gaya hidup. Mereka harus mengubah pola makan, berhenti merokok, dan berolahraga. Jika tidak, kondisi jantung akan memburuk dan membahayakan jiwa. Penelitian menunjukkan ternyata 90% pasien tidak mengubah gaya hidupnya sekalipun terancam maut. Mengapa? Karena sikap membenarkan diri sendiri. Banyak yang berpikir, "Bukankah soal mati hidup di tangan Tuhan? Itu tidak ditentukan oleh gaya hidup saya!"
Orang akan sulit berubah jika ia terus membenarkan diri sendiri.
Lukas menceritakan, ada dua kelompok orang yang sama-sama telah mendengar firman dan melihat karya Yesus, namun reaksi keduanya sangat berbeda. Kelompok orang banyak dan pemungut cukai langsung mengakui kesalahannya, dibaptiskan, dan mengubah cara hidup mereka (ayat 29). Sedangkan kelompok orang Farisi dan ahli Taurat bereaksi sebaliknya. Mereka "menolak maksud Allah terhadap diri mereka" (ayat 30). Bukannya mengubah diri, mereka malah membenarkan diri sambil mencari-cari kesalahan Yesus dan Yohanes Pembaptis yang memberitakan kebenaran (ayat 33-34).
Apakah Anda merasa sulit berubah? Berhentilah membenarkan diri sendiri. Jika Anda terus mencari-cari alasan untuk memaklumi dan memaafkan diri sendiri, Anda akan segan berubah. Perhadapkanlah diri sendiri dengan kebenaran, walaupun terasa pahit. Memang berubah itu sulit, sakit, dan memakan waktu lama. Namun tanpa perubahan, tak akan ada kemajuan (JTI)
ORANG YANG TAK PERNAH BERUSAHA BERUBAH BAGAI ATLET YANG BELUM BERTANDING SUDAH MENGAKU KALAHKamis, 04 Juni 2015
PERTOBATAN BAGI SEMUA ORANG (Lukas 5:27-32)
Sebuah koran lokal memuat artikel tentang usaha saya membantu para pecandu narkoba. Beberapa hari kemudian, koran tersebut menerbitkan surat ini: "Saya menghargai Ny. Yoder yang berusaha membantu para pecandu obat, tetapi sebenarnya beliau sedang berurusan dengan masalah yang seharusnya tidak ada." Itu benar, tetapi tak ada gunanya mengatakan bahwa masalah itu tidak ada-karena kenyataannya benar-benar ada!
Memang seharusnya dosa tidak boleh ada. Namun Allah mengantisipasi dosa kita dan mempersiapkan pengurbanan yang sempurna, yakni "Anak Domba yang telah disembelih" (Wahyu 13:8). Dalam Roma 5:8, Paulus menekankan bahwa "ketika kita masih berdosa, Kristus mati bagi kita."
Bagaimanapun keadaan yang membawa kita pada Allah, Dia tidak akan mengejek kita yang dengan jujur memohon agar dibebaskan dari dosa dosa yang sangat kita sesali. Yesus menegaskan bahwa untuk itulah Dia datang ke dunia. Bukan untuk "memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat" (Lukas 5:32). Pada saat bertobat, kita tidak hanya mengakui kesalahan, tetapi dengan kemauan sendiri berbalik dari dosa dan membuka diri untuk diubahkan oleh kuasa Allah.
Pertobatan awal penting untuk memulai hubungan dengan Kristus. Pertobatan setiap hari diperlukan agar kita tetap ada dalam persekutuan yang erat dengan Dia dan bertumbuh secara rohani. Hal hal ini membawa kita pada pengampunan Allah dan kuasa-Nya yang mengubahkan hidup kita.
Pertobatan manakah yang Anda perlukan hari ini?
JIKA ANDA BENAR-BENAR MENYESALI DOSA-DOSA ANDA, ANDA PASTI MAU MELEPASKANNYAJumat, 05 Juni 2015
PERTOBATAN SI ATLET (1 Korintus 3:6-11)
Seorang pemuda ateis sedang menjalani pelatihan untuk menjadi peloncat indah Olimpiade. Ia memiliki seorang sahabat kristiani, yang banyak bersaksi kepadanya dan berusaha membawanya kepada Tuhan. Akan tetapi, si pemuda tak pernah menanggapi. Suatu malam, ia pergi ke kolam indoor di kampusnya untuk berlatih sendirian. Semua lampu padam ketika itu. Namun, karena bulan sangat cerah, ia merasa sudah cukup ada penerangan untuk menemaninya berlatih. Ia pun naik ke papan loncat yang paling tinggi. Ketika ia berbalik dan merentangkan tangan, ia mendapati bayangan tubuhnya di dinding berbentuk salib! Tiba-tiba saja, bayangan salib itu menyentuh hatinya, dan semua kesaksian sahabatnya terngiang jelas. Maka, ia tak jadi meloncat, tetapi malah berlutut dan berdoa memohon agar Tuhan masuk ke dalam hatinya. Ketika ia bangkit berdiri setelah berdoa, seorang petugas kampus masuk dan menyalakan lampu. Baru pada saat itulah si pemuda melihat bahwa kolam renang di bawahnya, ternyata sedang dikeringkan, sebab hendak ada perbaikan. Tuhan menyelamatkannya pada waktu yang sangat tepat!
Ketika kita menabur kesaksian tentang Tuhan dan firman-Nya, ketika kita melayani seseorang atau sekelompok orang, ketika kita mendoakan seseorang, barangkali kita tak bisa segera melihat hasilnya. Namun, jangan berkecil hati apalagi berhenti melakukannya. Sebab ketika firman-Nya ditaburkan, Roh Allah akan bekerja dan melanjutkannya dalam diri orang-orang yang menerimanya. Lakukan saja pelayanan kita dengan cara terbaik sebagai kawan sekerja-Nya (ayat 9), lalu serahkan hasilnya kepada Dia (ayat 6, 7).
TERUS TABURKAN FIRMAN DENGAN SETIA, SELANJUTNYA TUHAN AKAN BERKARYA SEMPURNASabtu, 06 Juni 2015
TIDAK PERNAH PENSIUN (Mazmur 71:17-24)
Masa pensiun bagi banyak orang cukup menakutkan, karena masa-masa itu mereka dianggap tidak produktif lagi. Tidak ada karya berarti yang dapat mereka hasilkan. Akibatnya, banyak orang lanjut usia putus harapan dan tidak bersemangat menjalani hidup. Jika melihat anak-anak muda yang perilakunya tidak karuan, mereka mulai mengomel dan menyalahkan mereka.
Sungguh berbeda dengan kerinduan pemazmur yang kita baca. Ia rindu masa tuanya menjadi masa yang produktif untuk terus memberitakan Pribadi dan karya Tuhan yang telah ia kenal sejak kecil (ayat 17-18). Yang menakutkan bagi pemazmur bukan masa tua itu sendiri, tetapi ketiadaan penyertaan Tuhan. Sebab itu ia memohon agar Tuhan tidak meninggalkannya (ayat 18). Ia telah melalui banyak kesusahan sekaligus banyak mengalami pertolongan dan penghiburan Tuhan; ia menyaksikan sendiri kebesaran, kesetiaan, dan keadilan Tuhan (ayat 20-23). Entah berapa lama lagi ia punya kesempatan, tetapi yang jelas hari-hari yang ada hendak ia gunakan untuk memperkenalkan Tuhan yang dikasihinya kepada generasi yang akan datang.
Hari ini tantangan bagi generasi muda makin besar. Ada banyak hal yang dapat menarik hati mereka jauh dari Tuhan. Adakah situasi ini membuat kita merasa tak berdaya? Ataukah kerinduan seperti yang dimiliki pemazmur kian membuncah di hati kita? Kita yang telah menerima pengajaran Tuhan dipanggil untuk mengajar generasi berikutnya. Tidak ada kata pensiun. Hingga tua dan putih rambut kita, kiranya Tuhan menolong kita untuk terus memberitakan Dia.
TIAP HARI ADALAH KESEMPATAN MEMBANGUN GENERASI YANG MENCINTAI TUHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar