Renungan Harian 24 - 29 November 2014

RENUNGAN SEPANJANG MINGGU

Senin, 24 November 2014
PENATALAYANAN KEUANGAN (1 Korintus 16:1-9)
Salah satu pelayanan penting yang dilakukan Paulus selama perjalanannya ialah pengumpulan "uang persembahan" bagi orang-orang kudus dan orang-orang miskin di jemaat Yerusalem (1; Rm 15:25-26). Motivasi dasar Paulus ialah mempersatukan orang-orang percaya Yahudi dan bukan Yahudi. Harapannya ialah pernyataan kasih dari orang-orang bukan Yahudi ini dapat membantu membangun jembatan di antara dua kelompok tersebut (2 Kor 8-9).
Paulus memberikan saran praktis kepada jemaat untuk penatalayanan uang persembahan itu. Persembahan tersebut diberikan pada hari pertama dari tiap-tiap minggu (2). Setiap jemaat harus datang pada pertemuan ibadah dan memberikan persembahannya. Mereka telah menerima berkat Tuhan, maka mereka pun bisa menjadi berkat bagi orang lain. Pemberian itu harus "sesuai dengan apa yang kamu peroleh" – Orang menerima banyak diharapkan memberi banyak. Orang yang memiliki sedikit, tidak menjadikannya alasan untuk tidak memberi. Memberi sesuai dengan kemampuan adalah penting, supaya tidak ada yang memberi dengan terpaksa (2). Paulus juga menuntut keteraturan, dalam jemaat "menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah, supaya jangan pengumpulan itu baru diadakan, kalau aku datang." Ia berharap agar mereka sudah mempersiapkan persembahan (2).
Integritas Paulus terlihat dari cara ia menangani uang jemaat. Ia tidak terlibat langsung tetapi mengirim utusan yang kelayakannya ditentukan oleh jemaat setempat (3). Jadi tidak ada celah bagi siapa pun untuk menuduh Paulus memanipulasi uang tersebut.
Paulus menyatakan kerinduan untuk mengunjungi jemaat (5). Ia tidak ingin sekedar berjumpa, melainkan tinggal agak lama di sana (6-7). Sehingga ia dapat melayani dan menolong orang-orang bagi Kristus. Salah satu bentuknya adalah mendorong mereka terlibat dalam pelayanan persembahan itu. Teladani Paulus yang berintegritas dalam hal keuangan. 
MILIK KITA ADALAH ANUGERAH ALLAH. MAKA BERBAGI DENGAN YANG MEMBUTUHKAN ADALAH BERBAGI ANUGERAH ALLAH.

Selasa, 25 November 2014
MANAJER SEKALIGUS PEMIMPIN. (1Korintus 16:1-24)
Hamba Tuhan berfungsi ganda, yaitu sebagai manajer sekaligus sebagai pemimpin. Karunia Tuhan ini harus dijalankan dengan baik dan serius, demi terujinya kredibilitas hamba Tuhan.
Salah satu tugas fungsional manajer adalah mengatur ekonomi jemaat. Paulus melakukan hal itu ketika ia menasihati jemaat untuk membantu jemaat di Yerusalem: [1] setiap minggu, berikan secara teratur sebagian harta yang telah dikaruniakan Tuhan sebagai persembahan; [2] berikan persembahan itu bagi kepentingan kehidupan jemaat Tuhan di Yerusalem, (ayat 1-3). Kedua hal tersebut harus dilakukan dengan dasar kasih ilahi yang kuat dan konkrit.
Tugas fungsional Paulus sebagai pemimpin adalah: [1] memimpin umat- Nya kepada suatu kehidupan yang sesuai dengan kehendak-Nya; [2] menempatkan diri secara proporsional baik perorangan maupun dalam tim pelayanan; [3] melatih dan memberi kesempatan kepada Timotius (ayat 10); [4] mengakui kontribusi pelayanan Apolos (ayat 12); [5] menyambut gembira kunjungan Stefanus, Fortunatus dan Akhaikus (ayat 17); [6] mengunjungi jemaat-jemaat untuk menindaklanjuti kehidupan kasih jemaat kepada Tuhan dan sesama (ayat 19) mencerminkan sikap dan tindakannya sebagai pemimpin umat.
Bersikap dan bertindak sebagai manajer sekaligus pemimpin jemaat menunjukkan peran hamba Tuhan yang bertanggung jawab dan berkualitas.
KELENGKAPAN APA YANG PERLU ANDA PENUHI SEBAGAI HAMBA TUHAN?

Rabu, 26 November 2014
TETAP MENJADI BERKAT (Mazmur 92:13-16) 
Opa Lukas sudah hampir delapan puluh tahun usianya, tetapi masih tampak sangat sehat untuk orang sebayanya. Setiap hari ia selalu jalan pagi atau berenang selama 15-30 menit. Tidak pernah absen ke gereja, kecuali sedang sakit. Aktif di Persekutuan Lansia di gereja. Ramah, murah senyum, suka humor. Pernah ia sakit dan dirawat seminggu di rumah sakit, dan selama ia di situ hampir semua perawat dan dokter di rumah sakit mengenalnya. Ketika sudah cukup kuat berjalan, ia mengunjungi pasien lain, sekadar menyapa dan mendoakan. Kalau ditanya, apa resepnya hingga tetap sehat dan bersemangat, maka jawabnya, "Semua berkat Tuhan. Opa selalu memanjatkan syukur kepada Tuhan."
Sudah lama para ahli sepakat, bahwa ada korelasi yang erat antara hubungan dengan Tuhan dan hidup sehat. Di Inggris pernah dilakukan survei kepada para lansia. Hasilnya, kakek nenek yang hidupnya dekat dengan Tuhan; rajin membaca Alkitab, berdoa dan beribadah, umumnya mereka lebih bisa bersukacita dan bersyukur dalam hidupnya. Secara fisik pun mereka lebih sehat, tidak rewel, dan lebih mampu bersosialisasi.
Hal yang sama dikatakan oleh pemazmur dalam bacaan Alkitab hari ini, bahwa orang benar-yaitu mereka yang hidupnya dekat dengan Tuhan (ayat 14), akan bertunas seperti pohon korma dan akan tumbuh subur seperti pohon aras Libanon (ayat 13). Pohon korma adalah pohon yang ketika semakin tua, buahnya semakin manis. Sedang pohon aras Libanon, semakin tua batangnya semakin bagus untuk dibuat mebel. Artinya, mereka akan senantiasa menjadi berkat, bahkan sampai masa tuanya. (AYA)
HIDUP DEKAT DENGAN TUHAN SUNGGUH MENYEHATKAN TAK HANYA JIWA, TETAPI JUGA RAGA

Kamis, 27 November 2014
SELALU BERSYUKUR (Habakuk 3:17-19)
Mungkin Habakuk 3:17-19 tidaklah lazim dibacakan dalam perayaan Hari Pengucapan Syukur, saat seluruh keluarga kami dan tamu-tamu duduk menghadapi hidangan kalkun dengan segala perlengkapannya. Namun saya mempunyai alasan khusus dalam memilih ayat-ayat tersebut. Saya merasa bahwa bersyukur tidaklah sekadar menundukkan kepala dan berterima kasih. Apalagi ketika menyadari bahwa dibandingkan dengan banyak orang miskin di dunia, saya termasuk berkelebihan. 
Nabi Habakuk sedang menantikan penggenapan firman Tuhan, yakni saat negaranya dihancurkan oleh bangsa Kasdim yang kejam, yang dipanggil Allah untuk menghukum umat-Nya karena ketidaktaatan dan jalan-jalan mereka yang jahat (Habakuk 1:5-6). Ia berkata, "Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN" (3:17-18). 
Kata-kata itu membuat saya tercenung dan bertanya, "Apakah saya bersyukur kepada Allah, baik saat Dia memberi berkat atau tidak?" Habakuk mempertimbangkan bagaimana respon yang akan diberikannya apabila ia kehilangan semua berkat yang semestinya ia miliki. Ia menyimpulkan, "Aku akan ... beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku" (ayat 18). 
Keadaan mungkin saja berubah, namun Allah tetap sama. Itulah alasan kita untuk selalu mengucap syukur. (DCM) 
UCAPAN SYUKUR TERGANTUNG PADA APA YANG ADA DI HATI ANDA BUKAN PADA APA YANG ADA DI TANGAN ANDA

Jumat, 28 November 2014
SUDAHKAH ANDA BERSYUKUR? (Mazmur 100)
Suatu hari dalam perjalanan ke tempat kerja, saya melihat stiker mobil yang berbunyi: “Sudahkah Anda berterima kasih pada tanaman hijau hari ini?” Tanaman memang penting bagi keseimbangan alam. Mereka melepaskan oksigen ke udara. Mereka pun menjadi sumber makanan, bahan bakar, obat, dan bahan bangunan. 
Apakah stiker mobil itu menyatakan bahwa karena kita begitu tergantung pada tanaman, maka kita semestinya mengucapkan terima kasih kepadanya? Jika itu yang diyakini oleh sang sopir, ia harus belajar banyak tentang siapa yang pantas menerima rasa syukur. 
Alam menyimpan kesaksian yang mengagumkan mengenai kebijaksanaan Sang Pencipta. Saling ketergantungan dari satu bentuk kehidupan pada kehidupan lain, membuat kita menyadari bahwa kita sebenarnya adalah bagian dari sebuah sistem kompleks yang bercirikan keindahan dan keseimbangan. Akan tetapi, penyembahan terhadap alam mengingatkan kita akan celaan Paulus bagi mereka yang “memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya” (Roma 1:25). Hanya Allah yang layak disembah! Dia menggerakkan dunia dan menopangnya dengan kekuatan-Nya. 
Ya, hidup benar-benar mengagumkan, dan perasaan mendalam karena rasa syukur terhadap kehidupan sering terpancar dari diri kita. Tetapi kita harus memusatkan pengabdian bagi Dia yang tak hanya menyediakan udara yang kita hirup, tetapi juga yang memberi kita hidup abadi melalui iman akan Kristus. 
Saya lebih suka jika stiker mobil itu berbunyi: “Sudahkah Anda berterima kasih kepada Allah hari ini?”
KETIKA ANDA MEMIKIRKAN SEGALA SESUATU YANG BAIK, BERSYUKURLAH KEPADA ALLAH

Sabtu, 29 November 2014
SUKACITA PENEBUSAN (Mazmur 98) 
Selama 30 Natal berturut-turut di Omaha Community Playhouse, Dick Boyd berperan sebagai Ebenezer Scrooge dalam karya klasik Charles Dickens berjudul A Christmas Carol. Ketika ia pensiun di usia 83 tahun, Boyd tak perlu lagi dirias untuk memerankan lelaki tua sinis dan kikir yang diubahkan saat Natal itu. Selama pertunjukan, perubahan dramatis dalam tokoh Scrooge tampak nyata dari wajah, suara, dan kemurahan hatinya. Sutradara yang memilih Boyd di tahun 1976 berkata, "Dick adalah orang paling tepat untuk menggambarkan sukacita penebusan." 
Setiap Natal mengingatkan kita akan kasih karunia Allah yang ditunjukkan kepada kita dalam karunia Yesus Kristus, Putra-Nya. Pujian Natal mencerminkan kata-kata pemazmur, "Nyanyikanlah nyanyian baru bagi Tuhan, sebab Ia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan kepada-Nya oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus. Tuhan telah memperkenalkan keselamatan yang dari pada-Nya, telah menyatakan keadilan-Nya di depan mata bangsa-bangsa" (Mazmur 98:1,2). Isaac Watts dengan puitis mengungkapkan Mazmur 98 dengan kata-kata yang selalu dikenang demikian: 
Hai dunia gembiralah dan sambut Rajamu!
Di hatimu terimalah!
Bersama bersyukur, bersama bersyukur,
bersama bersyukur, bersama bersyukur.
Bukti keselamatan Allah terlihat dari wajah kita, terdengar melalui suara kita, dan tercermin dalam pekerjaan tangan kita.
SEMOGA SUKACITA PENEBUSAN BERSINAR MELALUI DIRI KITA DI MINGGU-MINGGU MEMASUKI BULAN NATAL (DESEMBER), DAN SEPANJANG TAHUN BERIKUTNYA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar