Mimbar Gereja u/Warta 20 April 2014

BUKAN SOSOK TAK BERDAYA 
(Yohanes 10:11-21)

Paskah tiba. Horeee ... seru banyak anak. Saatnya mendapat telur-telur Paskah. Berbagai gereja mungkin punya ragam tradisi dalam menyambut Paskah. Namun, bagaimana Paskah membuat perbedaan dalam hidup kita?
Bacaan hari ini memuat salah satu pernyataan Yesus yang sangat gamblang tentang diri-Nya. Dia menggambarkan diri sebagai Gembala yang baik, yang memberikan nyawanya bagi domba-dombanya (ayat 11). Gambaran ini mungkin membangkitkan keharuan. Kalau Dia sudah begitu mengasihi kita hingga menyerahkan nyawa-Nya, bukankah sudah seharusnya kita balas mengasihiNya? Ayat 17-18 membuyarkan konsep ini. Yesus yang mati dan bangkit bukanlah sosok tak berdaya dan memerlukan pertolongan kita. Dia punya kuasa atas nyawa-Nya kalau Dia mati, itu karena Dia memutuskan untuk memberikannya; dan kalau Dia bangkit, itu karena Dia punya kuasa untuk mengambilnya kembali. Para pendengar-Nya tercengang (ayat 19-21). Engkau kerasukan setan dan gila, Yesus! Siapa yang punya kuasa seperti itu? Namun, itulah faktanya. Yesus yang kita rayakan kebangkitan-Nya bisa bangkit karena Dia Tuhan, yang memiliki kuasa atas kehidupan dan kematian.
Dan, bukankah itu seharusnya memberi perbedaan yang besar dalam hari-hari yang kita jalani? Kalau Yesus menggenggam kehidupan dan kematian di tangan-Nya, adakah hal lain yang di luar kendali-Nya? Pasangan yang sulit, penyakit yang berat, masa depan yang tak menentu, hidup setelah kematian. Paskah membuka mata kita kepada Siapa kita harus berpaling. Ya, kepada Yesus, Sang Pemilik hidup-mati kita. (ELS)
KEPADA SIAPA DIRI INI SEPENUHNYA KUSERAHKAN KALAU BUKAN KEPADA PEMEGANG KENDALI KEHIDUPAN DAN KEMATIAN?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar